[Beam]
Hujan turun dengan derasnya, namun aku tak perduli seberapa lama hujan akan turun aku akan tetap menunggu Captain datang. Meski sudah 3 jam berlalu, aku tetap teguh menunggunya.Lalu tiba-tiba saja ditempatku berdiri tidak terbasahi hujan sedangkan disekitarku hujan dengan derasnya.
Ku balikan badanku dan ternyata Captain memayungiku dari belakangku.
"Oh, kau datang." Ujar Beam yang terlihat senang.
"Ini sudah malam, mengapa kau tidak pulang saja." Ucap Captain.
"Apa aku tidak boleh merindukan temanku?"
"Hanya orang bodoh yang mau menunggu sampai semalam ini." Ujar Captain.
"Benar, hanya orang bodoh. Dan itu aku." Jawabku menyalahkan diri.
"Jika aku tidak melihat pesanmu, apa kau tetap menungguku sampai tengah malam?" Tanyanya.
"Bahkan sampai pagi pun aku rela." Jawabku.
"Mengapa?"
"Karena aku tidak ingin kehilangan sahabat sepertimu." Jawabku lagi.
"Sebelum terakhir kali kita bertemu didepan rumahku, aku sudah mulai merasa bahwa kau berusaha pergi menjauh dariku." Ujarku.
Ia tetap berdiri teguh memegang payungnya yang meneduhkanku.
"Apa yang ada dipikiranmu sehingga membuatmu seperti ini, Captain?" Tanyaku.
"Marah, huh?" Sambungku bertanya lagi."Kau bebas marah padaku, karena itulah yang biasa kita lakukan. Marahlah padaku sekeras apapun, tapi ku mohon jangan pernah berpikiran untuk menjauh dariku. Karena aku masih belum siap untuk kehilangan dirimu." Lanjutku.
Aku tidak mengerti apa yang membuatnya tidak berkata sama sekali. Apa aku mengatakan hal yang salah?
"Apa yang membuatmu seperti ini Captain?" Tak hentinya aku terus bertanya untuk menghilangkan tanda tanya besar dari dalam hatiku.
"Kau sudah mengetahui jawabannya." Jawabnya.
Aku lantas teringat bahwa ia mengatakan padaku bahwa ia menyukaiku tetapi aku tidak bisa menerimanya.
"Benar. Perasaanku padamu tidak bisa hilang begitu saja. Aku butuh waktu untuk menghilangkannya. Tapi itu sangatlah sulit karena kau terus membuatku mengingat rasa cintaku yang hanya bertepuk sebelah tangan." Ujarnya.
"Karena itulah, aku berusaha untuk menjauh darimu supaya aku bisa melupakannya." Lanjutnya yang sempat terhenti.Aku sedikit menyadarinya dari ucapannya itu, ini adalah salahku yang membuatnya pergi jauh dariku. Tapi untuk saat ini, apa yang harus ku lakukan? Ini semuanya terlanjut sudah.
"Aku tahu. Mungkin itu sangat sulit untukmu." Ujarku.
"Tapi ...... bisakah kita kembali seperti dulu? Aku sangat memimpikan kita yang dulu. Aku ingin kau mengagetkanku dari balik pohon disana itu. Itu saja yang ku inginkan." Sambungku.
Hujan tiada henti malam ini, dan itu membuatku menggantungkan keyakinanku menanti jawaban dari sahabatku ini.
[Ming]
*Duuuaaaarrr ...*
Petir terus menggelegar diatas kepalaku, yang masih dengan senyum dibibirku yang masih menunggu kedatangan Kit kemari.Dua gelas anggur yang awalnya berwarna pekat pergi begitu saja teraliri air putih dari hujan yang memenubi gelas tersebut.
Tubuhku bergemetar, bibirku memucat, tapi aku tidak bangkit sama sekali dari tempatku, dan aku tidak akan pernah melepaskan kotak cincin yang sedari tadi ku pegang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Story - Happy Ending [Book 2] & [Book 3]
Fiksi Umum[BOOK 2] #54 dalam GENERAL FICTION (November 28, 2017) 3 Part for LAST CHAPTER and 3 Part for Epilogue ?? Karakter 2 Moons milik Chiffon_Cake Main Cast : >. Phana ❤ Wayo >. Forth ❤ Beam >. Ming ❤ Kit Another Cast : 👉 Boom 👉 Captain 👉 Meme M.I.A...