23-permintaan(2)

113 22 1
                                    

Shone berdecak kagum melihat pantulan dirinya dicermin yang terletak di kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya. Disisirnya jambul kebanggaannya menggunakan jari-jari tangannya lalu tersenyum puas.

"Yang lelah LDRan mah gini, rela bolos sekolah demi jemput doi di bandara huahaha." Shone terbahak girang setelah menyelesaikan kalimatnya.

Hari ini rencananya Shone akan menjemput Valin yang tak lain adalah pacarnya di bandara. Itulah mengapa dia rela sampai tidak masuk sekolah hari itu padahal statusnya masih murid baru di SMA GRADIA.

Dan untung saja Anin termasuk orang yang masa bodo, jadi saat Shone memberitahu bahwa dia tidak masuk sekolah Anin tidak bertanya kenapa dan ingin kemana. Sehingga Shone tidak perlu repot-repot menjelaskan kemana ia akan berlabuh hari itu.

Untuk apa Shone menjemput Valin, dan ada urusan apa Valin datang ke Bandung itu adalah karena Valin juga akan ikut pindah ke Bandung.

Bukan karena tidak nyaman LDR dengan Shone, melainkan orang tua Valin yang harus mengurus cabang perusahaannya di luar negri yang mengharuskan mereka untuk pindah ke sana. Namun tolakan Valin berhasil membuat orang tuanya menyerah dan membiarkannya tetap di Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya.

Rencananya Valin akan tinggal di apartemen milik keluarganya, dengan alasan ingin hidup mandiri katanya. Padahal ia memiliki keluarga di Bandung,

Tentu saja hal tersebut menguntungkan Shone, bukan? Tidak perlu lagi dia diselimuti rasa rindunya pada sang pacar.

Shone melangkah mantap keluar dari kamarnya dengan menggenggam ponselnya sambil tersenyum lebar. Setelah menuruni tangga ia beranjak ke dapur untuk menemui tante tersayangnya untuk berpamitan.

"Mah, Shone berangkat yah? Pesawatnya Valin mendarat 20 menit lagi. Kasihan kan kalau Shone datangnya telat, cewek kan gak suka nunggu." Pamit Shone seraya mencium punggung tangan Herla.

Herla yang tak lain adalah mama Anin dan tante Shone tersenyum menggoda. "Iya deh iya, yang udah kangen berat mah beda."

Shone salah tingkah lalu menggaruk pipinya. "Yaudah Shone pergi."

Herla mengangguk dan tersenyum. "Ingat pulang nak. Hati-hati khilafin anak orang." Guraunya.

Shone berbalik dan mengacungkan kedua jempolnya di udara. "Siap bozque."

Begitulah keakraban keluarga ini. Meski hubungannya sebagai tante dan keponakan, tapi Shone tanpa ragu memanggil Herla dengan panggilan Mama. Begitu juga Anin pada kedua orang tua Shone.

Prinsip mereka adalah, punyamu punyaku.

Jangan salah loh ya, gak semua milik Shone adalah milik Anin, begitu juga sebaliknya. Masa iya sempak Shone sempak Anin juga? Canda deng.

Kening Shone mengkerut saat melihat di garasi semua kendaraan tersusun rapi kecuali mobil papanya Anin yang tidak ada di tempat karena ia gunakan ke kantor.

Itu artinya Anin tidak menggunakan apapun ke sekolah tanpa sepengetahuannya. Shone menghela nafas lalu menggeleng pelan.

"Hari ini gue bebasin dah mau naik apa, mau naik sepatu roda juga mah iyain aja." Gumam Shone seraya mendekati motornya dan meraih helm fullfacenya dan mengenakannya.

**

Dengan nafas yang memburu Shone berlari memasuki bandara sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Untuk menetralkan degub jantungnya ia berhenti sejenak dan menghirup oksigen banyak-banyak untuk bekal pencarian Valin di bandara.

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang