Tidak Percaya Padamu

577 41 1
                                    

Bab 10 – Tidak Percaya Padamu

(Nathan)

Jadi seperti yang sudah kalian baca di paragraf sebelumnya, aku menemukan kertas sialan itu.

Selama seminggu kemudian, membaca kertas itu berkali-kali membuatku hampir ingin merobeknya. Aku dengan pengecutnya, tidak berani menanyakan tentang siapa cinta pertamanya.

Dalam beberapa hari ini aku hampir ingin menelepon Cheryl dan bertanya soal itu. Dan begitulah, si pengecut yang panik ini bahkan tidak sanggup jujur pada calon istrinya sendiri. Astaga, aku bahkan membawa kertas sialan itu, yang dengan jelas menuliskan kalau gadis impianku memiliki mimpi yang berbeda denganku. Maksudku, aku tahu itu masa lalunya dan aku memang tidak pernah menanyakan apakah Cheryl pernah punya pacar selain aku atau tidak, tetapi ayolah kawan! Gadis mana coba yang masih bermimpi ingin cinta pertamanya terjadi?

Dan mengapa impian itu tertulis di nomor satu?

Apakah itu impian yang sebegitu pentingnya? Apa si tuan cinta pertama ini benar-benar berharga?

Ini sangat menggangguku. Semua ini sangat menggangguku.

“Tuan, apakah anda sudah memutuskan mau memesan apa?” tanya pelayan laki-laki yang mungkin sudah lima menit menatapku dengan cara yang aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tuan, apakah anda sudah memutuskan mau memesan apa?” tanya pelayan laki-laki yang mungkin sudah lima menit menatapku dengan cara yang aneh. Aku baru sadar kalau aku masih di sini, duduk sendirian di restoran, menunggu klien lainnya untuk menawari saham usaha lainnya, dan aku tidak bisa berhenti memikirkan siapa cinta pertama calon istriku.

“Bisakah, aku memesan menu spesial dari chef,” kataku memberikan kembali buku menu kepada pelayan itu dan mengangguk dan pergi dengan senyuman.

Setelah kepergian pelayan itu, aku mendengus dan menggeleng beberapa kali. Aku harus tetap tenang. Dengar! Cheryl menerima cincinmu. Dia tidak ingin kau menyerah walau ayahnya menolakmu. Dia sudah memilihmu dan mengatakan kalau dia mencintaimu! Jangan berlebihan memikirkan ini oke? Dia menerima lamaranmu. Dia juga ingin menikahimu! Dia pasti ….

“Wow, aku tidak tahu kalau ada restoran semewah ini?”

Deg!

Suara itu? Kepalaku segera mendongak dan menatap sekitar sampai menemukan sosoknya. Rambut coklat panjang terurai sampai ke punggung. Senyuman dan tatapan lembutnya yang selalu memesonaku. Oke, aku tidak salah orang. Wanita yang baru saja masuk ke restoran adalah Cheryl Lily White. Dan oh! biar kutekankan di sini, aku sangat kaget sekarang. Karena tak jauh darinya, ada sosok lain yang mengikuti langkah Cheryl.

Dan sosok itu … seorang laki-laki.

“Aku pernah kemari, makanannya sangat enak. Kupikir kau harus mencobanya,” Sosok laki-laki yang memakai jas hitam itu tampak ramah seolah dia sudah mengenal Cheryl.

Apa dia mantan pacarnya?

Apa dia cinta pertama Cheryl?

Kenapa mereka akrab sekali?

Cheryl bahkan tertawa bersamanya. Memangnya apa yang lucu dari lelaki yang tampak membosankan itu? Lalu kenapa di saat aku merana memikirkan segala urusan bisnis ayahku dan si tuan cinta pertama sialan ini, aku malah mendapat pemandangan di mana calon istriku sedang bersama seorang laki-laki.

Laki-laki yang tidak pernah kukenal. Berpenampilan lumayan dan oh … aku ingin mual mengatakan ini. Lelaki yang tampaknya menatap Cheryl dengan cara yang berbeda.

Aku juga seorang laki-laki, tahu! Aku tahu tatapan mana yang menunjukkan pertemanan dan lebih dari sekadar teman.

Laki-laki asing ini menggangguku.

Apa aku harus ke sana? Astaga! Tentu saja bodoh! Aku ini sudah menjadi calon suaminya! Tentu saja aku harus tahu apa yang Cheryl lakukan dengan laki-laki lain *ralat, aku hampir menjadi calon suaminya (masih belum ada izin restu dari sang ayah).

Tetapi meski begitu .…

“Kak Ced mau duduk di mana?” sahut Cheryl memberikan sekali lagi senyuman menawan itu.

Orang yang dipanggil Kak Ced itu seketika menepuk pundak Cheryl dan menunjuk meja di sudut ruangan yang agak menjauh dariku, “Kita ke sana saja,” katanya.

Sesuatu di dalam diriku terasa retak. Adegan menepuk pundaknya saja sudah membuatku kepanasan seperti ini.

Mana ada coba, laki-laki yang mau mengajak seorang wanita secara pribadi ke restoran mewah seperti ini kalau bukan karena ada modus dibaliknya!

Astaga, apa yang kulakukan?!

Harusnya aku menghampiri mereka berdua sekarang!!!

Harus sekarang!

***

Vote dan komen lah apabila karya tulis saya pantas untuk mendapat dukungan 😉

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang