Seninnya gosip menyebar hampir ke seluruh penjuru sekolah. Dari anak-anak kelas sepuluh hingga kelas dua belas, topik pemberitaannya masih sama, masih tentang Aga dan masih tentang Caca.
Aga tidak pernah terlibat dengan cewek dalam urusan apapun. Aga juga tipikal yang tidak tertarik dengan yang namanya pacar-pacaran.
Bahkan Kirana, Kapten Cheers yang jadi the most wanted girl juga masih ditolak sampai sekarang. Meskipun demikian, Aga bukan orang yang dingin. Dia bukan cowok yang pelit senyum. Pribadinya memang hemat sekali dalam menggunakan kosakata, namun bukan berarti ia cowok yang tidak bisa didekati. Tidak. Tentu saja tidak.
Aga bukan coolboy yang kalau bicaranya selalu terkesan dingin, berwajah datar dan angkuh seperti kulkas berjalan, yang tidak peduli bahkan ketus dalam menghadapi cewek.
Dia juga bukan badboy yang selalu membuat onar dan kejahilan di setiap tempat yang dipijakinya. Menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dicintai oleh banyak cewek karena berbagai kebandelan dan jiwa romantis yang tersembunyi di baliknya. No!
Justru Aga adalah cowok yang paling soft, paling hangat dan paling normal layaknya anak-anak SMA pada umumnya. Bahkan nyaris tidak ada yang istimewa dari tindakannya, jika mengenyampingkan kejeniusan otak dan wajahnya yang tampan.
Ia berkumpul bersama temannya seperti biasa. Nongkrong bareng sambil menggoda anak ibu kantin yang terkenal manis, meskipun perannya di sana hanya sebagai pengisi tawa.
Aga juga menghabiskan akhir pekan di rumah Dimas sambil bermain PS dan kegiatan remaja cowok lainnya. Tidak ada hal negatif tentang diri cowok itu.
Aga terlalu sempurna dalam membaurkan diri. Baginya, tidak ada banyak hal yang harus ia ceritakan tetang dirinya pada orang lain. Tidak ada yang istimewa. Bahkan kesedihan dan kesepian yang dilalui hari demi hari pun akan terdengar begitu klise di telinga orang lain.
Aga tidak menyembunyikan apapun. Ia hanya merasa, tidak ada yang perlu diceritakan.
Ia adalah pangeran bermata teduh yang bisa melakukan banyak hal. Sepak Bola, Futsal, Basket, Voli, bahkan Takraw. Semua cabang olahraga ia kuasai dengan mudah. Ia juga bisa memainkan berbagai macam alat musik dari piano, biola hingga gitar. Bahkan suaranya pun sangat merdu untuk didengar. Tidak hanya itu, Aga juga jago dalam memasak. Terbukti waktu Bu Meta mengadakan kelas masak di jam seni budaya. Saat itu Aga sudah benar-benar terlihat seperti chef profesional.
Wajar saja banyak yang mengidolakan cowok yang satu ini. Bahkan banyak yang berpikir bahwa Aga sebenarnya bukan manusia. Karena di dunia ini tidak ada yang benar-benar sempurna. Jika pun ada, sosok seperti Aga pasti hanya akan dijumpai di film-film atau di novel belaka. Di dunia nyata, mencari sosok seperti dirinya, sama sulit seperti mencari bapaknya biskuit khong guan yang menghilang entah ke mana.
Karena itulah, begitu sang cewek yang menjadi fokus trending topic itu muncul di depan kelas, seluruh penghuni kelas langsung menyerbu wajahnya dengan sejuta pertanyaan.
"Lo beneran dianter pulang sama Aga sabtu kemaren, Ca,?"
"Serius?!"
"Anak-anak pada heboh dari tadi."
"Kok lo nggak cerita sih kalo lagi deket sama Aga?"
"Bukannya kalian musuhan ya? Kok bisa?"
"Konfirmasi dong, Ca! Jadi gue tau mau jawab apa kalo ditanya-tanya sama-"
"Gue sms lo dari kemarin tapi kagak lo-"
"Kapan lo jadiannya, Ca?"
"Stop! Stop! Stop!" Caca menggebrak meja.
Keningnya berkerut kesal. Kesabarannya mulai habis. "Oke. Tenang. Rileks. Tarik napas dulu. Santai."
"Denger, gue baru dateng. Baru juga duduk, belum sempet naroh tas gue malah. Terus lo semua langsung nyeret dan ngintrogasi gue tanpa pake SP lebih dulu. Plis, kasi gue waktu buat tarik napas bentar. Bisa?"
"Oiii, Ca!"
"Apalagi sih?!"
"Yaelah. Galak amat, Bu," Ayu mencebik.
Baru saja menginjakkan kaki di kelas namun sudah harus disambut dengan bentakkan ratu sensi sedunia.
"Noh, dicariin Dimas."
"Bilangin gue nggak masuk. "
"Siapa yang nggak masuk? Elo?"
Dimas muncul tiba-tiba dan duduk di meja belakang Caca. Caca memutar bola matanya tak percaya. Cowok itu selalu saja seenaknya muncul sembarangan di kelas orang.
"Kalo lo nggak masuk berarti yang di depan gue ini siapa? Bayangan lo?" tanya Dimas, mencubit kedua pipi Caca hingga membuat cewek itu berteriak kesakitan.
"Sakit bego!"
"Bayangan kok bisa teriak?"
"Ngapain sih lo pagi-pagi ke sini?"
"Gue denger lo sakit, jadi gue bawain ini."
Dimas menyerahkan kantong plastik putih Caca. Begitu dibuka, ekspresi wajah Caca langsung berubah datar.
"Kenapa? Bener, kan? Gue denger katanya anak-anak cewek pada minum itu kalo lagi 'dapet'. Oh iya, ngomong-ngomong kemarin bener lo pulang sama Aga?" tanya Dimas, mendekatkan wajahnya ke Caca, mencari jawaban di sepasang mata cokelat cewek itu.
Caca balas menatapnya. Topik datang bulan yang seenaknya saja diucapkan Dimas sudah cukup membuatnya terdiam. Dan sekarang harus dipancing dengan pertanyaan yang diterimanya sejak melewati gerbang sekolah hari ini.
"Lo masih sayang nyawa lo nggak?" tanya Caca dengan senyum malaikatnya.
Dimas menelan ludah. Sepertinya dia melakukan kesalahan. Karena sedetik kemudian cewek itu menjewer kupingnya keras, berdiri dan menendangnya keluar dari kelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/121319519-288-k875821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT JINGGA (TAMAT)
Teen Fiction"Semua keinginan gue, gak pernah jadi kenyataan. Itu cara kehidupan menghukum gue." *** Aga, atau lebih lengkapnya Airlangga Putra Senja. Pangeran bermata kelabu paling sempurna abad ini dengan tatapan menghangatkan namun sorot mata yang terlihat b...