Part 35 - Fine

1.5K 125 9
                                    

Ica dan Windy saling diam ketika bertemu di sekolah. Ken dan yang lain hanya bisa menghela nafas, tidak tahu kapan kedua sahabat ini akan kembali seperti biasa. Karena sudah terbiasa melihat keduanya bersama, sedikit terganggu saat keduanya saling diam seperti orang asing.

"Lo ngga mau bicara sama Ica?" Tanya Daffa dengan nada berbisik pada Windy.

"Nanti gue coba bicara sama dia." Sahut Windy tanpa menoleh pada Daffa.

Saat ini Windy sedikit berbeda sikapnya menurut Daffa dari hari sebelumnya. Windy terlihat lebih dingin, Daffa berharap tidak akan ada hal yang lebih buruk terjadi nantinya.

"Oke."

Ica lebih dulu keluar kelas setelah bel istirahat bunyi tanpa Ken.

"Gue susul master dulu." Ucap Windy pada Daffa, "lo ngga perlu ikut."

Sebelum Daffa menjawab, Windy sudah pergi.

"Kok perasaan gue ngga enak ya?" Ucap Ico.

"Hari ini kayaknya lebih beda." Timpal Daffa.

Ken menatap Ico dan Daffa bergantian, "kayaknya kita harus susul mereka deh."

Ico dan Daffa mengangguk.

"Woy!"

Ketiganya menoleh bersamaan, Daffi menatap mereka dengan tatapan sebal.

"Jelasin dulu kek sama gue ini ada apaan? Berasa anak tiri gue di sini!"

"Nanti aja jelasinnya." Ico lebih dulu keluar kelas disusul Daffa dan Ken.

"Ah elah pada jahat banget sih sama gue." Mau tidak mau Daffi pun menyusul.

Baru beberapa langkah dari kelas, Gina berlari ke arah mereka.

"Kenapa lo?" Tanya Ken melihat Gina sedang mengatur nafasnya.

"Itu-- Ica Windy--"

"Kenapa mereka?" Tanya Daffa.

"Mereka ribut di kantin!"

"Hah?! Kenapa bisa ribut?!" Tanya Ico.

"Gue juga ngga tau, awalnya Windy datangin Ica, mereka ngobrol terus tiba-tiba Ica marah."

Ken dan yang lain segera berjalan cepat ke kantin untuk melihat sendiri apa yang terjadi. Kantin cukup ramai, semua siswa melihat ke satu arah. Windy dan Ica yang sedang saling berdebat.

"Jadi sekarang lo merasa benar?!" Ica berbicara dengan nada tinggi.

"Ya! Gue ngga merasa kalau kemarin melakukan kesalahan! Dan memang benar seperti itu!" Balas Windy tak kalah tinggi.

"Oke kalau lo ngga suka sama apa yang terjadi yang gue ngga tau kenapa harus melibatkan gue, tapi yang jelas gue udah ngga mau lagi merasa bersalah karena kesalahan yang ngga pernah gue buat!" Lanjut Windy.

"Gitu?" Ica tersenyum miring, keduanya tak peduli seisi kantin yang masih memperhatikan mereka, "terserah kalo lo mau berpikiran begitu, gue ngga peduli!"

Ica akan berbalik dan pergi namun Windy kembali memanggilnya.

"Lo sadar ngga kalo sejak lo ketemu Viska, kita jadi ribut begini?!"

Ica kembali menatap Windy, "jadi sekarang lo mau limpahin kesalahan lo ke orang lain?"

"Gue ngga pernah limpahin kesalahan gue ke orang lain! Gue cuma mau nyadarin lo--"

"CUKUP! Gue udah ngga mau lagi denger penjelasan lo!" Ica menudingkan telunjuknya ke arah Windy.

Ica membalikan badannya.

My Dearest Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang