[71]

559 88 8
                                    

[Beam]
P'Forth menengok kearahku yang kala itu aku berdiri jauh di belakangnya.

"Beam??" Ucap P'Forth.

Wajahnya terlihat spechless memandang kearahku, aku pun juga tak percaya jika akhirnya aku bisa bertemu dengannya karena sudah cukup lama aku pergi meninggalkannya tanpa pamit.

Jahat. Memang aku bisa di bilang seperti itu. Karena aku ingin melupakan semuanya dan memulai semuanya dari awal dengan menerima semua kekurangan yang dia miliki.

Setelah cukup lama kami saling memandang, ia datang menghampiriku. Dan aku juga tak ingin tinggal diam, aku pun juga berjalan menghampirinya.

Tapi begitu kami sudah saling berdekatan, ku hentikan langkahku karena P'Forth kembali berjalan mundur dengan tatapannya yang mungkin kecewa padaku.

Lalu ia melempariku dengan pertanyaan yang sulit untuk ku jawab.

"Tidak." Ucapnya yang pertama kalu membuatku bingung.
"Kau bukan Beam." Lanjutnya.

Aku tidak menyangka bahwa ia akan mengatakan hal itu.

"Apa maksudmu??" Tanyaku.

Lalu ia berhenti tak jauh dari tempatku berdiri.

"Kau bukan Beam." Ujarnya.

[Wayo]
Aku baru saja keluar dari kamar mandi karena aku baru saja selesai mandi cukup lama aku menunggu P'Pha selesai mandi tadi.

Dan kini ia duduk diatas tempat tidurku, meluruskan kakinya dan bersandar sambil bermain ponselnya.

"Kau belum tidur??" Tanyaku yang lantas naik keatas tempat tidurku dan menyelimuti kakiku.

"Aku masih menunggumu selesai mandi." Jawabnya.

"Ow, mandiku tidak selama kau tadi."

"Aku lama karena aku harus buang air besar." Jelasnya yang kemudian meletakan ponselnya.

"Um. Terserah kau saja." Jawabku yang cukup malas memulai perdebatan dengannya karena pasti ia akan merayuku lagi pada akhirnya.

Lalu ia selimutkan kakinya dan duduk mendekat padaku.

"Apa kau sudah meminum obatmu??"

"Sudah." Aku tidak memiliki jawaban lain.

"Benarkah??"

"Iiiiyaaa~"

"Yasudah. Setidaknya kau tidak membuatku khawatir lagi." Ucapnya sambil bersandar manja di bahuku.

Lalu ku tanyakan pertanyaan yang selama ini terkurung dalam benakku.

"P'Pha." Ucapku.

"Ya?" Jawabnya.

"Dimana orang tuamu??" Tanyaku

Lantas ia mengangkat kepalanya dari bahuku dan melamum sejenak.

"Ada apa, P'Pha??" Tanyaku.

"Aku merasa bahwa aku tidak memiliki ayah dan ibuku." Jawabnya.

"Apa maksudmu? Apa mereka sudah tiada??" Tanyaku yang benar-benar bingung.

"Tidak." Jawabnya.
"Mereka membuangku." Sambung P'Pha.

Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Tidak meninggal dan membuangnya? Apa maksudnya.

"Sudah lama sejak aku bukan siapa-siapa mereka ada di luar kota dan mereka sama sekali tidak kembali untuk melihatku, bahkan menelfonku saja tidak." Ucapnya yang mulai membuat suasana berkabut sedih.
"Bahkan saat pertama kali aku debut sebagai penyanyi seperti pertama kali kita bertemu, mereka tidak kunjung menelfonku." Sambungnya.

Sad Story - Happy Ending [Book 2] & [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang