Anin gelisah. Sejak tadi ia duduk tidak tenang di halte. Sekarang sudah pukul 5 lewat 5 menit dan dia belum menemui Tofan di tempat yang Anin janjikan. Saat ini hujan tengah mengguyur kota Bandung dan mengharuskan Anin untuk berteduh dulu jika tidak ingin basah kuyup.
Salahkan Tio yang terus berdrama hingga Anin gagal menemui Tofan tepat waktu di taman. Anin memang meninggalkan Tio saat itu dan akan segera menuju taman di dekat rumahnya. Sialnya hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
Bisa saja Anin memberi kabar pada Tofan bahwa ia terjebak hujan, namun hal itu tidak bisa terjadi akibat ponselnya yang mati karena kehabisan baterai.
"Gue harus nyusul." Entah apa yang ada dalam fikiran Anin, dia segera menerobos hujan deras itu. Tidak peduli dengan dirinya yang kini basah tanpa celah.
Anin terus berlari dibawah derasnya hujan yang terus menghantamnya. Perasaannya berkecamuk memikirkan Tofan yang mungkin masih menunggunya. Entah kenapa Anin berfikir bahwa pria itu menunggunya saat ini, dan untuk memastikan hal itu Anin berani basah-basahan untuk segera sampai di taman tempat mereka akan bertemu.
Kakinya yang mulai pegal tidak ia pedulikan, yang penting sekarang ia sudah berada di taman itu. Pandangannya jatuh pada seorang di bangku taman sedang kedinginan dan memeluk dirinya sendiri. Anin terdiam sesaat, ada perasaan bersalah yang hinggap dalam dirinya. Tofan benar-benar menunggunya.
Anin melangkah pelan menghampiri Tofan. "Tofan."
Tofan berbalik lalu tersenyum. wajah dan bibirnya yang mulai pucat membuat Anin khawatir dan perasaan bersalah itu muncul begitu saja.
"Tofan, g-gue.." entah bagaimana bibir Anin tiba-tiba menjadi kelu. Bahkan ia sulit melanjutkan kata-katanya. Tofan hanya meresponnya dengan senyuman.
Hingga beberapa saat setelahnya, Tofan tak sadarkan diri. Tubuhnya yang dingin jatuh kepelukan Anin.
"Tofan!! Tofan lo kenapa?" Anin panik sambil memukul pelan pipi Tofan, namun tak ada jawaban.
Tofan pingsan.
**
Tofan POV☔Kalian tau apa yang gue suka dari seorang Fenilalanin Adora? Mau gue beri tau?
Tapi maaf, gue tidak bisa memberitahu kalian karena itu adalah rahasia. Gue gak mau kalau kalian tau, maka kalian juga akan menyukai Anin. Ya, dia adalah Anin gue. Dan gue gak bisa membaginya dengan siapapun.
Hari ini gue ngajak Anin untuk jalan-jalan, ada yang mau gue tunjukkan sama dia. Dia menyetujuinya. Maka dari itu gue cukup senang. Namun, saat gue bilang mau jemput dia tepat pukul 4 sore, dia menolak. Katanya mau berjalan kaki sendirian menuju taman dekat rumahnya untuk menemui gue di sana.
Baiklah gue turuti, selama itu membuat Aninku nyaman. Haha.
pukul 3 lewat 28 gue mulai bersiap-siap untuk menemui Anin pukul 4 nanti, gue gak mau kalau dia yang duluan sampai di taman itu. Karena sebagai cowok gantle gak mau buat cewek menunggu. You know lah, wanita memang benci untuk menunggu.
Tidak butuh waktu lama buat gue bersiap-siap, hanya 20 menit telah siap dan langsung segera berangkat menggunakan mobil kesayangan yang bokap gue kasih waktu ulang tahun gue tahun lalu. Biasalah, gue kan anak satu-satunya yang paking ganteng. Huehehe garing.
Gue mengendarai mobil dengan hati-hati, tidak mengebut seperti yang nyokap selalu pesankan jika sedang berkendara. Fyi, gue adalah anak ganteng yang selalu nurut apa kata nyokap. Walau kesannya anak mami kata Rino, tapi bodo amatlah yang penting gue gak durhaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Lies
Fiksi Remaja"Terus saja memaksaku merebut hatimu. Namun ternyata, perjuanganku hanya luka baru bagimu." -Tofan.