12-black roses

146 54 7
                                    

Sebuah mobil hitam dengan kecepatan tinggi membelah jalan yang cukup sepi, membuatnya bebas untuk ugal-ugalan menguasai jalanan.

Tio menghentikan mobilnya di sebuah toko bunga. Ia turun dari mobil masih dengan menggunakan seragam sekolahnya dan jaket hoodie-nya.

Dia memasuki toko tersebut dengan tersenyum tipis, karena ia berencana untuk membelikan se-bucket bunga untuk seorang gadis. Ya, gadis itu adalah Anin.

Ini adalah saatnya bagi Tio memperjuangkan kembali cintanya untuk Anin, tak peduli dengan Shone yang sudah memperingatinya untuk tidak mendekati Anin lagi.

Setelah membeli se-bucket bunga yang telah ia pilih, ia memasuki mobilnya dan meletakkan bunga itu di kursi penumpang yang ada di samping kirinya. Sebelum melajukan mobilnya ia tersenyum ke arah bunga itu.

Barulah ia mulai menyalakan mesin mobil lalu melenggang pergi dari area parkiran toko tersebut. Tio melirik jam di tangannya, masih menunjukkan pukul 3 lewat 27.

Ia harus segera pulang untuk mempersiapkan diri membawa bucket itu ke rumah yang ia tuju nantinya.

**

Shone berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang berkunjung di saat magrib seperti ini. Setelah di bukanya pintu, ia tidak melihat siapa pun berdiri di depan pintunya.

Ia mengendikkan bahunya lalu kembali ke ruang keluarga bersama Anin yang sedang menonton acara tv favoritnya.

"Siapa bang?" Tanya Anin tanpa menolehkan pandangannya.

"Gak ada orang. Bocah iseng kali." Anin tidak menjawab, ia terlalu fokus dengan acara Frozen yang sedang tayang di benda persegi itu.

Tak lama kemudian ponsel Anin berdering tanda pesan masuk. Ia meraih benda itu lalu mengecek pesan dari seseorang yang membuat alisnya terangkat.

Tio: keluar bentar.

Anin melirik Shone yang sedang asik memakan snacknya sambil menikmati acara tv itu. Ia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

Setelah di bukanya pintu tersebut, yang di lihatnya sama. Tak ada orang di sana.

Namun saat ingin menutup pintu ia menyadari ada sesuatu yang tergeletak di meja yang tersedia di teras rumahnya. Segera ia berjalan ke arah meja itu dan meraih bucket yang ada di sana.

Dia melihat ada sebuah note di sana. Anin melepas note itu lalu mulai membacanya.

Terima ini sebagai permintaan
maaf gue
karena udah nyakitin lo waktu itu.
Ini memang gak mahal,
tapi gue tulus ngasih itu buat lo.
Lo tau, kenapa gue milihnya mawar hitam ini bukannya mawar merah yang kelihatan begitu romantis
di mata para wanita?
Kerena gue akan merubah perlahan warna dalam hidup lo.
Dari yang awalnya hitam
menjadi warna warni.
Coba lo lihat ke arah langit,
Senja bukan?
Lo tau kenapa gue kirim bunga ini
saat senja seperti sekarang?
Karena gue mau lo ingat,
Senja pernah menjadi saksi untuk
Kebahagiaan kita waktu itu.

Maaf. Cuma itu yang bisa gue ucap
dan akan selalu gue ucap untuk bisa dapatkan hati dan cinta lo lagi.
Gue akan berusaha
sekeras apapun itu.

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang