Rumah (1)

353 15 0
                                    

Rumah (1)

(Cheryl)

Beberapa hari kemudian.

"Hey, baby. Bagaimana kabarmu, huh? Miss me?"

Kuda berbulu coklat itu meringkik senang ketika aku datang bersama beberapa wortel di tangan. Ini adalah hari terakhirku di peternakan Duwey, juga hari di mana aku akhirnya pulang kembali ke kota bersama suami dan kakak iparku. Dengan kata lain, aku akan kembali berkunjung setelah aku pulih pasca melahirkan dan ketika anakku tidak rewel ketika diperkenalkan dengan kuda. Itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama, setahun mungkin.

"Philip bilang kau sedang mengandung, benarkah itu Gloria baby?" Kembali kuda itu meringkik dan bahkan memajukan wajahnya untuk mengelusku. "Oke, oke! Aku percaya!" kataku tertawa geli.

"Apa kau tau hal lainnya lagi?" tanyaku seolah kuda itu mengerti. "Aku ... akan pulang dengan suamiku."

Gloria berhenti menguyah wortelnya dan menatapku.

"Apa maksud tatapanmu itu?" tanyaku merasa aneh dengan sikap Gloria.

"Aku memang ingin pulang!" kataku menegaskan.

Tatapan kuda itu masih sama.

Bibirku mendecak mendapat tatapan curiga itu. "Dia memang masih suamiku, aku harus bagaimana lagi?"

Gloria memalingkan muka.

Aku langsung melongo, “Apa maksudnya itu, huh? Aku harus pulang. Seluruh kehidupanku ada di kota dan Nathan adalah suamiku. Aku harus bagaimana lagi coba?”

Hening.

Aku menghela napas dan menyandarkan tubuhku di depan pintu kandangnya. Tersenyum melihat betapa bersihnya tempat itu. Mungkin baru dibersihkan, entah siapapun yang melakukannya, dia mengerjakannya dengan baik. Setidaknya, dengan kepergianku, kuda-kuda di sini tidak akan terlantar.

"Aku memang masih ragu untuk pulang," Aku akhirnya mengaku jujur. "Aku ... tidak bisa mendekati Nathan tanpa mengingat bagaimana kami bertengkar seperti malam itu. Aku hanya ... takut kami menyesalinya."

Aku memberi kuda itu wortel lagi, "Namun, ketika kupikir lagi ... Nathan sudah mencoba untuk memperbaiki rumahtangga kami dan sekarang adalah giliranku untuk mencobanya, bukan? Jika aku tidak mencoba, maka itu namanya curang. Aku hanya akan … menjadi orang egois."

Ada satu hal lainnya yang ingin kuungkapkan, tetapi rasanya susah sekali. Meski sudah berumur 28 tahun begini, mengakuinya tak pernah mudah. Seperti yang Marianne bilang, aku adalah pemikir keras dan selalu begitu. Bahkan dengan perasaanku sendiri.

Namun, bagaimana pun aku tak bisa menyembunyikan ini selamanya.

"Dan ada satu hal lain yang ingin kuakui ...,” kataku lalu menarik napas dalam-dalam.

Oke, satu … dua … tiga ….

“Aku mencintainya, Gloria.” Aku mengatakannya. Aku bisa mengatakannya lagi, tanpa merasa terbebani. “Aku mencintai Nathan. Sampai sekarang pun aku masih mencintainya ... Bahkan setelah semua yang terjadi dan ... dia adalah tempatku pulang ... He’s the love of my life and always be."

Duh, hormon kehamilan ini membuat mataku seperti kemasukan debu saja, "Dia membuatku bahagia lebih dari yang kuminta ... dan hanya dia yang bisa melakukannya," kepalaku menunduk pada si kecil yang masih menginap di rahimku. "Menurutmu apa itu konyol jika hatimu selalu tertuju pada satu orang dan kau tak akan bisa menyingkirkannya atau pun melupakannya?" tanyaku layaknya orang sakit jiwa yang berharap kuda bisa bicara balik padaku.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang