"Clara sayang sarapan dulu nak" teriak gweni cukup keras hingga membuat rambut clara mencong-mencong karena kaget saat disisir.
Clara mendengus "iyah mah" sahutnya.
Kemudian ia segera merapihkan poninya sedikit dan menaruh sisirnya kembali dimeja rias. Diambilnya tas diatas meja belajar yang digendongkannya lalu ia segera berjalan menuruni anak tangganya menghampiri ibu dan ayahnya yang ada dimeja makan.
Clara tersenyum "pagi pah, mah"
"Tumben ramah" ledek gavin.
"lagi bahagia pap heheh" Jawab clara sembari mengoleskan selai coklat diatas rotinya.
Ternyata selera memakan coklat gweni sampai saat ini belum juga hilang dan malah menurun keanaknya–Clara– yang suka pula dengan coklat.
"bahagia kenapa? Bukannya tiap hari kamu cengengesan terus ya? " tanya gweni.
"Kan mau kesekolah baru mam" clara menggigit rotinya banyak-banyak "ihh emwangnyua aku olang hilaa" sambungnya tak jelas karena mulutnya dipenuhi makanan.
"kunyah, telen baru ngomong clara" tegur gavin—ayah clara—
Clara hanya nyengir lebar mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"udah cepetan abisin nanti kesiangan sekolahnya " suruh gweni mengingatkan.
"mau papah anter gak? "
Clara langsung menggeleng tegas "Gak! Aku udah gede"
"weitts kalem "
"abis papah terus-terusan nganggep aku anak kecil. Sebel"
"Kan papah sayang kamu clar"
"oh gitu jadi mamah diduain ni? Mamah gak disayang lagi? " Gweni merajuk.
Gavin terkekeh geli mencubit hidung gweni gemas "sama anak sendiri aja cemburu. Kalian berdua itu wanita yang sama-sama papah sayang selalu"
"Oalah gombel pah gombel" ledek clara menjulurkan lidahnya.
Ternyata tak hanya pada saat pacaran saja gweni dan gavin romantis tetapi setelah menikah dan punya anakpun mereka berdua tetap sama. Sama-sama jahil dan romantis dengan cara keduanya.
Oleh karena itu Clara sangat bersyukur mempunyai kedua orang tua seperti mereka. Karena mereka dapat mengerti clara dan kedua orang tuanya selain menjadi figur ayah dan ibu, mereka berduanya juga bisa menjadi figur seorang teman.
Meskipun begitu tapi tetap tak menghilangkan rasa hormat clara kepada kedua orang tuanya.
Gavin dan gweni memang orang tua idaman yang bikin nyaman...
***
Hari pertama pembagian kelas memang sangat menyenangkan setelah tiga hari lalu sudah melakukan kegiatan MPLS diselokah baru. Fyi, MPLS adalah singkatan dari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Dulunya bukan MPLS melainkan MOS atau Masa Orientasi Siswa.
Clara berusaha menyelipkan badannya diantara kerumunan orang-orang yang sedang berada didepan papan pengumuman. Berusaha mencari daftar namanya yang tercantum berada dikelas mana. Untung saja badan clara ramping jadi ia dengan mudahnya dapat menerobos kerumunan itu.
Ada sepuluh lembaran kertas yang berisi daftar nama-nama siswa baru disana sesuai dengan kelasnya yang sudah diatur oleh pihak sekolah dengan kelas Mipa ada lima dan kelas ips ada lima pula. Clara terus mencari namanya disana namun sudah lima kertas yang ia baca dan namanya sama sekali tak tercantum disana. Clara jadi pusing sendiri membaca satu persatu sederetan daftar nama-nama itu apalagi berada ditengah-tengah kerumunan ini membuatnya jadi gerah sendiri. Keringatnya bercucuran padahal kesejukan pagi hari belum hilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/126536662-288-k414698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...