Aku Tidak Ingin Memaksamu

588 31 2
                                    

Bab 19 - Aku Tidak Ingin Memaksamu

(Nathan)

Aku melongo mendengar pertanyaannya.

Saat itu tepat sudah tengah hari, ketika Cheryl datang bersama Cedric. Setelah laki-laki sialan itu pergi, Cheryl enggan menatapku dan bahkan memberiku sebuah pertanyaan konyol ini.

"Cher, apa maksudmu ragu? Aku sudah berjanji ... kita sudah berjanji," kataku mendekatinya dan memberikannya keyakinan bahwa aku sudah memikirkan keputusan ini matang-matang.

Tetapi parahnya, sekarang Cheryl malah semakin mengambil langkah mundur dan menolakku mendekatinya. Tubuhnya kini berbalik membelakangiku dan memabuatku tak bisa melihat wajahnya yang kurindukan. Padahal kami sudah begitu dekat. Saling bertatap muka setelah berhari-hari memutuskan untuk berpisah sementara waktu.

"Lalu kenapa kau menghindariku selama seminggu itu?" Suara khasnya akhirnya keluar dan sedikit mengejutkanku.

Apa dia mencemaskanku? Apa pertengkaran kami kemarin itu, terlalu mengguncang mentalnya?

Memikirkan kemungkinan itu, membuatku tak bisa menahan rasa bersalah ini.

Sejak menemukan kertas impiannya itu, pikiranku rasanya dirusak oleh bayangan si tuan cinta pertamanya. Aku hanya tidak mengerti mengapa ada laki-laki lain yang masuk ke dalam daftar 10 impiannya. Aku memang kekakankan sekali menanggapinya. Bahkan sampai menghindari Cheryl selama beberapa hari, tepat setelah aku melamarnya.

Dia mungkin mengira aku meninggalkannya.

Payah sekali kau, Nathan.

Aku tak bisa memikirkan hal lain yang bisa membuatnya senang. Jadi, aku hanya berjalan sekali lagi mendekatinya. Melompati jarak dan melingkarkan kedua tanganku di pinggulnya dan mengecup tekuk lehernya. Menghirup aroma tubuhnya yang membuat mabuk. Meski sempat kaget, Cheryl tidak menolak atau pun mencoba menjauh atas perlakuanku ini.

Melihat sikap diamnya ini, membuatku gemas.

"Maaf," lirihku memelas, "Aku hanya ... tidak bisa saat itu."

Bisa kurasakan ritme nafasnya yang begitu pelan, siap untuk berucap, "Apa kau ragu menikah denganku, Nath?"

Pertanyaan sama itu kembali membuatku membeku di tempat. Sementara di dalam kepala, pertanyaan-pertanyaan ini berkecamuk begitu hebatnya. Mengapa Cheryl sampai terpikir hal seperti itu? Apa yang membuatnya mengatakan pertanyaan bodoh itu?

Mengapa ...?

Detik selanjutnya kuberanikan diri untuk memutar tubuh Cheryl, agar wajahnya menghadapku. Dan saat itu lah ketakutanku menjadi nyata.

Gadis itu sedang menangis.

"Cher ...," panggilku begitu pilu menatap kedua matanya yang berkaca-kaca.

Seolah di dalam diriku terasa ditusuk oleh logam terbakar. Begitu pedih dan nyeri.

Gadis itu berusaha mati-matian mengambil nafas di antara isak tangisnya, "Aku sudah bilang kalau aku ingin menikah denganmu. Hanya kamu, apa kau tidak mengerti?" Cheryl memukul-mukul dadaku beberapa kali seolah ingin menyakitiku pula.

Namun, cukup melihat kedua matanya berkaca-kaca, aku tahu. Cukup melihatnya menangisiku, jantungku bagai diremas. Aku hampir lupa kalau gadis ini memiliki perasaan yang begitu rapuh. Dan aku yang tidak berguna ini lah yang membuatnya menangis untuk kesekian kali.

Lelaki macam apa aku ini?

"Cher ... kumohon berhentilah," kataku sembari mengusap pipinya yang lembab dan memerah menahan malu.

Namun, Cheryl menggeleng kembali melanjutkan, "Kalau kamu ragu ... lebih baik tidak usah sekarang ...," Cheryl mulai menggerakkan salah satu tangannya dan mulai berusaha melepas cincin emas yang dulu kuberikan padanya, "Aku tidak ingin memaksamu, Nath. Aku tidak ingin apa yang kita punya sekarang hancur."

Rahangku mengeras melihat bagaimana cincin yang dulu kupasang, kini harus terlepas dari jemari wanita yang kucintai, "Cher, berhenti!"

Cheryl tetap keras kepala dan tak lama akhirnya lingkaran emas itu, kini ia letakkan di telapak tanganku, "Kau pernah mengatakan padaku kalimat ini saat kita berada di bawah tebing itu. Menunggu tim penyelamat datang dan ... kau mendapat serangan jantung lagi ...."

Aku menggeleng dan menarik tangannya untuk menaruh cincin itu di tempat yang seharusnya, "Aku tidak ingat dan aku tidak peduli! Aku mau kau memasang cincin ini dan jangan pernah berani kau melepasnya di depan mataku!"

"Nathan ...," Cheryl menepisnya dan seketika kedua tangannya sudah berpindah menangkup wajahku. Menghentikan napasku seketika, "Aku tidak ingin kita bersama karena terpaksa. Aku ingin kita bersama bersama karena kita sama-sama menginginkannya. Kau yang mengatakan itu, bodoh. Masa kau lupa?"

(First: Bab 29)

Kupejamkan kedua mataku dan menahan diri agar tidak membentaknya, "Aku tidak mengerti, Cher."

Wanita itu tersenyum, "Temui aku lagi, saat kau siap," katanya berbisik, "ayahku mungkin benar. Kita belum siap, Nath."

***

Vote dan komen lah apabila karya tulis saya pantas untuk mendapat dukungan 😉

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang