"Lo hutang penjelasan sama gue" sahut Anin sembari berjalan mendekati Tofan dan duduk disampingnya ikut menikmati segarnya udara pagi kota Bandung.
"Dih, apaan coba" jawab Tofan tanpa menoleh.
"Kenapa lo bisa kenal bang Shone sama mama gue?"
Tofan diam sejenak. Menarik nafas panjang dan menolehkan pandangan kegadis disebelahnya.
"Gue kenal Shone sejak SMP, kita sering main bareng waktu gue masih tinggal di Jakarta. Dan saat gue pindah ke sini kita udah jarang banget ketemu, sesekali lah. Sampai gue tau kalau dia datang ke Bandung dari tiga hari yang lalu, akhirnya kita janjian mau ketemu. Pas dia kasih alamat tempat dia ternyata itu dirumah lo. Dan gue baru tau kalau lo adik sepupunya Shone. Hmm, kalau soal mama lo kenal sama gue itu karena orang tua lo dan orang tua gue sahabat sejak SMA" Jelas Tofan panjang lebar.
"Oh, kok gue gak tau yah?" Tanya Anin dengan polos.
"Itu, bukan urusan lo" jawabnya sambil tersenyum miring. Lalu kemudian ia menyenderkan tubuhnya kepohon besar yang ada dibelakangnya.
Sedangkan Anin kembali menatapnya sinis. "Gue buang juga lo"
Beberapa saat mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing masing yang bergelayut diotak mereka.
"Tofan," pria itu menoleh kesumber suara, ia sedikit terkejut karena baru kali ini gadis itu memanggil namanya dengan nada yang sedikit tenang.
"Lo pernah gak sih rasain jadi pelampiasan?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut kecil Anin. Entah sadar atau tidak yang jelas ia sudah menanyakannya pada Tofan.
"Kenapa? Kalau belum kenapa? Lo mau buat gue ngerasain itu?" Jawabnya santai sambil tersenyum menatap burung yang berterbangan diudara.
"Ih, gue serius"
"Iya gue pernah"
"Ohya? Pelampiasan siapa?"
"Pelampiasan mama kalau lagi marah sama papa gue, si mama ngomelin gue walaupun gue gak salah. Dan disitu kadang gue merasa sedih" Anin menepuk dahinya dan ikut menyenderkan tubuhnya dengan lemas kepohon besar dibelakangnya.
Pria itu menoleh dan sedikit terkekeh, "gak, gue bercanda"
"Haha lucu" gadis itu tertawa hambar dengan wajah yang datar.
"Kenapa lo nanya gitu? Lo rasain?" Tanya Tofan yang membuat Anin menundukkan kepalanya dan raut wajahnya berubah menjadi sendu.
Tofan yang langsung menyadari perubahan itu sedikit merasa bersalah, dia memutar tubuhnya menghadap gadis itu menatapnya lekat beberapa saat. "Sorry" ucapnya lirih.
Anin mendongakkan kepalanya membalas tatapan Tofan lalu tersenyum sangat tulus kearahnya. "Gapapa". Seketika pria itu tertegun melihat Anin yang baru saja tersenyum padanya. Baru kali ini gadis itu menunjukkan senyum padanya karena biasanya hanya ada sorot mata tajam dan sinis yang ia tunjukkan pada Tofan.
"Ya ampun, lo cantik yah kalau senyum gitu. Bawaannya pengen cium haha" seketika wajah Anin kembali menjadi datar dengan sorot mata kembali menajam, sedangkan Tofan sudah terkekeh geli melihatnya.
"Coba aja kalau berani. Lo bakal liat sisi terburuk seorang Fenilalanin Adora" balasnya sengit.
Cup
Anin terdiam. Sedangkan Tofan mulai menunjukkan smirk andalannya dan menaikkan sebelah alis tebalnya.
Gadis itu masih tidak menyangka Tofan benar benar melakukannya. Bibir pria itu telah mendarat mulus di pipi kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Lies
Teen Fiction"Terus saja memaksaku merebut hatimu. Namun ternyata, perjuanganku hanya luka baru bagimu." -Tofan.