Malam hari di Villa terasa sangat menyejukkan dan menyenangkan tentu saja. Apalagi saat ini keluarga Anin beserta teman-temannya sedang melakukan acara bbq di halaman belakang Villa tersebut. Tak ada aura-aura kecanggungan seperti yang Anin pikirkan saat baru akan menuju Villa.
Saat ini, ditemani dengan suara gelak tawa dari orang-orang tersebut, Anin melirik kearah bintang-bintang dan bulan yang sedang menatapnya dari atas sana, seakan Anin sedang memamerkan bahwa ia juga bisa terlihat senang walau ia tak tau sampai kapan ini akan bertahan. Tentu saja Anin memiliki harapan untuk selalu seperti itu dalam hidupnya.
Baiklah semesta, biarkan gue tetap seperti ini. Batinnya seraya terus menatap langit.
"Anin woi! Siniiii." Teriak Sherin mengagetkan Anin yang sedang terduduk di ayunan.
Anin melemparkan senyum tipis dan mulai melangkah mendekati orang-orang terkasihnya, dan ada Tofan yang sudah menyambutnya dengan senyuman. Senyuman yang sudah satu minggu tak pernah ditangkap oleh mata Anin.
Seperti kebiasaan yang biasa ia lakukan, Anin menyelip diantara Shone dan Tofan yang selalu duduk berdampingan, membuat Shone menatapnya jengah.
"Tempat masih luas lo sukanya nyelip."
"Suka-suka Anin lah." Tukas Anin dengan mengendikkan bahunya sekali tanda tak peduli.
Dari samping Tofan terus mengamati wajah Anin dengan teliti. Baru kali ini ia melihat gadis itu tidak menampakkan raut sedihnya. Ya walau terlihat datar-datar saja, tapi Tofan tau gadis itu merasa senang saat ini.
"Tofan kalo udah liatin Anin mah udah lupa kalo ada yang lebih cantik di sini." Celetuk Valin tiba-tiba membuat semua mata memandang kearah Tofan dengan geli.
"Siapa yang lebih cantik?" Tanya Shone dengan alis terangkat.
"Ya Valin lah." Jawabnya dengan mengibaskan rambutnya kebelakang dengan bangganya membuat Rino dan Tofan berlagak seperti ingin muntah.
"Iyain biar gak ngamuk." Timpal Rino.
"Pacar gue itu woi." Tegas Shone sambil menunjuk kearah Valin.
"Valin pacar lo?" Tanya Tofan pura-pura tidak tau.
"Bukan, yang samping Valin pacar gue." Goda Shone kearah Sherin sembari mengedipkan sebelah matanya.
Mulut Valin terbuka lebar mendengar penuturan Shone yang menggoda Sherin tepat di depannya. Keningnya mengkerut dan sepertinya ia sudah siap untuk berteriak mengeluarkan semua umpatan yang berada diujung tanduk. Sedangkan Sherin hanya menggeleng kecil seraya membuang napas kasar.
Lo masih suka bercandain gue hehe. Batin Sherin.
Belum sempat Valin mengeluarkan semua umpatan spesialnya untuk Shone, tante Herla dan om Afkar datang membawa bbq panas yang baru saja selesai dipanggang.
Dimana-mana saat acara bbq berlangsung, semua oramg akan turut mengerjakannya beramai-ramai. Berbeda dengan orang-orang ini, Shone yang berlaku sebagai pemimpin dari teman-temannya hanya mengintruksi mereka untuk duduk anteng di taman beralaskan tikar yang lumayan besar. Katanya biar mereka memberikan waktu pada om Afkar dan tante Herla untuk berduaan. Padahal, memang dasarnya si Shone lah yang hanya doyan makan tanpa ingin membantu, dan kebiasaannya itu sedang ia terapkan pada Anin dan teman-temannya.
"Ayo makan, buatan om Afkar loh ini."
"Alah, paling juga mama yang buat terus papa banyakin modusnya. Iya kan?" Tebak Shone yang sudah hapal betul dengan sifat omnya itu.
Semuanya tertawa renyah mendengar tuduhan Shone, sedangkan tante Herla dan Anin hanya tersenyum simpul menanggapinya.
Setelah lama tertawa-tawa dengan candaan-candaan yang dibuat orang-orang tersebut, mulailah mereka mencomot semua makanan yang tersedia. Makan bersama ditemani cahaya bintang dan bulan serta angin yang berhembus pelan menyapu kulit, ditambah dengan gelak tawa bahagia dari orang-orang terkasihnya, membuat Anin baru menyadari satu hal,
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Lies
Teen Fiction"Terus saja memaksaku merebut hatimu. Namun ternyata, perjuanganku hanya luka baru bagimu." -Tofan.