Sad Story - Happy Ending [Book 2] & [Book 3]

Epilogue

Wayo dan Phana tengah merapikan tempat tidur Yo untuk segera pergi tidur malam ini. Setelah itu mereka naik diatas tangga dan sejenak duduk bersandar menghabiskan waktu untuk bercerita.

Kakinya mereka masukan kedalam selimut dan setelah itu saling bertatapan sejenak.

"P'Pha." Ucapnya Yo.
"Cepat pergilah tidur." Ujar Yo.

"Kenapa aku harus cepat-cepat tidur??" Jawab Pha.

"Ow, kau tidak ingin tidur??" Tanyanya Yo yang bingung.

"Aku masih memikirkan kejadian itu, Yo."

Suasana berbah seketika menjadi haru biru diantara mereka berdua mengingat perjuangan Yo yang mempertahankan hidupnya dan juga perjuangan Boom demi menyelamatkan Yo.

"Karena kejadian itu, aku hampir saja putus asa karena bagaimana aku bisa hidup tanpamu Yo.

Kau hampir saja pergi meninggalkanku, itu sangat membuatku gila. Tapi sekarang, kau sudah kembali disisiku untuk selamanya.

Kau memang pacar yang paling hebat Yo." Ujar Phana.

"Bukan aku yang hebat, P'Pha." Jawab Yo.
"Tetapi Boom yang hebat. Jika Boom yang bodoh itu tidak melakukan tindakan yang sebodoh ini, entah bagaimana nasibku. Aku mungkin tidan bisa mengucapkan selamat tinggal padamu." Sambung Yo.

Dan sejenak Yo menengok kearah pintu kamarnya, dan ia teringat oleh secercah kenangan dari Boom.

"Kau ingat. Dipintu itu, biasanya Boom yang memergoki kita. Dia memang perusuh.

Dan .... Kini aku jadi semakin merindukannya." Ucap sedihnya Yo.

"Hei, jangan menangis." Ujar Phana.
"Boom sekarang sudah tenang disana. Kau pun juga harus tenang disini. Dan lagi pula, Boom selalu ada disampingmu untuk selamanya. Dan dia ada disini Yo .." Ucap Phana sembari menempatkan tangannya di dada Yo.

Setelah cukup lama Phana memegang dada Yo, kemudian ia meletakan kembali tangannya diatas tangan Yo dan menggenggamnya.

"Yo." Ucap Phana dan Yo terdiam menyimaknya.
"Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan pernah meninggalkanku lagi, yaa?" Sambung Phana meminta.

"Um. Aku akan berjanji padamu P'Pha." Jawa Yo dengan suara lembutnya.

Lalu Yo mulai berani mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Phana dan kini Phana diam ditempatnya saja, serasa mereka berdua terbalik.

Lalu Wayo memasuki rongga mulut Phana dan mereka saling menutup mata mereka untuk menikmatinya. Kemudian Phana perlahan menjatuhkan tubuhnya kebelakang dan Yo mengikutinya dengan sedikit merangkak.

Dimalam itulah ketiga janji dibuat satu sama lain. Wayo-Phana, Ming-Kit, Beam dan Forth telah membuat janji mereka masing-masing.

Cukup banyak sudah jeruji besi tajam yang mereka lewati sudah terbalaskan dengan kebahagiaan mulai malam ini.

Waktu demi waktu telah mereka lalui. Namun, akankah mereka tetap bersama-sama? Hanya merekalah yang tahu.

Kembalilah ketiga pasangan ini kepada bianglala yang dulu mereka naiki.

Bianglala berputar secara perlahan, sedangkan mereka berenam berada di tiga tempat yang berbeda.

Ming dan Kit tengah asyik bercanda didalam sana mengenai malam yang mereka nikmati.

Sedangkan Beam dan Forth hanya dijalankan oleh profesi mereka, yaitu memotret. Beam tengah memotret Beam didalam biang lala itu dan setelah itu bergantian dan berfoto berdua.

Sedangkan Phana, yang bermanja manis dengan Yo, menikmati waktu mereka sendiri.

Lalu mereka berdua berciuman namun disaat itu tangan kanan Yo serasa diambil oleh sebuah tangan. Wayo dapat merasakan kelembutan tangan itu, yang hanya dimiliki oleh Boom. Sejenak Yo membuka matanya dalam ciuman itu, dan diliriknya kekanan ia melihat Boom verdiriri disampingnya dan menengok tersenyum padanya menghadap ke kaca.

[Wayo POV]
P'Pha. Aku akan berjanji untuk menepati janjiku padamu. Bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak lagi. Dan tidak akan pernah.

Saat ini aku sudah cukup puas dengan hidupku. Aku memiliki semuanya yang aku harapkan.

Teman-teman, Boom, dan juga kau. Aku tidak ingin menginginkan apapun lagi selain, waktu yang berjalan cukup lambat sehingga aku bisa menghabiskan waktu yang sangat lama bersamamu.

Mungkin mereka sama denganku, memiliki keinginan yang sama pada setiap pasangannya. Tapi keinginanku jauh lebih indah dari yang mereka harapkan.

P'Pha.
Terima kasih ya??

Kau sudah mau menemaniku selama ini. Membalas kebaikanmu dengan cinta, ku rasa itu masih belum cukup. Tapi aku akan tetap berusaha untuk membalasnya meski aku tak tahu dengan cara apa aku membalas kebaikanmu.

Boom.
Terima kasih yaa?
Kau sudah berada didalam hatiku. Itulah keinginanku sejak dulu. Dan sekarang kau sudah mengabulkannya. Aku tidak akan pernah melupakanmu, teman. Aku sangat menyayangimu, Boom.

Semuanya terlihat berseri karena cinta mereka, tetapi tidak dengan Peak yang masih tidak bisa melupakan Boom setelah tiga bulan kepergiannya.

Ia berada di bianglala yang sama. Hanya saja ia sendirian disana dengan ditemani oleh buku hariannya.

Sejenak ia berhenti menulis, dan menatap ke kaca.

Digenggamlag tangannya oleh tangan yang sama dengan tangan yang menggenggam tangan Yo. Peak tengok tangan tersebut dan ia menaikan pandangan matanya dan ia melihat Boom duduk disampingnya dengan tersenyum.

"Kau??"

"Peak." Ucap senangnya Boom.

Peak serasa tidak percaya bahwa ia dapat melihat Boom lagi, meski ia tahu bahwa itu hanyalah imajinasinya semata.

"Aku merindukanmu, Peak." Ujar Boom.

Perlahan Peak mulai menorehkan garis senyuman di pipinya dengan berderaian air mata. Peak sedikit mengeluarkan tawa kecilnya karena ia tidak dapat memercayainya.

Dan malam itulah semuanya terselesaikan dengan "harapan".

Harapan bisa dilaksanakan oleh perjuangan. Namun jika perjuangan tidak diiringi oleh harapan, maka itu semua tidak akan menjadi kenyataan. -Boom-

-END-

.
.
.

Yeaaayyy ... Selesai sudah cerita "Sad Story - Happy Ending" nya!! Bagaimana pendapat kalian? Cukup memuaskan?

By the way. Terima kasih banyak ya ... Sudah mengikuti cerita ini dari Book 1 - Book 3.

Terima kasih sudah berbagi kesedihan dan kebahagiaan dengan cerita ini. Saya sangat senang bila anda semua terhibur.

Sampai jumpa di FF selanjutnya!!

😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

Regards

Rusdy S. Ansya

First Publication :
2017