26

5.4K 251 6
                                    

Hai pembaca kesayangankuhh!!! *cipokbasah*

Makasi bgt ya bagi yg masi mau baca Cold Girl. Padahal ya, pas gw baca ulang, gw aja nyadar sendiri kalo cerita gw tuh gajelas dan alurnya berantakan. Gw sendiri masi bingung, kenapa masi ada yang baca cerita ini.

Tapi, makasi banyak ya! Pokonya gw seneng banget!

●●●

'BRAK!'

"BRENGSEK LO!"

Kedua orang yang diruangan itu langsung menoleh ke si pembuka pintu.

Alvaro berdecak sebal, lalu menjauhkan tubuhnya dari Selena. Ia menghampiri Justin, menatap tajam cowok itu.

"Ngapain lo kesini? Mau ribut sama gua?" ucap Alvaro menantang.

Justin mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Dadanya naik turun menahan emosi.

"Tai lo." Justin mengumpat. Tatapannya menusuk Alvaro.

'DUG!'

Justin mendaratkan tinjuannya di pipi kiri Alvaro, sehingga cowok itu tersungkur ke lantai.

"BANGSAT!" sentak Justin. Ia sudah benar-benar marah sekarang. Urat-urat tangannya semakin terlihat jelas ketika ia mempererat kepalannya.

"AAHH!" pekik Alvaro ketika merasa mukanya ditendang Justin.

Justin berjongkok, lalu menarik bibir bawah Alvaro dengan jari telunjuk dan jempolnya. "Bibir lo bakal gue rusakin, karena lo udah nyium Selena."

Mata Justin menyapu seisi ruangan. Dan ketika matanya menangkap sebuah gunting, ia meraihnya dan mengarahkannya ke bibir Alvaro.

"Plis, jangan..." Alvaro memohon.

Justin tidak mendengarkan Alvaro. Ia tetap mendekatkan gunting itu pada bibir Alvaro.

Justin tersenyum miring. "Lo pilih, mau gapunya bibir, atau mau mirip Kuchisake Onna?"

Alvaro membelalak. Ia ingin kabur, tapi ia takut Justin memotong bibirnya dengan tiba-tiba. Tapi jika ia tak kabur, ya sama saja, bibirnya akan terpotong.

Justin menoleh ke Selena yang penuh dengan air mata. Melihat cewek itu lemah, hati Justin serasa teriris.

Justin kembali menatap Alvaro yang dengan bodohnya menutup matanya.

"Ha, takut kan lo?" ucap Justin, senyum miring tak hilang dari wajahnya.

Beginilah Alvaro. Ia sudah takut ketika lawannya sudah bermain dengan benda tajam. Karena dari kecil, Alvaro takut dengan benda tajam.

"AAAHHH!" pekik Alvaro.

Selena ikut menutup matanya, karena ia tak sanggup melihat orang tanpa bibir.

Tapi tidak. Justin tidak memotong bibir Alvaro. Justin hanya menggunting kedua sudut bibir Alvaro, sehingga cowok itu mengeluarkan darah di ujung bibirnya.

Selena menghela napas lega. Ia bersyukur karena Alvaro masih punya bibir. Jika tidak, Selena akan mimpi buruk malam ini karena kebayang-bayang terus.

"Baik, kan, gue?" ucap Justin. Ia kembali menaruh guntingnya di meja, lalu menarik tangan Selena.

"Ayo, Sel, ikut gue." Justin berucap serius. Tangannya menarik tangan Selena keluar dari ruangan itu.

Justin menaiki motornya, diikuti Selena yang duduk di boncengannya. Justin melajukan motornya, meninggalkan tempat kumuh itu.

Dalam perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada yang bersuara.

"Lo..., kenapa bisa diculik dia?" tanya Justin memecahkan keheningan.

Selena diam.

"Lo tadi takut, ya?" Justin tersenyum jahil. Ia mulai kembali ke sifat jahilnya. "Wow, ternyata cewek kuat kayak lo bisa lemah juga, ya?"

Selena memutar bola matanya. Padahal ia sudah senang karena Justin perhatian dengannya tadi, tapi ia jadi kesal karena Justin kembali ke semula.

"Laper kan lo? Mau makan, nggak?" tawar Justin.

"Mau, mau!" Bukan, bukan Selena yang menjawab, melainkan Justin.

Justin membelokkan motornya ke kiri, menuju sebuah restoran favoritnya.

Setelah parkir, mereka masuk kedalam restoran dan duduk ditempat yang lumayan jauh dari pintu. Tak lama, seorang pelayan datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah notes dan pulpen.

Justin melihat-lihat menu. Lalu ia melirik Selena yang sedang menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan.

"Sel, jangan tidur dulu, dong. Kita harus makan dulu." Justin mengguncang-guncangkan bahu Selena.

Selena terbangun. "Kentang goreng sama milkshake ya, Mbak."

Si pelayan pun mencatat pesanan Selena di notes-nya. "Ada lagi?"

"Yah, tadi gue udah makan," ucap Justin, "eh, tapi nggak pa-pa, deh. Lagian Sel, gara-gara lo, sushi sama sashimi gue nggak gue abisin gara-gara nolong lo."

Selena memutar bola matanya. "Kalo ganiat nolong, mending gausah."

"Halah, sok lo. Padahal tadi gue liat lo takut banget tuh," cibir Justin.

"Serah lo."

"Um, maaf Mas, Mbak, ada lagi pesanannya?" ucap si pelayan.

"Saya mau pizza yang empat slice aja ya, Mbak. Topping-nya keju mozarella," ucap Justin, "terus minumnya soda."

"Ditunggu ya," ucap si pelayan seraya mencatat pesanan. Lalu ia melangkahkan kaki menuju dapur.

Justin menidurkan kepalanya dimeja, namun matanya tetap menatap Selena yang sedang melamun.

"Ngelamun mulu, entar kesurupan loh."

"Bodo."

"Ih, beneran."

"Bodo."

Justin terkekeh melihat Selena yang sepertinya sifatnya tak bisa diubah. Selena akan tetap menjadi cewek yang dingin dan cuek.

Tiba-tiba, Justin merasakan angin dingin menerpa kulitnya. Ia juga melihat Selena mengusap-usap lengannya karena kedinginan.

Justin melirik hoodie-nya yang terletak di bangku sebelahnya. "Sel, pake hoodie gue, sana."

Selena tidak menjawab, namun tangannya tetap mengusap-usap lengannya.

"Pake," suruh Justin.

"Ga."

"PAKE!"

"GA."

Justin mendengus. Ia meraih hoodie-nya, lalu memajukan tubuhnya dan memakaikan hoodie itu ke tubuh Selena.

Awalnya Selena terkejut. Namun, ia merasa lega ketika merasa tubuhnya telah hangat terbalut hoodie Justin.

Justin kembali duduk, lalu tersenyum puas ketika melihat Selena sudah merasa hangat.

"Gimana? Anget, kan?" tanya Justin.

Selena diam.

"Gue udah bilang, kan, Sel? Gue tuh cowok peka yang paham sama semua kode yang cewek kasih."

Selena mengernyit. "Maksud?"

"Kan tadi lo ngode ke gue, supaya gue yang pakein hoodie-nya ke badan lo," ujar Justin. "Bener kan gue?"

"Pala lu," dengus Selena. Lalu tangannya melayang dan mengetok kepala Justin pelan.

"Cie, megang-megang kepala gue," goda Justin. "Modus lo.

"Bodo." Selena mendengus, ia sudah malas bertengkar dengan Justin.

Tak lama, pesanan mereka datang dan mereka memakannya dalam diam.

Cold Girl (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang