24

6K 269 4
                                    

Steven asyik mencolek-colek pipi Justin. Sedangkan Juan menertawakan kedua manusia itu. Mereka sedang berusaha menghibur Justin yang sepertinya sedang bad mood.

"Tin, lo ngapa sih?" heran Juan.

Justin diam.

Juan dan Steven masih bingung dengan Justin yang dari tadi hanya diam, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Justin menopang dagunya, pandangannya lurus kedepan. Pikirannya kosong.

"Bengong mulu, mau kesurupan?" celetuk Steven yang membuat Juan tertawa lagi.

"Jangan-jangan, lo pengen sesuatu tapi nggak dikasih sama nyokap?" tebak Juan asal. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebatang lolipop, "tuh, permen."

Lagi-lagi, mereka tertawa, kecuali Justin. Padahal mah nggak ada lucu-lucunya sama sekali.

"Tin, lo lagi anu ya?" ucap Juan dengan seringai di wajahnya.

"Anu apaan, anjir?" tanya Steven. Pipinya mengembung menahan tawa.

Steven menatap Juan, "ambigu lu kampret!"

Lagi-lagi, tawa mereka terdengar lagi. Bahkan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Bahkan Steven sampai terpingkal-pingkal.

Justin hanya mendengus. Ia sebal. Sudah tau ia sedang kesal, teman-temannya malah mengganggunya. Yah, walaupun sebenarnya niat mereka baik sih.

Ah, seandainya Nathan masih sekolah disini. Pasti ia ikut tertawa bersama dengan mereka.

"Tin, serius, lo kenapa?" tanya Juan. Kali ini ada keseriusan diwajahnya. Tidak seperti sebelumnya.

"Gapapa." jawab Justin tanpa mengalihkan pandangannya.

Steven menepuk pundak Justin pelan, "Tin, kita ini sahabat lo. Kita ngerti kalo lo lagi seneng, sedih, maupun marah. Jadi lo jangan tutupin apa-apa dari kita, ya? Kalo ada masalah, cerita aja."

Tumben, kali ini Steven rada normal.

"Kalo jangan tutupin apa-apa, berarti...," Juan menggantungkan ucapannya. Lalu matanya melirik kebawah, "berarti anunya gausah ditutupin dong?"

PLETAK!

"Adoh!!" Juan memegang kepalanya yang baru saja diketok Steven. Sedangkan Justin menahan tawanya.

Tak lama, bel masuk berbunyi. Juan bangkit duluan, lalu diikuti oleh Steven.

"Tin, kita balik duluan. Lo nggak mau ikut?" tanya Steven.

Dan pertanyaan itu hanya dijawab gelengan oleh Justin.

Mereka berdua menghela napas, lalu pergi meninggalkan Justin sendirian di rooftop.

Justin menghela napas berat. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Lalu melempar kaleng kosong bekas soda ke sembarang arah. Sehingga terdengarlah bunyi 'plentang planting' saat kaleng itu terjatuh entah kemana.

Justin mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia stress. Entah apa yang membuatnya seperti ini.

Justin berjalan mendekati tong sampah, lalu dengan cepat ia tendang tong sampah itu sampai isinya keluar semua.

"BANGSAT!"

Justin mengacak-acak rambutnya lagi. Peluh membasahi wajah dan tubuhnya. Rambutnya acak-acakan.

Ia merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah rokok elektrik yang selalu menemaninya disaat ia stress.

Justin menghirup vapenya. Aroma durian langsung menyebar, membuat siapa saja yang mencium aroma itu akan menikmatinya.

Aneh, setelah beberapa menit menikmati vapenya, sekarang Justin tertawa kecil. Ia sekarang sudah seperti orang gila yang tertawa tanpa sebab.

"Haha, biarin aja gue kayak gini. Toh nggak ada yang peduli juga, kan?"

Iya, nggak ada yang peduli sama gua. Kayak bapak gua yang asyik sama pacar barunya.

***

Selena memetik senar gitarnya. Ia memainkan lagu Two Ghost yang dinyanyikan oleh Harry Styles--si penyanyi berambut keriting yang sangat tampan.

 Ia memainkan lagu Two Ghost yang dinyanyikan oleh Harry Styles--si penyanyi berambut keriting yang sangat tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selena tidak sendiri. Ia bersama Karina. Melissa tidak ikut karena ia sedang dimarahi habis-habisan oleh Bokapnya karena uang sakunya habis dipakai untuk membeli novel.

"Same lips red, same eyes blue. Same white shirt, couple more tattoos. But it's not you, and it's not me. " Karina bernyanyi.

"Taste so sweet, looks so real. Sounds like something that i used to feel. But i can't touch what i see." Selena melanjutkan sambil tetap memainkan gitarnya.

Kali ini mereka bernyanyi berdua,"we're not who we used to be. We're not who we used to be. We're just two ghost standing in the place of you and me. Trying to remember how it feels to have a heartbeat."

Selesai lagunya, Karina bertepuk tangan, "yey! Hebat banget lo, Sel!"

Selena tersenyum kecil, "thanks."

"Sumpah deh, Sel, gue pengen jadi lo. Udah cantik, body goals, suaranya bagus, pinter main gitar, lagi."

Selena terkekeh, "haha, lebay lo."

"Btw, lo belajar gitar sendiri? Atau les?" tanya Karina.

Selena menjawab, "gue belajar sendiri."

Karina tersenyum bangga, "wah, hebat banget! Gue kira lo diajarin Kak Alex!"

"Nggak, Alex mah jagonya main piano,"

Karina mengangguk, lalu ia mengambil gitar Selena lalu memangkunya, "Sel, mainnya gimana nih?"

Selena terkekeh, "mau diajarin?"

"MAU, MAU!"

Mereka tidak menyadari, didepan pintu yang terbuka sedikit, Gerald berdiri disana sambil tersenyum tipis.

"Akhirnya kamu bisa ketawa lagi ya, Sel..." gumamnya sambil tersenyum tipis.

●●●

HOLA GENGS!

Btw, bagi yg mau, follow ig gue yaaa @carynstephanie

Yg mau di follback, tinggal dm "aku pembaca Cold Girl."

Ga maksa loh yaaa, bagi yg mau ajaaa

Kalo udah dm begitu pasti langsung gue follback kalo udah gue read. Dan kalau belum di follback, sabar aja, mungkin gue belum read.

Cold Girl (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang