31

5.3K 216 5
                                    

Selena mengunci pintu kamar mandinya dengan buru-buru. Kemudian ia membuka celananya dan duduk di WC. Ia menghela napas lega.

Tiba-tiba, dari luar terdengar suara dan ketukan pintu. "Selena! Kamu nggak pa-pa?"

Setelah urusannya selesai, ia memakai celananya kembali dan membuka pintu. Berdirilah Gerald dengan wajah khawatirnya.

"Kamu kenapa? Kok bolak-balik ke toilet dari tadi?"

"Mules." Selena memegang perutnya sekali lagi.

"Kamu makan apaan, sih? Kok jad--"

'BRAK!'

Gerald mendengus pelan ketika putrinya kembali masuk kedalam kamar mandi dan mengunci pintu.

Setengah jam kemudian, Selena keluar dari toilet. Kemudian ia berjalan ke dapur. Sampai di dapur, dua pasang mata langsung menoleh kearahnya.

"Berak-berak ya, Sel?" tanya Alex setelah berhasil menelan roti bakarnya.

Selena hanya melirik kakaknya dengan sinis sebelum ia duduk di sebelah Gerald. Matanya berbinar ketika melihat roti sosis kesukaannya.

Ia langsung meletakkan roti sosis itu ke piringnya. Setelah itu, ia mengambil botol saus tomat, hendak menuangkan saus ke rotinya.

"Jangan pake saus," ucap Gerald, sehingga pergerakan Selena terhenti. "Udah tau mules, masih berani makan pake saus tomat?"

"Iya, iya." Selena kembali menaruh botol saus diatas meja. Ia memakan roti sosisnya dalam diam.

Tiba-tiba, Selena berhenti mengunyah. Rotinya terjatuh ke piring. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia langsung berlari menuju kamar mandi.

***

Justin tertawa terbahak-bahak ketika mendengar cerita Selena yang terdengar sangat lucu di telinganya.

"Kenapa ketawa?!" tanya Selena ketus.

"Lucu aja, denger cerita kamu mules-mules," jawab Justin. Lalu tawa menggelegar terdengar lagi.

Tiba-tiba, Selena teringat akan sesuatu. Ia kembali mengingat hari kemarin, disaat Justin membelikannya batagor. Apa jangan-jangan batagor adalah penyebabnya mules-mules?

"Justin," panggil Selena. "Jangan-jangan aku mules gara-gara batagor dari kamu."

"Eh, nggak mungkin lah!"

"Mungkin aja," ucap Selena, "kamu mana tau, kalo ternyata Mbak kantin masukin sesuatu ke batagornya?"

"Nggak lah, nggak mungkin!" Justin menggeleng cepat. "Aku udah berkali-kali beli batagor sama dia, tapi nyatanya aku nggak pernah mules-mules."

"Eh, iya juga ya. Mungkin aja bumbunya terlalu pedes, jadi bikin aku mules-mules."

"OH, IYA!" seru Justin tiba-tiba. "Aku baru inget, aku sempet ke toilet sebentar, terus batagornya aku tinggalin."

"Mungkin aja ada yang iseng kasih obat sakit perut," lanjut Justin.

"OH, JANGAN-JANGAN CASSIE?" Justin melanjutkan ucapannya lagi. "Dia kan nggak suka sama hubungan kita. Apa jangan-jangan dia yang sengaja ngasih obat sakit perut ke batagor kamu?"

"Ish, Justin!" Selena menabok lengan Justin. "Jangan fitnah, kita nggak punya bukti apa-apa."

"Iya juga sih." Justin menatap Selena. "Yaudah lah, yang penting sekarang perut kamu udah nggak sakit, kan?"

"Enggak, sih."

"Yaudah, kamu ganti baju dulu, ya? Aku juga mau ganti baju soalnya."

Selena mengangguk. "Yaudah, aku ganti baju dulu ya."

Selena meninggalkan Justin. Sebelum mengambil bajunya, ia mengikat rambutnya terlebih dahulu. Setelah itu, baru ia berjalan menuju loker.

Ia membuka lokernya, lalu mengambil seragam basketnya. Di seragam bakset itu, tertera nama Selena dan nama sekolahnya. Ia langsung menuju toilet untuk mengganti pakaiannya.

Sampai di toilet, Selena membuka kantung plastiknya yang berisi baju, lalu mengeluarkan baju basketnya.

Matanya membelalak ketika melihat sesuatu yang aneh pada seragan basketnya. Atasannya dipotong hingga seperti sport bra, dan bawahannya dipotong hingga sangat pendek.

"Anjing," umpatnya tanpa sadar. "Kok bisa gini?!"

Tiba-tiba, dua orang keluar dari bilik pertama. Diikuti oleh dua orang lagi yang keluar dari bilik kedua.

"Bajunya kok dipotong-potong gitu?" ejek Cassie seraya melipat tangannya di depan dada. "Situ mau main basket, atau mau pamer badan?"

"Kalo mau pamer badan bukan disini tempatnya, Mbak," ejek Ratna. "Ke pantai saja, sana."

"KEBANYAKAN BACOT LO, ANJING!" bentak Selena, sehingga membuat keempat cewek itu terlonjak kaget.

"PASTI LO PADA KAN, YANG MOTONG-MOTONG BAJU GUA?!" lanjutnya. "NGAKU AJA LO!"

"Heh! Nuduh jangan sembarangan dong!" ucap Cassie tak terima. "Lo nggak ada bukti apa-apa, inget."

"Halah, udah lah ngaku aja. Lo pake baju itu karena pengen jadi pusat perhatian, kan?" ejek Tiara. "Emang ya, cabe kayak lo tuh demennya pamer badan."

"TUTUP MULUT LO!" sentak Selena.

"Ih, aku takut," ejek Farah, disusul oleh gelak tawa teman-temannya.

"Udah lah, cepetan pake bajunya. Bentar lagi SMA Harum Manis bakal dateng tuh," ucap Cassie sambil tersenyum mengejek, "gue tau lo seneng pake baju kek gitu. Iya, kan?"

"Lo tuh emang bener-bener, ya!" Selena melempar baju basketnya asal, lalu menjambak rambut Cassie sekuat tenaga.

"Heh! Lepasin, Goblok!" Cassie meronta-ronta. Namun jambakan Selena malah semakin kuat.

Tiba-tiba, Selena merasakan tubuhnya tertarik ke belakang. Dan ternyata Ratna yang menariknya, sehingga jambakannya di rambut Cassie terlepas.

"Buruan, pake baju basketnya!" suruh Cassie, lalu mengambil baju basket Selena dan melemparnya tepat diwajah cewek itu.

"Anjing!" umpat Selena.

"Cepetan, pake!" Cassie menyodorkan baju basket itu. Tangan kanannya mengambil pisau dari saku roknya dan mengarahkannya tepat di depan wajah Selena. "Pake atau lo gue bunuh?"

"Mending lo bunuh gue, daripada gue harus pakai baju kayak gitu!" ucap Selena.

Sial, batin Cassie.

"Lo pilih, mending pake sendiri atau kita yang pakein secara paksa?" tanya Cassie.

"NGGAK!" Dengan sekuat tenaga, Selena melepaskan pegangan Ratna. Dengan cepat, ia membuka pintu toilet dan keluar.

"HEH! JANGAN KABUR LO!"

●●●

Gila, makin lama alurnya makin gajelas ye.

Readers, maafin aqu ya, karna aqu uda ngecewain kalian :(

Cold Girl (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang