The Longest Pause (2)

379 13 0
                                    

The Longest Pause (2)

(Nathan)

Aku dan Cheryl tidak pernah mempause pertengkaran kami selama ini. Seminggu yang ia berikan padaku untuk berpikir apa yang harus kulakukan apabila anak ke empat kami lahir. Anak yang tak pernah berada dalam rencanaku.

Cheryl pasti akan mempertahankan anak ini dan pause kali ini adalah Cheryl yang menginginkanku untuk menyayangi anak ke empat yang berada di perutnya. Sebab anak mana yang mau lahir saat orangtuanya saling membenci atau bahkan menyalahkan si anak itu sendiri.

Kuembuskan napas sesaat dan memperhatikan bagaimana Cheryl tertidur pulas di sampingku. Punggung telanjangnya menjadi pemandangan pagi hariku. Ya, jika dia berada di atas ranjang bersamaku, tentu dalam satu momen tak akan ada satu pakaian yang selamat dari tubuhnya. Begitu juga sekarang.

Meringkuk begitu polosnya bagai bayi.

Kutempelkan dadaku ke pungggungnya, kemudian mengecup singkat tekuk lehernya yang harum. Tanganku yang jahil menyelusup ke perutnya dan mengelus permukaannya yang masih datar.

Aku bertanya-tanya saat itu, apakah kami sudah berada di tahap ini? Tahap di mana salah satu dari kami mulai bosan dan menjaga jarak. Aku menyadari hal ini ketika kami melakukan pause terpanjang ini. Seperti ada saatnya aku dan Cheryl masih bisa bersikap normal layaknya pasangan suami istri biasanya. Ada pula satu momen di mana kami berpura-pura bahkan di depan anak kami sendiri.

Namun, ada satu momen di mana kami benar-benar saling membutuhkan. Seperti beberapa hari kemarin ketika kami menemui Dokter Josh untuk pemeriksaan kondisi jantung anak kami, Teddy.

***

“Saya tahu, Theodeore masih berumur dua tahun, namun penting bagi kalian untuk mengetahui dengan betul kondisi putra kalian. Terutama dengan kelainan yang terjadi pada jantungnya, kalian sebagai orangtua Theodore harus bersiap semua kemungkinan buruk yang akan terjadi.”

Cheryl saat itu mengasuh Teddy di pangkuannya. Teddy yang masih dua tahun itu tak mengerti sepenuhnya apa yang Dokter Josh jelaskan pada kami. Namun, tentu aku dan Cheryl mengingatnya dengan jelas. Cheryl bahkan sampai menggenggam tanganku saking eratnya ketika Dokter Josh mengatakan Teddy kelak harus melewati beberapa kali operasi apabila kondisi jantungnya tidak memungkinkan.

“Tapi, masih ada pengobatan terapi jantung buatan itu, ‘kan?” Cheryl melirikku. “Suamiku masih hidup dan sehat sampai sekarang setelah mengambil pengobatan itu. Harusnya itu juga berhasil untuk Teddy, ‘kan?”

Dokter Josh mengangguk, “Ya, itu salah satu alternatif yang menjadi kemajuan pengobatan untuk kasus Theodore,” ujarnya. “Namun, Theodore masih terlalu muda. Putra anda harus memiliki fisik yang kuat untuk menjalani terapi tersebut. Minimal Theodore harus berusia 17 tahun agar sanggup menjalani operasi pemasangan jantung buatan dan terapi yang membutuhkan waktu lama. Sampai saat itu tiba, Theodore harus bergantung pada jantungnya sendiri. Itu pun kalau jantungnya mampu. Maafkan saya, Tuan dan Nyonya Lumbert.”

Setelah mendengar penjelasan panjang Dokter Josh, Cheryl tak banyak bicara kemudian. Kadang dia mengecup puncak kepala Teddy dan melirikku sebentar. Memberi isyarat melalui matanya yang mulai berkaca-kaca.

Aku mengangguk dan tahu … Cheryl ingin segera ke luar dari kantor kerja Dokter Josh.

“Maaf ya, Nathan. Kamu harus berbohong sama Dokter Josh agar kita bisa cepat-cepat ke luar dari sana.” kata Cheryl ketika kami berdua berada di taman rumah sakit usai berkunjung ke Dokter Josh.

Aku mengangguk dan diam memperhatikan Theodore berpegangan susah payah pada Cheryl agar dia bisa menggunakan kedua kakinya.

“Ma … Ma …,” katanya terengah-engah seolah baru saja lari marathon. Teddy itu sangat mengingatkanku pada Pamannya, Daryl White—adik Cheryl. Habisnya dia mempunyai rambut coklat serta mata khas keluarga Cheryl, tetapi dia mempunyai sifat manjaku yang luar biasa. Seperti sebutanku sebelumnya, Teddy itu penyeimbang gen keluarga.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang