4-Sorry I can't

266 109 47
                                    

"Gak ada yang perlu dimaafin. Semuanya udah selesai dan gue juga udah lupain hal itu"

Pria itu terdiam. Ia begitu menikmati wajah cantik dihadapannya. Selain itu, ia juga tidak tau harus menjawab apa. Ia mengalihkan kembali pandangannya dan berfikir apa yang ingin ia katakan pada wanita itu.

"Tio" panggil Anin yang membuat sang pemilik nama kembali menoleh kepadanya. "Kenapa dulu lo lakuin itu?"

Deg

Degup jantung Tio saling memburu dengan nafasnya. Mendapat pertanyaan seperti itu membuat ia membutuhkan banyak oksigen.

"Bukannya gue belum lupain hal itu, gue udah lupain. Tapi, gue tetap harus tau apa motif lo lakuin itu ke gue?" Anin tak sedikitpun beralih dari pandangannya menatap Tio yang saat ini semakin bingung dan wajahnya mulai memucat.

Setelah menghirup cukup oksigen Tio berbalik dan memberanikan diri meraih tangan mungil milik Anin untuk ia genggam, tapi dengan cepat Anin menolak genggaman itu. Ia menarik kembali tangannya kepangkuannya sendiri. Tio menautkan alisnya mendapat respon seperti itu dari gadis dihadapannya.

"Waktu itu," jeda Tio sembari kembali menarik nafas dalam dalam dan menghembusnya perlahan, "gue dibawah kendali dia. Dengan bodohnya gue ngikut aja apa yang dia mau. Sampai dia ajak gue taruhan buat hal yang udah gue lakuin ke lo. Dalam hati gue ada rasa bersalah udah lakuin itu. Tapi gue gak bisa apa apa Nin, gue terlalu cinta sama dia dan gue dibuat buta"

Anin memejamkan matanya mendengar penjelasan Tio yang menyohok hatinya. Tapi dia tetap diam, ia memilih mendengar apa yang akan Tio ucapkan berikutnya.

"Waktu itu gue gak tau kalau kalian... kalau kalian punya rasa yang sama buat gue. Gue gak tau kalau lo juga suka sama gue. Gue gak tau kalau dia nyuruh gue lakuin hal itu semata mata hanya untuk permainkan lo. Sumpah Nin gue gak tau semua itu" suara Tio kini melemah seperti ada nada penyesalan disana.

Anin menghela nafas, ia diam sejenak sebelum akhirnya menyahuti semua perkataan pria itu. "Sudah Yo, cukup. Gue cuma mau dengar itu dari lo. Dan gak ada lagi. Hanya itu. Jadi sekarang, kasih tau gue kenapa lo suruh gue temuin lo disini"

"I'm sorry. I want you to come back beside me." ucapnya lirih dan kembali mencoba meraih tangan lembut itu.

Deg

Gantian, kini Anin yang terdiam kaku. Ia tidak bisa menghindari genggaman itu. Jujur saja, sebenarnya ia sangat merindukan genggaman pria itu. Tapi dihadapannya ia harus bersikap seolah dia sekarang baik baik saja.

Anin tersenyum manis walau sekilas seolah tidak ada beban didalam senyum itu. Ia mencoba menarik kembali tangannya namun kali ini Tio tidak membiarkannya. Ia mengeratkan genggamannya mengunci tangan mungil itu.

"Anin, gue mohon. Gue sadar bodohnya gue udah lakuin hal itu ke cewek kaya lo. Bahkan sekarang lo bisa maafin gue. Please balik ke gue" kini Tio memasang wajah penuh pengharapannya, berharap wanita itu mengabulkan keinginannya.

Emang lo bodoh. Balik ke elu? Mau aja sih. Tapi eh, perasaan gue gak sebercanda itu sayang.

"Maafin gue Yo. Sejak lo ninggalin gue, gue udah tutup hati gue rapat rapat buat siapapun. Termasuk lo" ujarnya tenang.

"Bukannya gue berhak dapat kesempatan kedua?"

"Bukannya gue udah kasih kesempatan itu dulu?" Berhasil, Tio kembali diam.

"Lo sadar gak sih? Banyak kesempatan yang gue kasih ke lo waktu itu. Lebih dari dua. Dan sayangnya lo hanya bisa sia siain hal itu," jeda Anin, "Waktu itu lo seenak jidat datang terus hilang, dan gue tetap sabar. Sampai gue capek, disitu akhirnya gue tutup hati gue buat siapapun. Cukup buat gue sakit hati Yo, persaan gue gak sebercanda itu"

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang