Oh Sial!

549 38 4
                                    

Bab 14 – Oh, Sial!

(Nathan)

1 Jam Kemudian.

Hari itu aku mendapati diriku sendiri menatap cincin emas di jemari manisku. Cincin yang menjadi pengikat dan tanda bahwa hubungan seseorang naik menjadi lebih serius. Atau dalam kasus ini, pernikahan.

Cincin yang mengikatku bersama Cheryl Lily White.

Entah mengapa hari itu, aku hanya ingin berdiam di rumahku. Mungkin kalian bingung mengapa aku bisa mempunyai rumah di sini. Sebenarnya ini rumah milik orangtuaku sebelum kami pindah ke ibu kota.

Rumah yang dulu kutinggali sebelum Ibuku meninggal. Ada banyak kenangan di dalamnya, begitu pula kenangan buruk. Namun, rumah tetaplah rumah. Ada banyak foto almarhum ibuku di tiap dinding putih ini. Ayahku tak pernah berniat menjualnya dan ketika aku mendapat ulang tahunku yang ke 25, beliau memberiku kunci rumah ini.

Kadang sempat terpikir aku ingin tinggal dengan Cheryl di sini setelah kami menikah.

Imajinasi yang konyol, ya?

Maksudku, aku mempunyai pekerjaan begitu pula Cheryl. Kami tidak bisa selamanya di sini, apalagi tuntutan pekerjaanku. Maka dari itu, setelah menikah, aku akan membawa Cheryl ke ibu kota dan meninggalkan semuanya, memulai hidup bari. Walau itu perlu dirundingkan lebih lanjut karena aku tahu Cheryl menyukai pekerjaannya yang sekarang.

Membuatku bertanya-tanya apa dia mau meninggalkan semuanya dan ikut denganku? Apakah dia mau melupakan cinta pertamanya dan tetap menikah denganku?

Memikirkan gadis itu membuatku berdilema dengan pikiran ini. Aku terlalu takut memikirkan, kalau suatu hari Cheryl akan mengingat cinta pertamanya dan berpaling dariku. Aku tidak tahan memikirkan kalau ada laki-laki lain yang dicintainya melebihi perasaannya padaku.

Tuhan, aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkannya! Si tuan cinta pertama itu, membuat pikiranku kacau berhari-hari.

Bahkan membuatku bertengkar dengan Cheryl. Bodoh sekali kau, Nathan. Terutama di bagian di mana kau bilang, bahwa cinta tak cukup untuk sebuah pernikahan.

Aku bahkan tidak bisa menghapus bayangan wajah Cheryl ketika mendengar kalimat bodoh itu. Aku sudah membuatnya menangis lagi.

Brrmm …!

Suara mesin mobil yang berhenti, terdengar jelas seolah ia berada di depan rumahku. Kepalaku berpikir dengan segala macam kemungkinan dan kurasa seharusnya tidak ada klien yang kutemui hari ini. Atau siapapun yang akan datang kemari. Penasaran, akhirnya kuputuskan mengintip melalui jendela di samping pintu masuk rumah, dan melihat siapa yang datang di hari kelabuku.

Deg!

Sosoknya yang keluar dari mobil hitam. Tepat di luar pagar, menatap rumahku dengan pandangan kerut nan cemas. Seketika membuat jantungku berdegup kembali.

Itu Cherylku.

Dia datang.

Namun sayangnya, wanita itu tidak sendiri. Seorang laki-laki ikut keluar dari mobil dan menghampiri Cheryl. Aku ingat wajahnya, seolah baru kemarin aku ingin menampar wajahnya ketika melihatnya menyentuh pundak gadisku. Dan aku ingat dengan jelas bagaimana Cheryl memanggil si laki-laki sialan itu. Dia bilang Kak Ced.

Cedric Franklin dan semua kelicikannya. Aku ingat dengan jelas bagaimana dia mengucapkan kata “tunangan” di wajahku, seolah mengingatkan bahwa dia masih mempunyai kesempatan untuk bersama Cheryl.

Aku tidak yakin kalau dia si tuan cinta pertamanya Cheryl. Andai saja aku tahu siapa orangnya.

Hah! Konyolnya aku, mengapa aku tidak menanyakan itu dengan Cheryl kemarin?

Tanpa menunggu lebih lama langsung saja kuraih kenop pintu dan memutarnya agar membuka. Setidaknya aku harus mencegah segala apa pun yang terjadi pada Cheryl apabila berhubungan dengan si Kak Ced sialan itu.

Firasatku terasa buruk sejak aku bertemu dengan laki-laki itu.

Deg!

Dan benar saja. Tepat setelah kubuka pintu. Tepat di depan mataku. Tepat di pipi calon istriku. Seorang laki-laki dengan seenaknya menempelkan bibirnya di sana dengan mesra seolah Cheryl adalah kekasihnya.

Oh, dobel sialan!

Apakah aku harus menjelaskan momen sialan itu dengan rinci? Oke akan kuperjelas, Kak Ced bajingan itu sedang mencium calon isriku tepat di depan mataku!

Gigiku bergemeretak dan seluruh saraf di tubuhku menegang bersama kemurkaan yang membakar. Laki-laki sialan itu… mau cari mati rupanya?

***

1 jam yang lalu …

(di Bab selanjutnya hehehe)

***
Otor's Note:

Daryl: "Kenapa aku di suruh membiat otor's note padahal aku tidak pernah mendapat dialog di sini dan kemunculanku hampir tidak ada sama sekali. Bukankah ini namanya diskriminasi?

Otor: "Iya... aku minta maaf... kan di sini fokusnya hubungan Cheryl dengan Nathan... jadi..."

Daryl: "Jadi saya tidak penting? Oke, fine! Lalu kenapa namanya Otor's Note? Bukankah harusnya otor sendiri yang nulis? Apa otor terlalu males menulis sampe menyuruhkh menulisnya?"

Otor: "😢😢😢 bu...bukan gitu Daryl..."

Daryl: "Nah, lho? Kenapa situ pake emot nangis? Modus ato topeng doang?"

Otor: "Anu... tolong bilang aja sama reader kalo kita menyarankan untuk klik vote ☆ ato komennya gitu... 😂"

Daryl: "Hah? Buat apa aku begitu? Kan ini bukan cerita tentang Daryl? Buat apa aku capek2 melakukannya?"

Otor: "😬 astagfirullah... (akhirnya otor menyerah)

Vote dan komen lah apabila karya tulis saya pantas untuk mendapat dukungan 😉

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang