13-dua janji

146 50 5
                                    

Dinginnya udara malam taman belakang rumah Anin tak membuat kedua remaja ini ingin beranjak dari tempatnya.

Di sinilah mereka duduk berdua, menikmati malam dengan bintang yang cukup meramaikan langit dan juga dengan kunang-kunang yang ada beberapa beterbangan di sekitaran mereka.

Seusai makan malam, Tofan mengajak Anin ke taman itu. Walaupun awalnya harus ada paksaan dan cekcok terlebih dahulu antara mereka.

"Nin?" Panggil Tofan tanpa menoleh.

"Hm" gadis itu menyahut dengan nada malas.

"Lo beneran mau gue berjuang buat lo?" Anin menoleh. Pria ini mulai membuatnya kembali bimbang.

Setelah cukup terdiam memandangi Tofan yang fokus menatap ke depan, akhirnya Anin membuka suara.

"Lo mau perjuangin gue?" Tofan mengangguk dan tersenyum tipis tanpa menoleh ke arah Anin. "Kalau gitu ngapain lo nanya gue mau atau enggak?"

Tofan tidak menjawab. Pandangannya kini beralih ke manik indah milik Anin yang mulai sayu. Banyak kesedihan di sana yang Tofan lihat.

Gadis itu menarik nafas panjang untuk memulai melanjutkan perkataannya.

"Perjuangin selagi lo mampu. Lo berjuang hanya untuk gue kan? Sedangkan gue? Gue berjuang untuk dua hal," jedanya kembali menarik nafas, "berjuang buat lupain Tio, dan berjuang buat balas perasaan lo. Kalau lo berhasil perjuangin gue, itu artinya gue juga berhasil untuk dua hal itu."

Mata elang Tofan kini bergerak menatap mata sayu itu secara bergantian. Gadis ini benar-benar membuatnya diam dengan pernyataannya barusan.

Detik berikutnya Tofan tersenyum lalu kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

"Gue gak masalah kalau harus berjuang sekeras apapun itu demi lo. Tapi lo juga harus ingat, gue juga manusia biasa."

"Maksud lo?"

"Gue juga kaya kimia yang punya titik jenuh. Kapan gue nyerah, gue nggak bisa lanjut." Anin tersentak dengan pernyataan itu. Entah kenapa mendengar hal itu membuatnya sedikit sesak seakan kehabisan oksigen di tubuhnya.

Belum sempat Anin membalas ucapan itu tangannya yang dingin kini di genggam erat oleh Tofan, menyalurkan semua kehangatan yang ada padanya ke tangan gadis itu.

"Janji sama gue."

"Apa?"

"Jangan buat gue menyerah"

**


"ANIN UDAH BELOM SIH, LAMA LO LAMAAAA!!" teriak Shone dari lantai bawah.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah di sekolah baru yaitu di tempat Anin bersekolah. Wajar saja jika ia sangat bersemangat seperti sekarang ini. Bahkan sejak pukul 6 lewat 30 dia telah siap dengan seragam barunya yang masih sangat bersih.

"Santai dikit lo murid baru." Ketus Anin yang baru saja sampai di ruang keluarga dengan menenteng tas ranselnya di tangan kiri.

Shone menyengir lebar layaknya seekor kuda dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak sarapan dulu? Ini mama udah nyiapin." Sahut Herla yang baru datang dari dapur untuk menyiapkan sarapan.

Mamanya Anin memang baru pulang pagi tadi sekitar pukul setengah 6 dari rumah mertuanya. Ia terpaksa menginap di sana selama beberapa hari karena tiba-tiba saja mertuanya itu jatuh sakit dan baru bisa pulang pagi tadi.

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang