Chapter #20 Home

4.8K 311 13
                                    

Baru saja Caca akan kembali ke kamar kakaknya ketika hampir saja menabrak tubuh Aga yang tiba-tiba muncul di depan pintu.

“Maaf, Ca."

"Gue harus pergi."

"Ada urusan mendadak. Nanti gue hubungin lagi.”

“Hah...?” cewek itu bingung. Kenapa sih?! Udah nongol di rumah orang tiba-tiba, nyuruh dia mandi siap-siap segala sampe otaknya muter tujuh keliling cuman buat milih baju doang, eh gitu udah selesai malah mau ditinggal pergi?! Terus apa gunanya dia cepat-cepat mandi, cepat-cepat makai baju, cepet-cepet dandan?!

“Sampein salam gue buat nyokap lo. Gue pamit,” ucap Aga merasa bersalah pada Caca. Ini benar-benar di luar dugaannya!

"Ga ..." panggil Caca melihat Aga yang bergerak cepat menuju motornya. Aga menoleh.

"Lo berhutang satu penjelasan ke gue," tukasnya datar. Caca gak terima jika kalau dirinya menjadi korban PHP Aga hari ini. Seenaknya datang, lalu seenaknya pergi gitu aja tanpa penjelasan. Sama sekali gak lucu.

Tapi bagaimana pun juga, entah kenapa ia tidak bisa bereaksi marah. Alih-alih menanyakan apa yang terjadi, Caca justru hanya memilih diam, melihat kepanikan yang begitu jelas menggerogoti setiap aliran darah Aga. Untuk pertama kalinya melihat ketakutan yang melanda cowok yang selalu terlihat tenang itu.

Aga menyadari kekesalan yang tak terucap dalam pasang retina Caca. Ia menghampiri Caca, kemudian mengacak pelan rambut cewek itu.

"Hmmm," angguknya sebagai jawaban.

Selang beberapa detik, cowok itu perlahan menghilang di depan pintu bersamaan dengan suara motornya yang menderu kencang dan memekakkan telinga.

Caca menyentuh puncak kepalanya yang diacak-acak Aga tadi. Entah kenapa saat itu ia merasa seperti mendengar bunyi “krek-krek” di bagian dalam tubuhnya. 

Mungkinkah suara hatinya yang retak? 

Suara perasaannya yang patah?

Nggak mungkin.

Kenapa mesti retak?

Kenapa harus kecewa?

Memangnya apa yang ia harapkan?

***

Laki-laki itu melangkah dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Ia harus berkali-kali meminta maaf pada orang yang tidak sengaja ditabraknya. 

Jantungnya berdegup dengan kencang saat berlari hingga ditemukannya nomor kamar yang ia cari sampai langkahnya berakhir di depan sebuah pintu. Mengumpulkan seluruh keberanian yang ia miliki. Bahkan jika pun ia harus dihadapkan pada kemungkinan terburuk seperti yang selama ini terjadi.Pintu kamar terbuka dan menciptakan celah kecil ketika ia akan masuk.

Namun sebuah tangan muncul lalu mencengkeram pergelangan tangannya. Menahannya agar tidak melakukan hal yang lebih jauh lagi dengan membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Seseorang berdiri menghalangi jalannya.

“Kenapa kamu di sini?” tanya suara itu dingin.

Aga mengenali wajah pemilik warna mata yang mirip dengan warna matanya juga warna mata ayahnya yang tercetak sempurna di wajah dingin itu. 

Wajah dingin seseorang yang tidak pernah ia temui selama sepuluh tahun terakhir, yang telah menjelma menjadi sosok seorang pria dewasa.

“Kak Adnan ….” 

Nama itu lolos dari sela-sela bibir Aga.

 “Aku tanya kenapa kamu di sini?”

Tatapan dingin pria itu masih sama seperti kali terakhir Aga melihatnya. Mengirimkan sejuta perasaan sesak di dada dalam waktu yang bersamaan.

LANGIT JINGGA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang