Kembali Padamu (1)

551 31 0
                                    

Bab 15 – Kembali Padamu (1)

(Cheryl)

Satu jam yang lalu

Macet, aku mengerang kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Macet, aku mengerang kesal. Di antara semua hari yang pernah kujalani, dan mengapa hanya hari ini saja, ketika aku ingin bertemu Nathan, jalan yang akan kulewati penuh dengan mobil-mobil yang mengantri.

“Pak, kita mau sampai kapan di sini?” tanyaku gelisah pada si supir taksi.

Si supir menggarukkan kepala, “Wah, gimana ya mbak? Biasanya macet begini sampe berjam-jam sih.”

Aku mengerang frustrasi dan kembali mengambil posisi duduk bersandar. Aku tidak percaya bisa terjebak di sini, di luar perbatasan kota. Jauh dari rumah. Jauh dari Nathan. Kuusap wajahku dan berusaha menghela nafas yang terasa berat ini. Hingga kurasakan gesekan cincin di jemariku yang membuatku menatap benda itu sekali lagi.

Apa kau memang memikirkanku saat memilih cincin ini, Nathan?

Butuh waktu lama bagi kita untuk sampai ke sini. Kehidupan dalam ikatan pernikahan.

Mungkin juga butuh waktu lama sampai kau mengumpulkan keberanianmu untuk memberiku cincin ini. Kau mungkin berlatih di depan cermin hanya untuk memberiku kata-kata yang tepat bahwa kau memang ingin menikah denganku.

Walau kau memang tidak melakukannya sih. Kau malah langsung memasang cincin ini di jemariku tanpa bertanya. Seolah begitu yakin aku sudah menerimamu. Namun, aku memang menerimamu. Karena kita sudah berjanji.

(First: Bab 30-31)

Juga perlu waktu lama bagiku untuk menyadari maksud ucapanmu kemarin.

Memang menyakitkan, tetapi itu sedikitnya benar.

Mungkin cinta memang tidaklah cukup untuk sebuah pernikahan. Namun, itu cukup untuk membawa kita pulang bersama. Kembali pada titik nol dan memulainya kembali seperti saat kau pertama kali menyatakan perasaanmu padaku.

Aku hanya ingin kau yang pulang bersamaku.

Aku hanya ingin dirimu.

Astaga, aku tidak akan ke mana-mana jika aku hanya berdiam di sini. Aku harus mulai bergerak!

“Maaf, Pak! Saya turun di sini aja. Ini uangnya!” sahutku.

Jadi, setelah ke luar dari taksi tersebut, aku mulai berjalan di atas trotoar. Dan di sepanjang jalan yang kulihat, deretan mobil berjajar menunggu mobil lain bergerak. Bayangkan, kalau aku tetap di sana, mungkin saja akan memakan waktu berjam-jam.

Sekarang mungkin aku perlu mengambil rute jalan yang lain. Namun, masalah lainnya adalah aku tidak punya transportasi apa pun yang bisa membawaku pulang.

Benar-benar sial.

Kuusap wajahku sendiri merasa frustrasi. Kutatap jalan di seberangku dan di sana ada sebuah toko es krim yang entah bagaimana membuatku tergiur untuk mencoba ke sana. Oke, mungkin satu porsi tidak akan membunuh waktu lebih banyak. Aku perlu sesuatu untuk menenangkan pikiranku dari segala pernikahan dan semacamnya. Es krim coklat akan membantuku untuk meredakan pikiran yang berkecamuk ini. Aku juga perlu mempersiapkan diri sebelum benar-benar bicara dengan Nathan.

Hah! Dia selalu bisa membuatku gugup, tetapi di saat itu pula Nathan bisa membuatku lebih berani untuk melompat lebih jauh.

Seolah takdir sudah tersenyum bangga mempertemukan dengan laki-laki yang bisa melengkapi kekuranganku.

Namun, kau tahu? Lucunya jika kita bicara soal takdir, aku ‘kebetulan’ bertemu Cedric di sini. Serius! Di toko es krim ini!

Dan di sinilah masalah lainnya dimulai.

***

Vote dan komen lah apabila karya tulis saya pantas untuk mendapat dukungan 😉

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang