Trice

398 14 1
                                    

Trice

(Cheryl)

Apa kalian ingat bagaimana reaksi Nathan ketika aku memberitahunya soal kehamilan pertamaku? Aku tak akan pernah melupakannya. Nathan tersenyum lebar ketika melihat foto sonogram janinku yang masih berumur empat minggu. Dia mencium bibirku berkali-kali bahkan ketika kami di rumah. Itu adalah hari yang menyenangkan.

Aku juga ingat bagaimana reaksi Nathan ketika aku mengandung Nicholas. Kau tahu, aku sedikit merasa trauma pasca kelahiran Lily. Nathan memang ingin kami menambah anak lagi dan kami perlu menunggu tiga tahun sampai akhirnya Nicholas tiba. Saat itu aku dan Nathan memutuskan untuk mewujudkan bulan madu kami yang tertunda. Kami berada di Swiss, kami tersesat dan banyak hal menarik terjadi. Itu bulan madu yang cukup aneh sampai aku memberitahu Nathan kalau aku sedang mengandung Nicholas.

Nathan langsung memelukku dan mengangkatku ke udara. Kami tertawa dan aku kembali mendapat ciuman mesra tak habis-habisnya. Kami sangat bahagia saat itu.

Lalu setahun tak lama setelah Nicholas lahir, Tuhan kembali memberi kami Theodore. Nathan kali ini mengetahuinya dari testpacku dan dia bahkan menstalker Dokter Kelly sampai ia mendapat informasi pasti soal kehamilanku yang ketiga. Kau tahu apa yang Nathan lakukan kali ini? Dia menitipkan Lily dan Nicholas pada Marianne. Lalu dia naik ke dalam mobilnya, menyusulku jauh-jauh menuju museum yang paling bersejarah di kota New York. Aku dan murid-muridku sedang mengadakan studi lapangan. Aku bertugas menjadi salah satu guru yang berjaga. Kemudian entah dari mana datangnya, Nathan datang dan memelukku di depan semua murid dan staf guru. Juga tambahan para turis serta satpam yang mengejar Nathan dengan ledakan amarah.

“Kamu hamil!” Nathan berteriak keras sampai ke penjuru museum. Ke semua orang. Bahkan aku yakin teriakan Nathan bisa membangunkan para mumi yang sedang tertidur.

Aku benar-benar malu. Juga bahagia di saat yang sama. Selama satu semester, semua murid dan para guru menggosipi kejadian itu. Ketika kami mengadakan pesta merayakan kelahiran Teddy, rumah kami langsung sesak dengan banyaknya orang yang mengetahui kehamilanku.

Sekarang, untuk kehamilanku yang ke empat. Anak yang tak diinginkan. Kehamilan yang terjadi karena kecelakaan. Respon Nathan yang kali ini, mematahkan hatiku.

“Nathan, aku hamil,” kataku akhirnya mengungkapkan kejanggalan hatiku selama berhari-hari. “Aku harus bagaimana, hm?”

Nathan menggeleng dan terkekeh sendiri. Ditepuknya pundakku beberapa kali dan berkata, “Kau serius, nih? Yakin itu bukan kau yang bertambah gendut?” tanyanya aku sedang berbohong.

Tuhan, meski sudah menikah selama sepuluh tahun lamanya, kadang aku ingin sekali menonjok wajah Nathan terutama ketika dia menyebutku gendut.

Aku mendorong Nathan menjauh dan melipat kedua tanganku ke dada, “Aku sudah menemui Dokter Kelly dan hasilnya positif!” ketusku menahan geram pada lelaki yang satu ini.

Nathan mengacak pinggang dengan napasnya yang berembus kencang. Aku bisa tahu dia berusaha menahan suara marahnya karena anak-anak kami tengah tertidur di dalam kamarnya masing-masing. Dia betulan tidak senang soal kehamilanku yang keempat ini.

“Kita bicarakan ini di luar,” kata Nathan dingin kemudian menarik tanganku menuju pintu halaman belakang.

Ini adalah tandanya. Halaman belakang adalah taman sayur dan bunga-bunga yang sudah kurawat bertahun-tahun. Biasanya anak-anak juga bermain di sini. Pesta Barbeque juga bisa. Terutama halaman belakang juga tempat yang cocok untuk kami bertengkar. Apalagi pertengkaran yang membutuhkan suara keras dan jeritan, jauh dari anak-anak agar tak mendengarnya. Mungkin untuk yang kali ini, kau bisa mencatatnya sebagai salah satu pertengkaran besar kami.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang