8-Hukuman

177 75 10
                                    

Anin berjalan kearah dapur dimana dua orang cowok sedang berbincang dan sesekali tertawa ringan dimeja makan.

Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan tas ransel yang ia gantungkan hanya disisi kanan bahunya.

"Lama banget. Tofan dari jam 6 loh udah ada disini"

"Salah sendiri datang jam segitu. Udah tau gue aja bangunnya jam 6.15" jawab gadis itu sembari menarik kursi didepan Shone dan mendudukinya.

"Gapapa. Lagian gue kesenengan disuruh jemput lo" ujar Tofan.

Shone mengernyit bingung. "Siapa yang nyuruh? Gue kira lo datang karena emang mau jemput adek gue"

"Adek lo yang suruh lah" jawab Tofan bangga dengan menaik turunkan alisnya ke arah Shone.

Shone menoleh kearah Anin yang asik memakan sarapannya tanpa menggubris kedua orang itu. Pria itu memicingkan matanya dan tersenyum jahil. "Nge-gas aja adek gue"

Gadis itu menoleh menghentikan aktivitasnya. Lalu beralih menoleh kearah Tofan yang tersenyum menggoda. Anin memutar bola matanya dengan jengah. Pagi pagi seperti ini ia harus berhadapan dengan dua cowok dengan tampang bodohnya.

Setelah mereka selesai sarapan Anin bergegas mengambil tas yang diletakkan disampingnya lalu berdiri.

"Bang gue berangkat" Anin mendekat kearah Shone lalu mencium sekilas pipinya dan beranjak pergi.

"Calon kakak ipar aku pamit" Tofan meraih tangan kanan Shone untuk mencium punggung tangannya.

Shone bergidik jijik menepis tangannya. "Najis. Pergi lo. Jagain Anin!" Seru pria itu sambil mendorong Tofan agar menjauh dan pergi dari hadapannya.

Pria itu terkekeh dan segera berlari keluar menyusul Anin yang sudah tidak kelihatan.

**

Anin menepuk keningnya. Ia mulai panik, ia melirik jam tangan yang bertengger di tangan kirinya dengan manis.

Setelah memarkirkan motornya Tofan menghampiri Anin yang terlihat gelisah. "Kenapa lo?"

Gadis itu menoleh. "Topi sama dasi gue ketinggalan. Udah mau upacara lagi, gak sempet nih kalau mau pulang dulu"

Tofan terdiam sesaat seperti sedang berpikir. Kemudian ia merogoh tasnya mengambil sesuatu disana dan memberikannya pada Anin.

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Buat apa?"

"Buat lo lah, pake gih. Ntar dihukum loh, dijemur disamping tiang bendera terus diliatin orang orang. Gue gak mau lo jadi bahan perhatian pas upacara, apalagi kalau ada cowok cowok yang ngeliatin lo"

"Terus lo?"

"Gampang. Yang penting lo pake aja" Tofan menyodorkan topi dan dasinya kepada Anin memaksa untuk menerimanya.

Dengan ragu gadis itu meraihnya. "Bener nih gapapa? Nanti lo yang dihukum gimana?"

"Yang penting bukan lo yang dihukum" Anin tersenyum tipis. Lalu memakai dasi itu dilehernya dengan cekatan.

Mereka berjalan tidak beriringan. Anin berjalan di depan Tofan dan pria itu berjalan sambil terus memandangi Anin dari posisinya. Gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Ngapain jalan dibelakang?"

"Shone titip pesan buat jagain lo. Makanya jalannya di belakang. Takut ada apa apa gitu" jawab Tofan sambil memasukkan tangannya disaku celananya.

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang