45-back to the start

64 7 4
                                    

Play mulmed

Tidak ada seorangpun yang mengatakan bahwa ini rumit. Sampai aku sendiri yang menyadari ternyata semua lebih dari rumit.
-Metionin Nobelium

**

Earphone putih yang menyumbat telinga memperdengarkan alunan musik dengan volume penuh adalah best feeling ever bagi Tio. Mengabaikan dunia untuk sesaat dan bergulat dengan pikirannya sendiri.

Jangan tanyakan apa yang sedang ia pikirkan. Sama seperti hari hari sebelumnya, hanya ada satu nama di dalam otaknya. Anin.

Entahlah, setiap memikirkan gadis itu Tio selalu merasa dia adalah pria terbrengsek yang dengan bodohnya pernah mempermainkan gadis itu dulu. Hingga saat ini Anin berubah menjadi dingin itu semua karena Tio.

Ada rasa bersalah yang selalu menghantuinya. Menyesal, itu yang lebih besar. Tio menyesal sudah menghacurkan perasaan Anin. Bahkan lebih dari itu.

Ingin kembali keawal, tapi mustahil. Tio tau itu tidak akan terjadi.

Tapi Tio juga tau bahwa Anin masih menyayanginya, bahkan lebih. Hanya saja gadis itu sedang membentengi dirinya kuat kuat.

Tio mencoba menenangkan dirinya setiap kali memikirkan gadis itu. Dia ingin Anin bahagia tanpanya, tapi ia juga ingin memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.

Udara malam yang dingin tak membuat Tio terusik. Ia terus saja memandang ke langit yang selalu menjadi objek favoritenya.

Saat ini, pria itu sedang berbaring di taman yang sama sekali tidak ada orang kecuali dirinya. Sebelah tangannya ia jadikan bantalan kepala dan kaki kirinya ia tekuk.

Tidak ada tanda tanda akan hujan malam ini. Itu artinya Tio bisa menikmati ribuan bintang tersebut lebih lama lagi. Sendiri.

"Tio."

Tidak, tidak sendiri.

Tio memejamkan matanya dan menghela napas lelah saat mengenali suara yang memanggilnya itu. Bahkan tanpa melihatnya pun ia tau siapa yang datang menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Gue tau lo di sini."

Tak ada jawaban dari Tio. Gadis itu kira Tio tidak mendengarnya karena earphone yang menempel di telinganya. Tapi tidak, cukup hening di taman itu hingga Tio bisa menyadari kehadiran gadis itu di sampingnya.

Tio mendengus, keberadaan Lolly di sampingnya sama sekali membuatnya sedikit risih. Tapi ia mencoba untuk tenang dan tidak menggubris apapun yang ingin gadis itu katakan.

"Mungkin lo sempat bertanya sama diri lo sendiri, ngapain gue balik lagi ke sini." Jeda Lolly seraya menarik napas dalam dan mengikuti arah pandang Tio. Ia tidak peduli Tio kan mendengarnya atau tidak, yang ia inginkan hanya mengatakan apa yang ada dipikirannya.

"Sama kaya lo, gue juga ada rasa bersalah untuk yang lalu itu. Tio, gue mau ketemu lo, mau bilang maaf. Lo nggak tau sebesar apa perasaan gue ke lo. Ayo, kita kembali ke awal. Mulai semuanya dari garis start." Lolly tersenyum kecut saat Tio benar benar tidak menggubrisnya.

Keduanya diam, bergulat dengan rasa penyesalan masing-masing.

Mulai dari awal katanya? Tio juga ingin hal itu. Tapi bukan dengan gadis yang bersamanya saat ini. Melainkan dengan gadis yang ia sia-siakan dulu.

"Lo selalu larang gue kan, buat gak gangguin Anin lagi." Kalimat Lolly tersebut berhasil membuat Tio menoleh kearahnya. Menatap wajah Lolly dari bawah dengan cahaya redup malam hari. "Gue gak akan ganggu Anin, Yo. Kecuali lo gak mau ngulang semuanya dari awal sama gue."

Tio merubah posisinya menjadi duduk, mengernyit menatap Lolly yang tetap tenang menatap langit. "Lo ngancam gue?"

Lolly tersenyum kecut lalu menoleh menatap balik Tio. "Sebegitu sayangnya lo sekarang ke Anin? Bahkan saat gue sebut namanya lo baru mau gubris gue."

Tak ada jawaban dari Tio, ia menatap lekat kedua bola mata Lolly. Mencoba mencari tau apa yang diinginkan gadis itu. Walaupun sebenarnya sudah jelas bahwa Lolly menginginkannya.

Tidak, Lolly tidak boleh menginginkannya. Karena Tio menginginkan Anin.

Tio memejamkan matanya dan membuang pandangannya kesembarang arah. Apapun itu, asal bukan Lolly objeknya.

Lolly tidak boleh menginginkannya. Kalimat itu terus terputar di kepalanya namun tak bisa ia keluarkan. Tio tau apa yang akan terjadi jika kalimat itu sampi keluar oleh mulutnya.

Otak Tio kini dipenuhi Anin. Ia ingin menemui gadis itu, mengucapkan maaf sebanyak-banyaknya, memberitahukan bahwa Tio membutuhkannya. Tio harus menemukan Anin. Mengajaknya kembali ke awal, dan Tio akan bergegas. Bergegas memutar waktu dan merubah apa yang telah terjadi.

Detik berikutnya Tio tersenyum miris. Karena saat pikiran-pikiran itu mengganggunya, seketika itu juga ia disadarkan oleh kenyataan.

Hal itu tidak akan terjadi.

Lolly melihat raut wajah Tio yang lelah. Entah fisiknya yang lelah atau apapun itu, Lolly tidak tau. Ia hanya tau Tio sedang lelah.

"Gue gak maksa lo jawab sekarang, Yo. Tapi gue harap, lo bisa ambil keputusan yang tepat."

Lagi lagi Tio tidak menggubrisnya. Sudah jelas dari perkataan Lolly sebelumnya bahwa ia mengancam Tio akan mengganggu Anin lagi jika Tio tidak kembali padanya.

Lolly berdiri dan sedikit membersihkan celananya dari debu yang menempel. Sebelum benar-benar pergi dari tempat itu, ia menatap ke arah langit. Lalu turun memandang Tio yang masih bergeming. Lolly hanya tersenyum walau Tio sama sekali tidak melihatnya.

"Jangan terlalu lama di sini, Yo. Banyak angin." Setelahnya, Lolly berlalu dari hadapan Tio dengan langkah yang berat.

Tio memandang punggung gadis itu yang semakin menjauh. Seketika, sekelebat memorinya bersama gadis itu terputar di otaknya. Saat mereka masih terpaut dengan status yang menghancurkan Anin.

"Gue gak sayang Anin. Gue sayangnya lo."

"Biarin aja Anin tau, gue gak peduli."

"Gue gak masalah kalau Anin mau ninggalin gue. Yang masalah itu kalau lo yang ninggalin gue."

"Lolly, gue udah berhasil bikin Anin ninggalin gue."

"Lolly, gue sayang lo."

Tio menutup erat matanya dan memegangi kepalanya yang terasa sudah sangat berat. Suara-suara itu sangat mengganggunya. Membuatnya sesak hampir kehabisan oksigen. Tio benci saat harus teringat oleh dialog-dialog sialan itu. Tio benci saat mengingat dirinya lah penyebab Anin seperti sekarang ini. Tio benci dirinya sendiri.

Lolly kini kembali kehidup Tio, disaat ia ingin memperbaiki semuanya pada Anin. Tio mengerang frustasi saat sudah tidak bisa menahan kekesalannya pada Lolly.


"SIALAN LO, LOLLY!!!!"

**

Lolly sialan kan ya, hehe.
Ini nulisnya pake emosi loh wkwk😂

Play dulu mulmednya biar aura-aura galaunya keluar, mwehehe.

Happy reading & thnks for reading❤

See you next chap👋

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang