Part 38 - Kampanye

2K 128 14
                                    

Hari ini keadaan sekolah sedikit berbeda dari biasanya dan hal ini akan terjadi satu tahun sekali. Beberapa brosur kecil berisi visi misi para calon ketua OSIS yang akan menggantikan Ica terpajang di berbagai tempat yang memang diizinkan.

Salah satunya tentunya milik Jeff.

"Hari ini sekolah kita lagi banyak kampanye ya." Daffi menoleh dari tempatnya di kantin. Kantin juga salah satu tempat untuk dipasangnya kertas-kertas kampanye.

"Iya sama aja kayak waktu Ica tahun kemarin kali." Sahut Ico.

Kali ini, Ica dan Ken tidak ikut jajan siang bersama yang lain di kantin karena harus berkumpul dengan para pengurus inti OSIS di ruang rapat.

"Jadi udah kita tentuin ya kapan pelaksanaannya." Ucap Ica di tengah rapat.

Semua mengangguk, "bentar lagi kita bakal lepas dari OSIS." ucap Vika.

"Yah, gue bakal jarang ketemu ratu cacing gue dong." Rado memasang wajah sendu sambil menatap Sandra.

"Bagus dong." Sandra menatap sinis Rado, "biar lo ngga ganggu gue terus!"

"Bagus-bagus, awas baper San." Sindir Vika langsung mendapat tatapan datar Sandra.

"Kenapa gue harus baper?"

Vika mengangkat sekilas bahunya.

"Karena lo mulai sayang sama gue." Sela Rado dengan senyuman.

Sandra langsung menatap aneh Rado, "in your dream!"

Rado terkekeh, "jadi kalo dalam mimpi gue sama lo sayang-sayangan ya?"

"Bodo amat!" Sandra mengalihkan tatapannya pada Ica yang sejak tadi hanya menyimak tak berniat ikut campur, "masih ada lagi ngga Ca?"

"Kalian udah beres?" Tanya Ica.

"Ngga ada yang perlu diberesin! Yang penting rapat dulu!"

Ica mengangguk, "ya udah, nanti lo laporin ke pihak sekolah San tentang waktu pemilihan agar dikosongkan jam pelajarannya."

Sandra mengangguk, "oke."

"Rencana kita jadi ngga?" Tanya Vika.

"Rencana apaan?" Arga balik bertanya.

"Habis pergantian pengurus, kita mau kumpul di cottage omnya Ken lho! Masa pada lupa sih?!"

"Ia tenang aja, jadi kok." Sahut Ica.

Ken mengangguk, "gue udah bicarain ke om gue soal itu, jadi atur aja."

Vika tersenyum sumringah, "sip lah!"

"Gue laporin sekarang aja ya ke pihak sekolah, mumpung belum selesai jam istirahat." Ujar Sandra.

Ica mengangguk, "oke."

"Gue temenin ya?" Tawar Rado.

"Ogah!" Sandra berdiri dari kursinya namun pergelangan tangannya ditahan Rado.

"Dengan senang hati ratuku!" Rado ikut berdiri dan menarik Sandra keluar ruangan. Sandra terlihat ingin menolak namun tetap saja kalah kuat dari Rado.

"Mereka itu beneran ngga sih Ca? Atau cuma settingan pula kayak artis-artis. Perasaan makin nempel aja." Tanya Vika.

"Mana gue tau lah Vik, lo tanya aja ke mereka."

Vika memanyunkan bibirnya, "gue rada kurang percaya sama Rado, tapi kalau Sandra pasti nyangkal."

"Lo kenapa pusing-pusing?" Sela Arga, "liat aja nanti akhir ceritanya."

Vika menatap datar Arga, "lo kira kita lagi dalam cerita dongeng?!"

My Dearest Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang