Part 26 - Rencana

1.7K 134 4
                                    

Ica, Windy dan tim memakai kacamata khusus agar dapat memudahkan pergerakan mereka di rencana yang Ica susun.

"Semua siap? Kita hanya perlu melumpuhkan mereka. Senjata api hanya untuk berjaga." Bisik Ica lewat alat komunikasi. Semua mengangguk serempak.

Ica merogoh sakunya dan mengeluarkan dua benda berbentuk tabung kecil. Ica menekan tombol merah pada bagian atas tabung dan melemparkan ke dalam ruangan di mana para penculik Silvi berada.

Kepulan asap langsung memenuhi ruangan. Sebelum para komplotan itu pergi, Ica, Windy dan tim segera menyergap mereka di dalam asap. Fungsi kacamata khusus ini memang untuk membantu penglihatan agar lebih jelas dalam kondisi seperti ini.

Namun tiba-tiba asap menghilang lebih cepat dari perhitungan. Sebuah suara tawa yang keras membuat Ica dan Windy menoleh ke satu arah bersamaan.

Pria gemuk sedang menodongkan pisau di leher Silvi yang masih belum sadarkan diri. Di dekatnya, beberapa anak buahnya sudah terkapar karena dilumpuhkan tim Ica. Sisanya sedang menodong mereka dengan senjata api.

"Kalian pikir aku bodoh tidak bisa mengatasi ulah kalian tadi hah?!" Pria itu tersenyum miring. "Sepertinya kalian orang-orang suruhan Reinhard ya."

"Itu artinya Reinhard sudah berani mengibarkan bendera perang!" Pria itu terlihat kesal. "Apa aku habisi saja anak ini?"

"Jangan berani macam-macam padanya!" Ica menodongkan pistol biusnya ke arah pria itu.

"Kamu berani juga ternyata ya, pantas saja Reinhard percaya pada gadis muda sepertimu."

Pria itu menggendong Silvi, "coba saja kalau kamu bisa menyelamatkan gadis ini." Pria itu memasang smirknya lalu masuk ke salah satu ruangan di dekatnya. Baru saja Ica dan Windy akan mengejar, segerombol pria besar menghadang mereka.

Maka Windy, Ica dan tim harus terlebih dahulu menghabisi pria-pria ini.

"Apa kita boleh pakai senjata master?" Bisik Windy.

"Pergunakan seminimal mungkin, selama bisa melumpuhkan, lumpuhkan saja."

Windy mengangguk dan mereka mulai menyerang. Windy dan Ica berusaha membuat pertarungan jarak dekat agar lawan mereka tidak menggunakan senjata api. Namun beberapa lawan sempat menembaki mereka dari jarak jauh, akan tetapi Ica dan Windy dapat menghindar dari peluru. Bahkan tim mereka segera melumpuhkan setiap yang memegang senjata api.

"Lo kejar pria itu master! Biar gue dan tim yang selesaikan di sini! Cepat selamatkan Silvi!"

Ica mengangguk lalu menghindari beberapa serangan dan berlari ke arah ruangan di mana Silvi di bawa. Beberapa lawan akan mengejar Ica namun Windy segera menahan.

Ica menemukan sebuah tangga turun ke bawah tanah saat memasuki ruangan kosong tersebut. Ica tidak dapat melihat apapun di bawah sana, terlalu gelap. Ica menyalakan senter pada jamnya kemudian menuruni anak tangga yang entah berapa banyak jumlahnya.

Begitu sampai dasar, bau pengap samar tertangkap indra penciuman Ica. Namun hanya sekilas berkat masker yang Ica pakai.

Udaranya juga lembab. Kentara sekali kalau rumah ini sudah sangat lama ditinggalkan. Perlahan Ica berjalan melewati lorong di depannya.

Langkah Ica semakin pelan saat menemukan belokan di depannya. Baru saja Ica akan mengintip, sebuah peluru melesat ke arahnya. Beruntung reflek Ica dalam menghindar sangat baik sehingga peluru menabrak dinding di dekat Ica.

"HAHAHA! AYO MAJU SINI!" Suara keras pria itu menggelegar ke seluruh ruangan. Ica segera mematikan senternya. "Aku akan sangat jelas melihatmu dalam gelap! HAHAHA!"

My Dearest Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang