24-alasan absurd

116 25 0
                                    

Saat di uks tadi Anin memutuskan untuk mengajak ketiga orang itu untuk kerumahnya terlebih dahulu. Tentu saja dengan senang hati mereka menyetujuinya.

Terkecuali Sherin, selalu ada hal yang membuatnya tak nyaman jika berkunjung kerumah Anin. Entah apa itu hanya dia yang tau alasannya. Namun dengan terpaksa Sherin mau tidak mau menyetujuinya.

Anin, Sherin, Tofan dan Rino berjalan memasuki rumah Anin dalam diam. Tofan mengamati sekitar, rumah itu selalu terlihat seperti kuburan, pikirnya.

Mereka melangkah memasuki ruang keluarga yang terdapat dua orang remaja sedang berbincang sambil sesekali tertawa.

Sadar dengan kehadiran keempat remaja yang baru datang, Shone dan Valin menoleh. Mata Valin berbinar dan langsung meloncat memeluk Anin.

Anin membalas pelukan itu dan tersenyum tipis. "Kapan datang?"

Mereka mengurai pelukan, "dari tadi pagi sekitar jam 10." Anin mengagguk paham lalu menghempaskan tubuhnya di samping Shone.

"SHERIINN!!" Pekik Valin seraya memeluk Sherin membuat Shone menutup telinganya. Sherin tersenyum simpul dan membalas pelukan hangat Valin.

"Apa kabar?" Tanya Sherin basa basi.

Valin menarik tangan Sherin untuk duduk bersamanya di sofa. "Not so bad." Jawab Valin sedikit berbisik.

"kebanyakan rindunya hehe." Lanjutnya sambil cengengesan.

Lagi-lagi Sherin hanya tersenyum sebagai responnya.

Tofan dan Rino menyusul untuk duduk di sofa samping Shone. Shone menoleh menatap Tofan yang masih terlihat sedikit pucat. "Yang lagi demam malah nyabe."

Tofan terkekeh pelan lalu meninju pelan bahu Shone. "Tadi urgent."

"Apanya?"

"Tadi tuh ya, Tofan ampe lari-lari dari parkiran sekolah sampe kelasnya Anin cuma buat mastiin keadaan adek lo itu baik-baik aja apa enggak. Sampe pinsan malah." Celetuk Rino seraya memutar bola matanya.

"Jadi, lo belum cerita kenapa sampai khawatirin gue tadi." Selak Anin menatap Tofan.

Shone semakin dibuat bingung. Disini hanya dia dan Valin yang tidak tau apapun tentang kejadian saat Tofan menyusul Anin kesekolah dengan keadaannya yang masih demam.

Tofan menggaruk tengkuknya salah tingkah, menatap satu persatu manusia yang ada di ruangan itu yang memberikan tatapan meminta penjelasan.

"Jadi...?" Tanya Shone yang mulai penasaran.

Tofan berdehem dan mengubah posisi duduknya menjadi senyaman mungkin.

"Jadi, pagi gue tidur. Terus mimpi indah banget anjir sampai gak mau bangun gue," jedanya, kini semua orang menatapnya serius menunggu cerita selanjutnya. "Dan seperti yang kita tau, waktu itu terus berubah. Yang awalnya indah menjadi suram dan-"

"Bacot lo upil." Selak Rino tak sabaran.

Tofan cengengesan lalu menarik nafas dalam. "Terus gue liat dimimpi itu ada orang yang coba nyelakain Anin, perutnya ditusuk gitu. Terus pas gue coba nyelamatin dia eh kita malah ketabrak mobil. Nah Anin sakit berkali-kali lipat kan, guenya mau bangun buat nolongin tapi malah ikut pinsan. Ya gue panik, tau-taunya cuma mimpi. Karena rasa khawatir gue yang kebawa sampai bangun tidur ya gue tanpa mikir lagi nyusulin Anin kesekolah buat mastiin dia masih hidup apa enggak. Gitu." Lanjutnya dengan wajah yang berubah sendu.

Semua orang menghela nafas kesal, kecuali Anin yang masih terus memandang Tofan dengan kening berkerut.

"Gitu doang? Cuma karena mimpi lo sampai bela-belain naik motor dalam keadaan demam terus lari-larian dari halaman sekolah sampai kelas gue dan endingnya lo pinsan cuma buat mastiin gue hidup apa enggak?" Omel Anin panjang lebar sambil menggeleng tak percaya.

Pretty LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang