2-Rindu

380 139 54
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid tentu saja membereskan buku buku mereka dan memasukkannya kedalam tas. Tidak dengan Anin, ia masih terduduk diam menatap mejanya yang masih dipenuhi buku tulis dan buku paket miliknya.

Sherin yang sadar akan hal itu kembali terduduk dan menatap Anin dengan keheranan. Ia mencoba memanggil namanya tapi tidak ada respon darinya.
Fix, gadis itu sedang melamun.

Sherin menggoyangkan tubuh Anin dengan cepat membuat gadis itu terlonjak kaget dan refleks menjitak kepala sahabatnya.

"Bangsat! Sakit woy sakit!" Sherin meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya bekas jitakan.

"Lagian ngapain lo ngagetin. Eh udah pulang ya?" Anin menoleh ke segala arah melihat kelasnya hanya ada mereka berdua disana.

"ngelamun sih. Udah dari tadi juga, dari dua jam yang lalu"

"HAH(?) Serius?" Ia menarik tangannya ke depan wajahnya untuk melihat jam yang melingkar manis di tangan kirinya. Setelahnya ia menatap Sherin dengan tatapan membunuh.

"udah ah, kuy pulang. Jemputan kita mungkin udah ada"

"Lo duluan aja Rin, gue mau jalan jalan aja cari angin" tolaknya kemudian bangkit dari kursinya.

"Serius?" Tanya Sherin meyakinkan dan hanya mendapat anggukan sebagai jawaban.

"Yaudah kalo gitu gue duluan, lo hati hati" mereka melambaikan tangan sebagai salam perpisahan hari ini. Gadis berwajah datar itu segera membereskan buku bukunya dan bangkit dari kursinya lalu keluar meninggalkan kelas yang sudah kosong.

**

Hujan telah mengguyur kota Bandung dari 30 menit yang lalu. Membuat Anin dengan terpaksa harus menunggu di dalam cafe hingga hujannya reda.

Sembari mendengarkan music dari ponselnya ia terus memandangi jalan yang dijatuhi air hujan. Seolah aspal itu sangat menarik untuk di lihat.

Lagu demi lagu ia dengarkan, hingga sebuah lagu dari the script-rain mengalun di telinganya membuat ia sedikit tersentak. Lebih tepatnya sedikit,

Sesak.

Dengan mata yang masih menatap jalanan, raut wajahnya kini berubah. Seperti orang yang kembali tenggelam dalam masa lalu saat mendengarkan sebuah lagu yang menyentakkan hatinya.

Matanya mulai memanas, ia merasakan genangan air yang memenuhi matanya membuat pandangannya sedikit buram.

Biarkan saja ia menangis. Karena saat ini dia benar benar ingin menangis. Terlihat dari sikapnya yang hanya diam tanpa mau menghapus genangan air mata itu.

Biarkan saja ia menangis bersama hujan, menikmati setiap detik yang ia rasa sesak.

Ada kalanya kita membutuhkan waktu sendiri untuk bercerita bersama angin dan menangis bersama hujan. Itulah yang saat ini Anin lakukan. Hanya untuk sekedar membuat diri dan hatinya sedikit lebih tenang.

Air itu mengalir dengan derasnya melalui mata indahnya. Tetes demi tetes yang berjatuhan seperti ikut membawa sedikit demi sedikit rasa sesak itu.

Maaf. Sekali lagi gue rindu. Batinnya pilu.

Baiklah, cukup sudah acara hening cipta mengenang jasa para ex. Get over it!

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang