Kerja Lembur (2)

608 25 0
                                    

Bab 37 - Kerja Lembur (2)

(Cheryl)

Rasanya seperti ada beban yang tertinggal di kelopak mataku dan memaksaku untuk segera menutup.

Aku segera mengucek mataku kembali dan berkosentrasi pada tabel data yang harus kuselesaikan. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan aku terlalu lelah untuk melanjutkan. Di tambah malam ini terasa dingin sekali hingga membuat kemalasanku sampai ke puncaknya.

Astaga, Aku tidak sanggup. Aku tidak kuat dalam hal begadang semalaman.

Detik selanjutnya, mataku kemudian melirik pintu kamar di mana Nathan berada dan tertidur pulas di dalamnya. Godaan untuk tidur lagi, tetapi ada pula satu pikiran yang membuaku miris.

Ya kalau dipikir ironisnya, tanpa alasan aku malah kuat melakukan “kegiatan suami istri” bersama Nathan semalaman suntuk. Bayangkan saja, Nathan itu punya stamina sampai mana sih? Bisa-bisanya menggagahiku sampai membuatku kewalahan dibuatnya. Walau aku juga tak bisa berbohong kalau sebenarnya aku menikmati semua itu.

Anehnya, untuk pekerjaanku yang satu ini, sudah membuatku mengantuk setengah mati. Sekarang, setidaknya tinggal pengumpulan data nilai para siswa, tetapi Tuhan, aku tidak kuat membuka mataku barang sedetik.

Aku ingin tidur.

Tetapi aku tetap memaksa kedua mataku terbuka hanya untuk menyelesaikan yang satu ini. Atau mungkin aku harus beristirahat sebentar barang satu atau dua jam. Aku akan bangun lagi dan merasa lebih baik.

Dan seperti itulah … rasa kantuk telah mengalahkanku.

Lalu beberapa saat yang cukup lama, apa yang kurasakan selanjutnya adalah dekapan hangat yang mengangkat tubuhku berpindah dari sofa. Aku mengerang dan bergerak minta dilepas. Aku ingin sekali melawan dan menghentikan siapa pun yang telah berani mengangkat tubuhku tanpa izinku. Namun, aku terlalu lelah. Aku tak sanggup membuka mata lagi.

Terakhir kuingat adalah … aku mencium aroma tubuhnya yang membuatku nyaman. Seperti … aroma yang dimiliki suamiku.

***

Sinar matahari pagi yang menyelip dari jendela, mengusik mataku. Membuatku mengerang malas dan kembali menggulung selimut hangat ini sampai ke leherku. Hari ini dingin sekali, rasanya ingin di tempat tidur seharian.

Eh?

Kedua mataku langsung membelalak lebar dan segera tubuhku terlonjak bangun. Kepalaku menatap sekitar dan kusadari satu hal. Aku berada di tempat tidurku dan Nathan juga berada di sampingku, memeluk pinggulku.

Aku mendelik curiga pada sosok suamiku ini. Dalam kepalaku bertanya-tanya, sejak kapan Nathan memindahkan tubuhku ke kamar tidur? Tubuhku juga masih berpakaian lengkap seperti kemarin malam, lengkap dengan kaos biru muda dan celana tidur krim pucat.

Pandanganku kembali mengerling pada sosok Nathan yang masih tertidur lelap. Dia tidak meniduriku kemarin, ‘kan? Tanganku mulai meraba tubuhku sendiri apakah ada semacam bekas atau bahkan kelelahan yang tertinggal biasa setelah bercinta. Namun, aku merasa segar saja saat ini. Malah lebih baik dari yang biasa. Kembali aku melirik suamiku yang tertidur pulas dan tanganku maju menyentuh sisi wajahnya.

Kukira dia akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Aku kembali berusaha mengingat apa yang kukerjakan kemarin malam. Aku pasti terlalu mengantuk sampai lupa terbangun. Pekerjaan itu pasti belum selesai. Ah, sial.

Tak lama, lirikan mataku kini mengarah pada laptop yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur. Membuat keningku mengerut curiga.

Sejak kapan benda itu juga ikut ke kamar?

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang