Noel (5)

393 14 0
                                    

Bab 68 - Noel (5)

(Cheryl)

Bangun di akhir pekan terasa seperti rutinitas biasa. Hari sudah menunjukkan pukul lima ketika aku memutuskan duduk sebentar di atas ranjang, kulirik Nathan dan Noel di sampingku masih terlelap dalam kantuk. Mereka tampak menggemaskan.

Ya … aku masih sedikit sebal dengan Nathan. Terutama fakta di mana dia tidak menjelaskan padaku perihal latar keluarga Noel.

Kuhela napas panjang kemudian berjalan menuju kamar mandi, untuk membasuh muka. Pikiranku kembali merutuki diri bahwa sebenarnya apa yang Nathan lakukan tidak perlu dibesar-besarkan. Itu masalah orangtua Noel dan aku tidak tahu mengapa, aku tidak suka ketika mengetahui Nathan menyembunyikan fakta itu. Rasanya seperti dia tidak percaya padaku untuk menjaga rahasia pribadinya.

Selepas dari kamar mandi, kakiku membawaku ke dapur. Sembari menerawang sarapan apa yang harus kubuat hari ini untuk dua laki-laki kesayanganku itu. Aku berjalan menuju lemari di mana biasanya tersimpan produk kaleng susu coklat yang biasa kuminum untuk mengawali hari. Sekarang, benda itu tampak terbengkalai di pojok sebab aku tak meminumnya lagi selama beberapa hari.

Bau coklat itu membuatku … mual.

Untuk alasan yang tak kuketahui, selera makanku memang agak berubah akhir-akhir ini. Makan malam kemarin saja, setengah porsi pun tak sanggup. Mungkin aku sakit atau semacamnya, jika benar maka berkunjung ke dokter tak ada salahnya. Entahlah, yang penting aku harus makan sesuatu sebelum jatuh pingsan dan malah membuat Nathan panik setengah mati.

Kedua mataku melirik jendela besar di ruang tengah yang bisa kulihat jelas di dapur. Sepertinya sudah jam enam pagi, cukup cerah jika ingin berolahraga. Ide ini membuatku tersenyum sembari mengaduk tepung adonan pancake.

“Kau membuat pancake?” Suara Nathan membuatku hampir terperanjat berdiri.

Rambut hitamnya agak berantakan. Mata abu-abunya kadang bersembunyi di balik kantuknya, tetapi dia masih suamiku yang selalu membuatku terpesona.

“I-iya,” kataku langsung mengalihkan pandangan ke mangkuk adonan tepung yang sudah kuaduk lebih dari lima menit. “Aku ingin membuat sarapan sederhana saja supaya kita bisa langsung jalan pagi setelahnya.”

Nathan berjalan mendekat dan berdiri di sampingku, “Biar aku saja yang membuatnya,” katanya menyenggol bahuku dan merebut mangkuk adonan pancake dari tanganku. “Ini akhir pekan, Cher. Giliranku buat sarapan,” katanya mengedipkan sebelah matanya.

Aku tak bisa menahan diri untuk tertawa.

“Kau mau minta maaf untuk yang kemarin? Jadi untuk itu kau memasak?” bisikku lalu beralih mengambil panci serta spatula untuk memasak nanti.

“Kau mengenalku dengan baik, Cher,” kata Nathan fokus mengaduk adonan. “Maaf, aku tidak memberitahumu.”

Aku mengangkat bahu, “Tidak apa. Aku tahu itu bukan urusanku dan … walau marah sekalipun aku tidak bisa mengubah keadaan Noel.” Aku mulai menyalakan kompor dan memanaskan panci di atasnya. “Hanya saja … aku kaget, Nath. Noel masih kecil, kau tahu? Melihat ayah dan ibumu berpisah … terlalu berat bagi anak berumur enam tahun.”

“Aku juga tidak tahu banyak soal detail masalahnya. Yang jelas, tak ada yang bisa kita lakukan untuk Noel selain mengasuhnya sementara waktu,” jelas Nathan dan membuatku tercenung sejenak. Membayangkan apa yang harus Noel lewati setelah perceraian kedua orang tuanya.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang