Dansa (2)

545 30 0
                                    

Bab 28 - Dansa (2)

(Nathan)

“Kalau ayah menolak Nathan lagi kali ini, aku akan kabur dan menikah ke luar negeri sama Nathan!”

Sejujurnya saja aku senang Cheryl mengatakan itu, tetapi aku mendapat masalah lebih parah karenanya.

“Kau itu sudah meapakan putriku sampai begitu?!” ujar ayah Cheryl melotot tajam padaku setelah Cheryl meninggalkan kami mengobrol berdua.

Astaga, belum apa-apa aku sudah mendapat jatah marah mertua.

“Ya-ya itu … nggak ada, Pak,” ujarku hampir terpikir untuk segera kabur saja.

“Tuan-tuan, champagne?” Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri kami dan menawari kami minuman.

Kami berdua pun sama-sama mengambil satu gelas dan menyesapnya perlahan. Kulirik laki-laki paruh baya itu diam-diam, dan firasatku mengatakan kalau sekarang beliau agak lebih rileks.

“Hah … kalian ini membuatku stress tahu,” gumam beliau mengerucutkan bibir, “mau menikah tetapi yang kulihat dari kalian adalah sepasang anak remaja kebelet nikah.”

Aku tersenyum tipis menanggapi komentar itu, “Setidaknya kalau kami bersama, setiap hari rasanya kembali muda.”

Seketika Steve melotot padaku, “Jangan bilang kau mau menggombal padaku, hah? Aku ini mertuamu tahu! Bukan istrimu!”

Ya ampun, Nath! Untuk sekali dalam seumur hidupmu, kendalikan mulut sialanmu sekarang! Masa depanmu tergantung pada orang ini mau merestui pernikahanmu atau tidak.

Sesaat, kudengar helaan napas panjang dari beliau, “Aku bisa lihat bagaimana Cheryl menatapmu, tahu …,” kata beliau seketika menatap sendu ke depan, “kau juga memiliki tatapan yang sama dengannya.”

Well, setidaknya beliau tahu aku mencintai putrinya. Kusesap kembali champagne itu dan bernapas lega.

“Seperti yang kau lihat, Cheryl itu keras kepala,” kata beliau sembari menunjuk ke arah Cheryl, seperti beliau sedang mengawasi putrinya yang kini menyapa ramah ke beberapa tamu undangan, “kalau Cheryl menganggap sesuatu itu berharga, dia pasti akan berjuang mati-matian supaya bisa menjaganya. Kau harus lihat ketika dia berumur lima tahun dan aku menyuruhnya membuang boneka beruang yang sudah rusak parah itu, Cheryl malah meneriakiku dan melarangku membuangnya. Ya, benar-benar keras kepala sekali anak itu.”

Pandanganku juga ikut tertuju pada Cheryl. Miliknya yang berharga, ya? Entah mengapa ketika tahu bahwa aku berharga baginya, membuatku merasa senang.

“Ngomong-ngomong, kalian sudah sampai mana?” tanya beliau membuatku mengernyit.

“Maksud, Bapak?”

Lelaki itu kemudian menyenggol bahuku seketika, “Itu lho, kalau kalian berduaan, ngapain aja?”

Mendengar pertanyaan itu hampir membuatku tersedak napasku sendiri. Astaga, orang tua ini! Mana bisa aku mengatakan hal-hal intim yang kulakukan bersama putrinya!

“Nggak ngapa-ngapain kok, Pak!” jawabku langsung.

“Hm? Pemalu juga kamu,” kata beliau kemudian terkekeh dan menyesap champagne lagi, “Aku tidak akan munafik sih, tapi putriku yang satu itu memang cantik pas sudah gedenya. Seperti ibunya dulu. Tuh coba lihat sana!”

Pandangan mataku mengikuti ke arah yang Steve tunjuk. Kudapati di sana, Cheryl sedang diajak mengobrol dengan laki-laki lain. Mereka tampak akrab dengan candaan tawa serta obrolan yang sepertinya menarik. Entah mengapa, gemuruh di dadaku mulai memanas melihat pemandangan itu. Secara reflek, tubuhku langsung bergerak ingin menghampiri Cheryl dan melabrak laki-laki itu, tetapi Steve lebih dulu menahanku.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang