Reuni (4)

376 14 0
                                    

Bab 56 - Reuni (4)

(Nathan)

Aku sudah bersiap dengan tuxedoku saat itu. Diam-diam kulirik sosoknya dalam balutan kain sutra biru di depan cermin. Rambut coklatnya yang bergelombang terurai lembut menyentuh perempatan bahunya. Gaun indah itu terulur sampai ke lantai, menyembunyikan lekuk tubuhnya yang sudah kuketahui dengan benar.

“Sayang, tolong bantu aku dengan gaun ini,” Cheryl membalikkan tubuhnya menghadapku dan menunjuk punggung indahnya yang masih terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Sayang, tolong bantu aku dengan gaun ini,” Cheryl membalikkan tubuhnya menghadapku dan menunjuk punggung indahnya yang masih terbuka.

Aku tersenyum geli melihatnya sekarang, “Kau cantik,” kataku mendekatinya dan berdiri di belakangnya.

Wajah Cheryl nampak merona merah sekarang, “Te-tentu saja!” sahutnya lalu memalingkan wajah ke arah lain seolah bisa menyembunyikannya dariku, “malam ini ‘kan pesta reuni kita. Aku tidak ingin membuat suamiku malu.”

Aku suka melihat kegugupannya. Iseng, aku mendekatkan wajahku ke punggung wanita itu dan mengecupnya singkat. Tubuh wanita itu sempat tersentak dan memekik, tetapi aku segera menahan pinggulnya dan melanjutkan kegiatanku. Menyecap pesona dirinya yang selalu membuatku mabuk.

Aku bisa merasakan napasnya yang memburu oleh sentuhanku dan tak dapat kutahan senyum ketika bekas merah mungil itu kini terukir di sana. Tanpa mengambil waktu lagi, kutarik resleting dan menutupi punggung itu seluruhnya.

“Aku ingin kamu,” bisikku menyembunyikan wajahku di bahunya dan mendekap pinggulnya mendekat padaku.

Aku juga ingin kamu jujur padaku dengan apa yang sedang kamu pikirkan. Aku suamimu, tentu saja aku tahu ada sesuatu yang berbeda dengan istrinya.

Cheryl hanya terkekeh dan meraih satu sisi wajahku dan mengusapnya lembut, “Aku juga ingin kamu,” katanya dan membuat hatiku mendesir.

Andai aku lebih berani mungkin aku bisa memaksa wanita ini agar menceritakan apa yang tengah mengganggu benaknya. Namun, aku tidak berani menuntut hatinya yang begitu rapuh. Lebih dari itu, aku ingin Cheryl mengatakannya padaku saat ia siap. Aku ingin mendapat kepercayaannya.

“Nathan,” panggilnya lalu memutar tubuhnya berhadapan denganku, “apa … apa boleh aku bertanya sesuatu?”

Ini pertama kalinya Cheryl bahkan meminta izin untuk bertanya padaku.

“Katakan saja,” Aku menarik pinggulnya dan mendekap tubuh itu dalam kehangatan, “Aku akan mendengarnya.”

Hening sesaat.

Bisa kurasakan hembusan napas kecilnya menyentuh jas yang kupakai, hingga akhirnya wanita itu memberanikan dirinya mengeluarkan suara. “Apa kau akan mencintaiku bahkan ketika tahu aku tak bisa memberi apa yang kau inginkan?”

Cheryl menenggelamkan wajahnya di dadaku dan mengendalikan napasnya. Dia seperti tak ingin bertemu pandang denganku, namun di saat yang sama … dia membutuhkanku. Entah karena alasan apa.

“Kau adalah segalanya yang kuinginkan,” jawabku sembari mengelus punggungnya, memberi ketenangan yang kubisa.

Wanita itu menggeleng dan terkekeh, “Jangan merayuku,” katanya, “aku tahu, aku bukan istri yang sempurna. Jangan memujiku berlebihan.”

Dia selalu saja keras kepala. “Kau bertingkah aneh, Cher …,” kataku kemudian. “Apa ada sesuatu yang membuatmu takut datang ke reuni?”

Wanita itu bungkam dan memalingkan muka ke arah lain.

Oke, itu tandanya. Ada masalah di sini dan dia tak ingin memberitahuku.

Kuhela napas perlahan dan berharap dia memberi lebih banyak petunjuk agar bisa memahami jalan pikirannya, “Kalau kau tidak ingin datang, kita bisa ….”

“Jangan,” Cheryl memelas, “semua teman kita ada di sana. Mereka berharap kita datang … terutama kamu.”

Keningku mengerut dengan ucapannya yang terakhir. “Kau juga dulu pernah punya teman saat SMP … kau tidak ingin bertemu dengan mereka lagi?”

“Tentu saja aku mau,” kata wanita itu seolah enggan membicarakannya lebih lanjut. “Tapi dulu kau itu populer. Sampai semua anak perempuan membuat klub fans Nathan … mantan kekasihmu juga pasti datang ke reuni. Bagaimana bisa aku merasa percaya diri sebagai istrimu?!”

Bibirku mendecak melihat kelakuannya sekarang. Gemas, langsung saja aku menarik pipinya dan mencubitnya, “Jangan mengatakan hal yang seperti itu lagi!”

Wanita itu mengaduh sakit dan menyentak menjauh, “Itu salahmu tahu!” sahutnya kesal, “kenapa aku mempunyai suami yang tampan menyebalkan sepertimu?! Kita bahkan belum punya anak … bagaimana jika aku membuatmu malu?!”

“Kalau begitu kau harusnya bangga menjadi istriku!” Kutatap wajahnya bersungguh-sungguh, “jangan … jangan pernah merasa rendah diri hanya karena menjadi pendamping hidupku. Kau itu istriku, Cher. Aku memilihmu. Jadi tegakkan kepalamu, sayang. Kamu gak perlu mendengar apa kata orang, Cher. Kan ada aku?”

Lagi pula, ini juga salahmu membuatku menjadi anak populer ketika SMP dulu (*lihat First bonus Chapter: Nathan’s Story).

Cheryl tidak mengatakan apa pun setelahnya dan berjalan menuju meja kecil di dekat ranjang, mengambil tas kecil biru gelap yang akan dibawanya ke reuni. Entah benda apa yang akan dibawanya ke dalam tas mungil itu, yang pastinya dia tidak memasukkannya dengan benar. Beberapa benda seperti botol parfum dan dompet terjatuh ke lantai, karena ia terburu-buru mengambilnya.

Aku mengerang kesal melihat sikapnya yang menjadi menyebalkan seperti ini. Ingin rasanya aku membatalkan pergi ke pesta reuni. Namun, mengingat wajah memelasnya tadi, aku jadi tidak tega. Hah … paling tidak aku harus menjaga wanita ini dengan benar nanti. Siapa tahu jika Cheryl mungkin berpotensi mengacaukan pesta itu.

Beberapa saat kuputuskan untuk membantunya bersiap-siap. “Kau suami yang paling tidak peka sedunia,” keluhnya saat menerima botol parfum itu dari tanganku.

Aku tersenyum masam mendengar pujian sarkasnya, “Dan kau adalah istri yang paling kucintai sedunia.”

“Kau sudah siap?” tanya wanta itu.

Aku tertawa kembali melihat perubahan sikapnya, “Ya, aku sudah siap, sayang. Sejak tadi.”

Cheryl hanya tersenyum samar dan menarik tanganku. Mengikutinya ke luar. Dia tidak mengatakan apa pun untuk melanjutkan pembicaraan kami tadi. Padahal aku berharap dia melanjutkannya. Namun, kurasa aku harus fokus pada acara reuni ini sekarang dan berjaga-jaga tak ada pria lain melirik istriku nanti di sana.

***

Vote dan komen lah apabila karya tulis saya pantas untuk mendapat dukungan 😉

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang