[36]

767 129 9
                                    

[Wayo]
Setelah beberapa jam perjalanan, aku dan Boom sampai disekolah mereka. Namun kami berdua begitu terkejut saat melihat P'Pha ada didepan kelasnya sambil melayani penggemarnya itu.

Boom dan aku saling menatap bingung tentang kehadiran Phana disana.

Begitu Phana melihat mereka kami berdua, Phana lantas meminta kepada para penggemarnya itu menyudahi ini semua.

"Sudah ... sudah ... cukup ya!! Cukup!!" Pinta Phana dengan lembut kepada para penggemarnya.

Setelah itu Phana melewati para penggemarnya begitu saja  dan pergi kearah kami.

"Hai Yo." Seru Phana padaku.
"Hai, bocah tengil." Sapa Phana kepada Boom juga.

Boom langsung membuang muka dengan malasnya menatap Phana.

"Uh ... P'Pha. Mengapa kau datang kemari?" Ucapku yang bingung.

"Oh. Aku ingin mengajakmu pergi." Jawab artis tinggi itu.

"Tidak boleh." Sahut Boom langsung.

"Heh, siapa yang ingin mengajakmu pergi?" Ketus Phana pada Boom.

"P'Pha, bukankah beberapa hari yang lalu kita sudah pergi?" Ucap Yo.  "A~ku tidak mungkin bolos lagi." Sambungku.

"Ouch, aku sudah mengizinkanmu kepada wali kelasmu. Ayo kita pergi." Seru Pha.

"Tidak." Sahut Boom.

Dan adu debat pun terjadi ..

"Heh, aku tidak bertanya padamu." Pha yang terpancing emosi.

"Kau tidak boleh pergi dengan Yo." Ujar Boom.

"Heh, siapa kau melarangku pergi dengan Yo?" Tanya Phana yang sedikit mendorong bahu Boom.

"Aku sahabatnya. Kenapa?" Jawab Boom yang membalas balik Phana.

"P'Pha hentikan!! Boom hentikan!!" Pintaku yang begitu lirih karena semua murid menontoni mereka seperti pertunjukan action.

"Kau hanya sahabatnya, jadi kau tidak memiliki hak untuk melarang kami."

"Aku berhak melarangnya."

"Kau hanya temannya. Tidak lebih." Ucap Phana yang lantas mencengkram tanganku.
"Ayo, Yo. Kita pergi."

Boom mengnyingkirkan tangan Phana sambil berkata "TIDAK BOLEH."

"Kenapa?"

"Karena Yo SEKARAT!!" Sahut Boom dengan mengeraskan suaranya dan mengotot.

Aku pun terkejut Boom mengatakan hal itu didepan semua orang yang juga terkejut mendengarnya. Bisik-bisikan pun terjadi diantara para murid.

Phana spechless mendengarnya dan sedikit shock.

"Sekarat?" P'Pha bingung.
"Apa maksudmu?" Tanyanya.

Boom menatapku karena ia merasa keceplosan dan aku mengerutkan dahiku untuk memberinya tanda untuk tidak memberitahu P'Pha.

"Errr .... temanmu sedang sekarat sekarang." Ucap Boom yang semakin menjadi.
"Pacarku ini sakit. Lihatlah wajahnya sangat pucat. Apa kau masih tetap mau mengajaknya pergi?" Lanjut Boom bertanya.

'Fiiuuhhh ... syukurlah!!' Ucap batinku.
Aku sejenak legah mendengarnya karena Boom pandai sekali berbicara.

"Apa benar kau sakit?" Tanya P'Pha.

"Um. Tubuhku tidak enak badan, lemas, mungkin demam." Ujarku.

"Apa kau sudah minum obat?"

"Sudah." Jawabku.

Sad Story - Happy Ending [Book 2] & [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang