Part 25 - Prioritas

1.9K 140 4
                                    

Ica berhasil menangkis dan mengembalikan serangan keempat pria besar yang menyerangnya sekaligus. Namun satu goresan pisau dari salah satu pria mengenai bagian tulang pipi kanan Ica karena Ica sempat hampir lengah saat salah satu pria akan menghampiri mobilnya.

Bantuan segera datang membantu Ica, pasukan yang tadi sempat ia panggil.

Tidak terlalu lama hingga semua berhasil dilumpuhkan. Ica menghampiri salah satu pria yang sudah terkapar di jalan namun masih sadar. Ica mengunci tangan pria itu ke punggung hingga pria itu meringis kesakitan, "katakan di mana bos kalian!"

Pria itu memilih diam namun Ica menguatkan kunciannya membuat pria itu bertambah mengaduh kesakitan, "KATAKAN!"

Akhirnya pria itu mau membuka suaranya.

Ica memerintahkan orang pasukannya untuk lebih dulu ke lokasi yang dikatakan pria tadi, lalu Ica masuk ke dalam mobil.

Silvi terlihat habis menangis, matanya memerah dan wajahnya sembab.

"Lo tenang aja."

"Pi-Pipi kakak."

"Ini ngga papa." Ica memundurkan sedikit mobilnya lalu memutar balik dan pergi. Ica terlebih dahulu membawa Silvi pulang ke rumahnya.

"Kakak beneran ngga papa?" Tanya Silvi saat Ica mengantarnya sampai pintu rumah.

"Iya lo tenang aja, ini cuma luka kecil, habis ini gue langsung obatin di rumah."

"Obatin di sini aja kak."

Ica menggeleng sekilas, "gue udah ada janji sama Mama gue jadi harus segera pulang." Ucap Ica berbohong.

"Silvi?" Seorang Pria, Reinhard, datang dari dalam rumah. "Kamu baru pulang?"

Reinhard juga menatap Ica, Ica sedikit mengangguk dan tersenyum. "Malam Om."

Reinhard ikut mengangguk, "malam."

"Papa kenalin ini kak Ica, kakak kelasnya Silvi."

"Ica Om." Ica menawarkan jabatan tangan yang langsung diterima Reinhard.

"Papanya Silvi. Itu wajah kamu kenapa?"

"Oh ini--"

"Tadi kak Ica dikeroyok preman Pa! Waktu anterin pulang Silvi ada yang cegat mobil kak Ica!"

"Preman?" Reinhard menatap bingung Ica, "mau diobatin dulu?"

Ica menggeleng, "ngga perlu om, saya mau langsung pulang aja."

"Hati-hati ya."

"Iya om terima kasih."

Ica segera masuk ke mobilnya dan pergi. Reinhard memang tidak tahu keterlibatan Ica dengan kasus dirinya. Dan memang itu yang Ica harapkan, Reinhard dan juga Silvi, tidak mengetahuinya. Mengenai pasukan Ica, Silvi memang sempat menanyakan soal siapa mereka, Ica mengatakan bahwa mereka orang-orang baik kenalan Ica. Untungnya Silvi tidak banyak bertanya lagi karena masih merasa takut.

"Win, udah siap?"

"Udah master!"

Ica menutup panggilan yang barusan ia lakukan dengan Windy lalu mempercepat laju mobilnya. Mobil Ica terparkir di halaman rumah Windy. Tanpa perlu permisi karena hanya ada Windy di rumah jadi Ica langsung masuk saja seperti di rumah sendiri.

"Nih." Windy meletakkan sebuah tas di atas kasurnya, "ini perlengkapan semuanya. Tadi orang suruhan Carter yang anterin."

Di jalan ke rumah Silvi, Ica mengirimi Windy pesan, memintanya menghubungi Carter agar mengirimkan beberapa keperluan untuknya ke rumah Windy. Karena rumah Windy yang lebih pas untuk saat ini.

My Dearest Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang