Melewati Batas (4)

313 19 0
                                    

Melewati Batas (4)

(Nathan)

Aku menyampirkan jas tuxedoku ke tubuh wanita itu untuk menyelimuti tubuhnya dari dingin. Cheryl tidak menolak dan tidak pula mengiyakan. Bibir mungilnya terkatup ketika ia meminta kami berdua untuk duduk di salah satu bangku di balkon rumah sakit yang dibangun khusus untuk tempat istirahat dan menikmati pemandangan kota sejauh mata memandang.

“Malam ini cukup dingin ya, Cher?” tanyaku membuka pembicaraan yang rasanya aneh sekali. Biasanya aku meminta Cheryl yang duluan untuk bicara, namun melihatnya sekarang membuatku ragu.

“Iya dingin,” jawab Cheryl seadanya.

Keningku mengernyit, “Kamu bilang mau bicara,” kataku menyenggol bahunya, “mau bicara apa?”

Wanita itu mulai memainkan jemarinya, “Aku bingung,” katanya. “Susah sekali ingin bicara denganmu apalagi dengan ayahmu masuk rumah sakit seperti ini. Aku tidak ingin menambah masalah.”

Kuhela napasku perlahan, “Masalah ayahku ya masalah beliau. Kalau menurutmu kita berdua punya masalah, itu masalah kita. Bilang aja sekarang, Cher. Aku akan mendengarnya.”

Cheryl ikut menghembuskan napasnya. Ujung jemarinya yang nakal mulai bergerak menyusuri kain jas tuxedo di tubuhnya. “Tadi Emily memberitahuku sesuatu saat di pesta tadi,” kata wanita itu memulai pembicaraan. “Soal perusahaan ayahmu.”

Rahangku langsung mengeras.

Cheryl melihat responku, “Meski tidak langsung, itu sumber stress ayahmu, ‘kan? Karena kondisi perusahaan beliau saat ini akan ….”

“Cher, kumohon. Aku sudah menceritakannya padamu ‘kan?” desisku memotong kata-katanya sebelum aku merasa lebih buruk lagi. “Kau sedang hamil, aku tidak ingin kau berlebihan memikirkan ini.”

“Jadi sekarang kehamilanku menyulitkanmu?” balas Cheryl lebih menyakitkan. Wanita itu menggelengkan kepala hingga rambut coklatnya ikut bergerak. “Apa kau tahu? Aku merasa seperti orang bodoh ketika Emily mengatakan yang sebenarnya soal perusahaan ayahmu …,” katanya dengan getir. “Kau mau aku menjadi orang dungu yang tidak tahu apa-apa sampai kau sendiri hancur, begitu?”

“Aku tidak akan hancur. Perusahaan ayahku tidak akan hancur!” sahutku menghentikan Cheryl sebelum wanita itu akan menangis oleh kata-katanya sendiri. “Ya, memang bisnis sedang tidak berjalan dengan baik, namun aku masih berusaha, Cher. Aku menjalin relasi dengan para investor di pesta Emily dan memastikan mereka akan mendukung rancangan proposalku untuk persiapan perusahaan baru nanti. Aku harus mempersiapkan presentasi sempurna selama empat bulan ke depan, pertemuan dengan para pebisnis dan mengajukan rancangan proposal yang tepat. Semua ini … semua yang kulakukan ini adalah untuk tetap memberikanmu yang terbaik, untuk anak kita.”

“Lalu bagaimana jika semuanya gagal? Bagaimana jika mereka tidak mendukung rencanamu? Bagaimana jika aku hanya menjadi beban yang menahanmu? Maksudku … kehamilan ini saja sudah membebanimu!”

“Kau bukan beban,” desisku meraih tangannya dan menggenggamnya erat. “Jangan pernah … jangan sekali pun menganggap dirimu adalah beban! Tetaplah di sampingku, itu saja yang kuminta ….”

Cheryl menggeleng dan menarik tangannya dariku. Wajahnya berpaling dan dia lebih memilih menggeser tubuhnya, menjaga jarak dariku. “Kau tahu? Mungkin orang yang harusnya berada di sampingmu adalah orang yang bisa membantu masalahmu,” katanya. “Emily lebih cocok di posisi itu.”

Jantungku terasa diremas mendengar kata-kata itu, “Emily mengatakan sesuatu yang lain, ‘kan?” kataku sedikit menuntut. “Dia bilang apa, Cher?!”

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang