Part 34 - Mau Cerita?

1.5K 123 7
                                    

Rado dan Arga segera menutup kembali semua jendela dan pintu serta menyalakan AC ruangan.

Windy tidak berani bergerak dari posisinya, tatapan Ica terasa menusuk.

"Ca," Ken menyentuh pundak Ica namun tidak berpengaruh sama sekali.

"Kok bisa sih?" Bisik Vika pada Sandra.
"Mana gue tau!" Balas Sandra juga dengan berbisik.

"Harusnya tadi gue ngga izinin lo buat bantu di sini!" Ica akhirnya mengeluarkan suaranya, "kalau tau lo bakal mengulangi kecerobohan lo lagi!"

"Ta-Tapi gue--"

"Udah lo diem aja!" Ica sedikit memukul mejanya membuat Windy diam, "lo beruntung kertas itu ketemu." Ica berdiri dari kursinya lalu meminta kertas yang menjadi penyebab kemarahan Ica dari Sandra, "kalau tadi ini benar-benar hilang, gue ngga tau apa masih bisa maafin lo!"

Ica berjalan meninggalkan ruang OSIS, Vika mengikutinya karena Ica akan menyerahkan segera lembaran yang dibawanya.

Semua menghela nafas lega kecuali Windy, dirinya masih terlihat muram.

"Udah Win," Sandra merangkul pundak Windy, "nanti juga Ica baik lagi kok, itu efek lelah aja makanya dia kesal."

"Tapi gue udah buat ceroboh lagi." Suara Windy terdengar serak.

"Lo masih mau latihan karate?" Tanya Ken.

"Gue belum siap ketemu master lagi hari ini, lo bisa telepon Daffa ngga Ken? Hp gue lowbat."

Ken mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya.

Daffa datang dan menghampiri Windy yang sudah berdiri di gerbang sekolah. Tadi setelah Ken menghubungi Daffa, Windy langsung berpamitan dengan Ken dan yang lain sebelum Ica dan Vika kembali. Ia tidak ingin masternya bertambah kesal karena melihat dirinya masih di ruang OSIS.

Windy terisak saat Daffa membawanya masuk ke dalam mobil. Daffa segera memeluk erat Windy.

"Mau cerita?"

"Gue buat salah lagi Fa ke master gue." Ucap Windy disela tangisnya.

Daffa tersenyum kecil, "kayaknya hari ini gue harus izinin lo makan es krim lagi."

Tangisan Windy justru bertambah keras membuat Daffa bingung sendiri.

Setelah reda, barulah Daffa menjalankan kembali mobilnya. Menuju tempat yang bisa menghibur perasaan Windy.

Ica dan Vika kembali tak lama setelah Windy pergi.

"Gue mau latihan karate dulu." Ucap Ica pada Ken tanpa menanyakan keberadaan Windy.

"Ya udah, lo ganti baju dulu sana."

Ica mengambil tasnya lalu berjalan ke ruang ganti.

"Ica beneran marah sama Windy?" Tanya Vika.

"Emang lo liat kayak lagi becanda?" Sandra menatap datar Vika.

"Mungkin ngga lama marahnya, mereka kan sahabat dekat." Ucap Rado.

"Kita tunggu aja kelanjutannya." Timpal Arga.

👊👊👊

"Lo masih marah ke Windy?" Tanya Ken setelah Ica selesai latihan, "dia tadi sampe ngga berani ketemu sama lo lagi."

"Siapapun pelakunya tadi, gue bakal melakukan hal yang sama Ken. Data itu penting dan gue ngga mau kita ditegur pihak sekolah hanya karena masalah itu."

Ken tersenyum lalu mengusap puncak kepala Ica, "gue paham gimana keselnya lo tadi."

"Gue ganti baju dulu," Ica berdiri dari kursi, "habis ini cari makan dulu ya, beres-beres dan marah-marah tadi bikin laper."

My Dearest Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang