Jam pulang sekolah, disaat seluruh murid sudah kembali ke rumah masing-masing, Ica beserta para anggota OSIS dan kandidat ketua sudah berkumpul di Aula sekolah untuk membahas persiapan kampanye esok hari. Jeff juga berada di sana tentunya.
"Saya akan jelaskan tahapan acara besok." Selaku ketua OSIS yang masih menjabat, maka Ica lah yang memimpin pertemuan ini.
"Kalian persiapkan pidato singkat kalian, bahas mengenai visi dan misi jika kalian terpilih sebagai ketua selanjutnya." Jelas Ica.
"Besok kegiatan belajar akan dikosongkan selama satu hari atas izin kepala sekolah, para kandidat wajib datang minimal dua puluh menit sebelum bel masuk. Mungkin tidak akan ada hukuman untuk yang terlambat namun dalam hal seperti itu juga merupakan bagian penilaian kelayakan kalian sebagai pemimpin selanjutnya di OSIS ini." Lanjutnya. "Panitia OSIS juga demikian datang lebih cepat."
Setelah merasa cukup menyampaikan hal-hal yang menurutnya penting, Ica menutup pertemuan dan membubarkan semuanya.
"Besok gengs." Vika datang mendekati Ken dan Ica, "besok hari terakhir kita di OSIS."
"Ngga usah sok drama lo." Cibir Sandra ikut datang mendekat disusul Arga dan Rado.
"Malah dikatain drama," Vika menatap datar Sandra, "gue serius kali, memangnya ngga ada yang berkesan menurut lo selama setahun ini diantara kita?"
"Ada lah pastinya," sela Rado, "ketemu dan kenal sama gue contohnya kalau menurut Sandra."
Sandra memberikan tatapan kesalnya, "mimpi aja terus lo!"
"Gue pernah bilang ngga San kalo lo marah tetep cantik? Yah walau senyum sih yang lebih cocok buat lo."
Sandra memalingkan mukanya ke arah lain, tidak ingin menatap Rado, "serah lo Do!" Ucap Sandra dengan nada sedikit ketus.
"Kalo lo," Ken tiba-tiba berbisik pada Ica, "inget ngga pernah pingsan setelah sah menjadi ketua OSIS."
Mendadak wajah Ica memerah lalu memukul pelan lengan Ken membuat Ken terkekeh.
"Hayooo!" Vika memicingkan matanya menatap Ken, "lo bisikin apa ke Ica tuh sampe merah gitu muka Ica?!"
"Gue saranin lo ngga perlu tau Vik." Ucap Sandra, "yang ada lo bakal nyesel bertahan di status jomblo."
"Dih," Vika menatap sebal Sandra, "emangnya lo bukan jomblo?! Setidaknya gue bisa bertahan kalau nonton drakor!"
"Tapi gue ngga kepo," Sandra menaikan sekilas pundaknya. "Lagian lo kalo nonton drakor suka histeris pas adegan romantis kayak nonton horor, bertahan apaan tuh?" Cibir Sandra.
Vika memanyunkan bibirnya.
"Sandra kan punya gue Vik." Rado menaik turunkan kedua alisnya.
Sandra berdesis sebal, "minta dikatain lo ya?!"
"Dari pada dikatain lo yang dosa," sela Arga, "mending disayang aja."
Sandra dan Vika cukup terkejut dengan ucapan yang baru saja keluar dari bibir Arga.
"Arga ini diem-diem, sekali ngomong langsung menjurus yak." Ucap Ica.
Ken terkekeh pelan, "suka bener kalo ngomong lo Ga."
"Nah gue setuju sama Arga!" Ujar Rado.
Sandra memanyunkan bibirnya, "bodo amat!"
"Udah deh, gue balik duluan ya biar ngga kemaleman sampe rumahnya." Pamit Sandra.
"Lo pulang naik apa San?" Tanya Vika.
"Hari ini gue ngga bawa motor jadi pesen ojek online, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy 2
Romance[Season 2 My Dearest Enemy] Kisah Ica dan tim Delta masih terus berlanjut. Semakin banyak masalah, baik dalam kehidupan pribadi serta pekerjaan mereka sebagai agen rahasia yang akan mereka hadapi kedepannya. ---------------------- Action - Romance