Semua persiapan untuk api unggun sudah terkumpul. Para panitia yang laki-laki bertugas menyalakan api unggun, termasuk Ken, Arga dan Rado.
Sandra hanya bisa duduk dengan kaki yang diperban karena masih belum membaik.
Siang tadi, setelah keluar dari hutan, Rado mendudukan Sandra di kursi di depan tenda panitia. Rado pergi sebentar dan kembali dengan kotak obat. Tanpa bicara apapun Rado segera mengobati kaki Sandra.
Untuk sejenak Sandra sedikit kagum melihat wajah serius Rado yang bisa dikatakan sangat langka.
Namun kekaguman Sandra runtuh seketika saat Rado menyadari Sandra terus memperhatikan dirinya.
"Baru sadar kalau gue ganteng ya sayang?" Rado mengangkat wajahnya, menatap Sandra dan memberikan kerlingan sekilas.
Sandra mendengus sebal, "lo ngga bisa ya sehari aja ngga usah narsis? Eneg gue tau ngga!"
Rado terkekeh sambil merapikan kotak obat. "Lo ngga usah banyak gerak dulu, nanti makin bengkak itu kaki." Pesan Rado lalu berjalan pergi.
Panggilan Sandra menghentikan langkah Rado dan membuatnya berbalik menatap Sandra.
"Makasih." Ucap Sandra tanpa menatap Rado.
Rado tersenyum kecil, "sama-sama ratu cacing."
Sandra merasa aneh, jika biasanya ia akan kesal dipanggil seperti itu namun kali ini dirinya sedang mati-matian menahan bibirnya agar tidak melengkung ke atas.
"Woy! Ngelamun aja!"
Sandra tersentak kaget saat Vika menepuk pundaknya.
"Curut lo! Untung gue ngga punya kelainan jantung!"
"Ganti aja sama jantung pisang." Celetuk Vika asal.
"Iya, tapi gue ganti dulu otak lo sama otak sapi ya."
Vika terkekeh bersamaan dengan munculnya Ica.
"Udah beres semua Ca?" Tanya Vika.
"Udah, bentar lagi lo panggilin semua junior Vik biar kita mulai acara malamnya."
"Oke bu ketua!" Vika berjalan pergi melakukan apa yang diminta Ica.
Setelah Vika pergi, Ica duduk di sebelah Sandra, "gimana kaki lo?"
"Masih dua Ca, ngga nambah." Jawab Sandra asal.
Ica menatap datar Sandra, "kayaknya otak lo yang ketuker sama otak sapi deh San."
Sandra terkekeh, "becanda gue, udah mendingan lah dari tadi siang, cuma masih agak nyeri aja."
Ica mengangguk, "ya udah lo di sini aja kalo gitu, ngga usah banyak jalan-jalan dulu."
"Iya tenang aja, siswi yang tadi siang apa kabar? Dilapor ke guru dia?"
Ica kembali mengangguk, "gue serahin dia ke guru, cuma ditegur aja terus di suruh balik ke tendanya lagi."
"Lagian kurang kerjaan ikutin anak cowok masuk ke hutan." Gerutu Sandra.
"Ya, mungkin efek telat makan siang, jadi otaknya ngga sinkron." Ucap Ica.
Sandra terkekeh sejenak. Ica segera pamit karena sebentar lagi acara akan ia mulai. Sandra tetap di tempatnya, duduk di depan tenda panitia menyaksikan para panitia yang sibuk mengatur persiapan.
"Ada yang bisa aku bantu kak?"
Ica menoleh ke sampingnya, Ferdi, siswa yang pernah menyatakan perasaan pada Ica ketika acara MOS, sudah berdiri di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy 2
Romance[Season 2 My Dearest Enemy] Kisah Ica dan tim Delta masih terus berlanjut. Semakin banyak masalah, baik dalam kehidupan pribadi serta pekerjaan mereka sebagai agen rahasia yang akan mereka hadapi kedepannya. ---------------------- Action - Romance