Tidak tahu harus kesal atau senang melihat wajah gadis yang ia sayang sedang tersenyum dihadapannya saat ini.
Beberapa jam lalu Ica berhasil membuat Ken hampir gila karena mengira Ica tewas tertembak oleh lawan mereka.
"Gimana bisa lo tukar senjata kalian?!"
Windy dan Carter hanya terdiam menyimak penjelasan Ica.
"Yah waktu gue lempar bom asap dan rebut senjatanya, langsung gue tuker aja sama pistol bius gue. Terus gue sengaja buat dia rebut pistol itu lagi dari gue. Walaupun harus sakit di mana-mana nih." Ica mengurut kakinya yang memang terasa sakit karena harus beberapa kali jatuh dan tangannya yang masih nyeri karena diinjak.
"Perjuangan banget tau ngga sih! Tapi yang penting misi hari ini berhasil!"
Ken segera memeluk Ica, entah sudah keberapa kali karena merasa lega kalau Ica hanya tertembak peluru biusnya sendiri.
Saat mendapati Ica sudah tak bergerak di tempatnya berbaring, Ken yang sudah sangat panik langsung menghampiri Ica. Namun pertanyaan Windy saat Ken memeluk Ica membuat Ken tersadar.
"Kok Master ngga berdarah?"
Ken memeriksa pistol yang tadi ditembakkan pada Ica. Langsung saja seluruh tubuh Ken terasa lemas dan seperti ada oksigen yang menyerbu paru-parunya. Dipeluknya Ica erat lalu dibawa meninggalkan ruang bawah tanah itu. Carter membawa Silvi untuk diantar kembali ke rumahnya.
Kini Ica sedang berada di markas, duduk di tempat tidur ruangannya. Beberapa menit lalu akhirnya Ica sadar dari tidurnya akibat peluru bius.
"Lo kenapa bisa bareng Carter?" Tanya Ica menatap Ken dan Carter bergantian.
"Waktu aku sedang bersiap berangkat ke tempat kalian, Ken meneleponku, namun karena kondisi sedang buru-buru jadi tidak sengaja mengatakan pada Ken kalau aku harus segera menyusul kalian jadi ditunda dulu urusannya." Jelas Carter.
"Setelah Carter bilang gitu, gue langsung minta untuk ikut dan Carter segera mengirim alamat kalian berada." Imbuh Ken.
"Memangnya lo ada perlu apa sama Carter?" Tanya Windy.
"Cuma urusan laki-laki, lo ngga perlu tau."
Windy memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Ken.
"Lalu," Ken menatap Carter, "kenapa Ica bisa mendapat pistol bius yang bentuk dan suaranya sama seperti pistol asli?"
"Oh soal itu," Carter mengalihkan sejenak tatapannya pada Ica lalu kembali menatap Ken, "Ica yang minta membuat pistolnya menjadi pistol bius."
"Untuk apa?"
"Yah siapa tau berguna," sela Ica, "dan memang berguna kan?"
"Ya," Ken membenarkan, "sampai buat gue sport jantung."
Ica terkekeh, "ya udah, gue mau pulang nih, besok kan masih sekolah."
"Tapi luka master?"
Ica memegang pipinya yang ditutup plester, Ken dan Carter sudah tau dari cerita Windy sebelum Ica sadar.
"Oh tenang aja, kalau Mama gue tanya ke kalian bilang aja ini kecelakaan kecil waktu di sekolah."
Windy mengangguk mengerti, "oke." Begitupula Ken.
Ica berganti pakaian terlebih dahulu baru meninggalkan markas. Mengantar Windy dan pulang ke rumahnya bersama Ken. Ica memakai mobil Ico, Ken mengikuti menggunakan mobilnya dengan alasan memastikan Ica sampai dengan selamat di rumah meski Ica sempat menolak. Namun mungkin Ken bisa membantunya menghadapi orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy 2
Romantizm[Season 2 My Dearest Enemy] Kisah Ica dan tim Delta masih terus berlanjut. Semakin banyak masalah, baik dalam kehidupan pribadi serta pekerjaan mereka sebagai agen rahasia yang akan mereka hadapi kedepannya. ---------------------- Action - Romance