BAG V "HALAMAN BARU DI IBU KOTA"

19.7K 992 6
                                    

Kita bisa pergi ke Paris, Eropa, Amerika, Raja Ampat, Bali atau ke ujung dunia sekalipun. Akan tetapi, sejauh apapun kita pergi, tetap saja kita tidak dapat pergi dari SEBUAH KENYATAAN.

05 November 2017

Hari ini adalah hari keberangkatan ku dan Sofi beserta Rafka ke ibu kota.

Kota besar dimana kau harus berusaha keras untuk bertahan hidup.

Kota dimana aku akan menata hidupku yang baru dengan halaman baru yang berdasarkan pelajaran dari kisah lama.

Kami berangkat dengan kereta yang paling pagi. Kami hanya membawa baju dan uang secukupnya.

Untuk menyewa rumah dan biaya makan dua orang wanita dan satu bayi laki laki selama satu bulan. Aku rasa tabungan kami lebih dari cukup.

Sesampainya disana kami putuskan untuk langsung mendatangi rumah ibu dari temanku yang katanya memiliki kontrakan kosong.

Sekarang minimal kami memiliki sebuah bangunan untuk di tinggali dulu.

Soal barang lain bisa menyusul. Toh gajiku akan segera cair. Tabungan ku juga lebih dari cukup untuk membeli perabotan rumah yang ditinggali dua orang wanita dan satu orang bayi laki laki.

Sesampainya kami dirumah sewa yang akan kami tiggali selama hidup di ibu kota Jakarta, kami beristirahat sejenak untuk menunaikan ibadah shalat dzuhur dan makan siang karena ini sudah waktunya.

Rumah kontrakan ini terdiri atas tiga ruangan. Ruangan depan mungkin dapat digunakan untuk ruang tamu, ruang yang di tengah untuk kamar tidur, sedang ruangan yang di belakang untuk dapur dan kamar mandi.

Setelah ku rasa cukup istirahatnya lalu kami memutuskan untuk segera membersihkan rumah dan menata rumah kami dengan perabotan yang ada.

Hanya ada meja, karpet, kasur lantai, bak mandi, gayung setidaknya itu adalah barang barang yang tidak dipakai oleh ibu kontrakan.

Hari sudah mulai senja saat aku dan Sofi selesai berbenah rumah kami.

Rafka juga sudah mulai rewel karena lapar. Hari ini aku nyaris lupa untuk memberi ASI pada Rafka. Pantas saja dia rewel, ya pasti karena dia lapar. Karena jika dia ngompol sudah pasti akan langsung aku ganti popok nya.

Rafka adalah anak yang baik, dia sangat pengertian menurutku. Dia tidak pernah menangis jika dia tidak merasa terganggu atau tak nyaman.

Sifatnya sama seperti ku jika di ingat, aku juga hanya akan menangis saat ada sesuatu yang ku rasa tidak nyaman.

***

Keesokan harinya aku dan Sofi memutuskan pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan Rafka dan tentunya juga perlengkapan untuk kami.

Kami membeli kompor gas, tabung gas dan beberapa perlengkapan memasak lain serta bahan untuk memasak. Tak lupa, yang tak kalah penting nya juga yaitu peralatan mandi. Soal lemari dan perabot lain, aku rasa itu bisa menyusul.

Kota jakarta lebih panas jika di bandingkan dengan bekasi. Itu membuat Rafka agak sedikit rewel karena kepanasan. Seperti halnya sekarang, aku meninggalkan Sofi sendirian dipasar karena Rafka sangat rewel.

"Dia kepanasan Rin, kamu pulang saja," itu ucap Sofi sebelum akhirnyapun menurutinya dan pulang.

***

Malam itu setelah aku menidurkan Rafka, ku datangi Sofi yang sedang duduk di ruang depan. " Sof..?" Sapaku lembut.

"Hmmm?" Gumam Sofi yang masih asyik memainkan ponselnya.

"Aku mau ngomong.."

"Ngomong aja Rin," jawab Sofi sambil menaruh ponselnya seraya menatapku.

"Sini duduk di sampingku," sambung Sofi kemudiann.

Lalu, akupun duduk di sampingnya.

"Mau ngomong apa?" Tanyanya.

"Tapi syaratnya jangan nangis loh," sambungnya lagi yang kemudian di setujui dengan sebuah anggukan olehku.


"Aku mau ngomong jujur, kalau boleh ya Sof..?"

"Boleh.. ngomong aja."

"Aku telah pergi jauh dari kota kelahiranku yaitu Bandung. Ke Kota Bekasi untuk bahagia saat itu, tapi aku tak pernah sedikitpun melupakan suka maupun duka di Kota Bandung," Kataku memulai cerita.

"Lalu??"

"Tapi, aku mendapat banyak sekali luka dan kenangan buruk di kota Bekasi. Kini, aku bisa pergi dari Kota Bekasi ke sini. Dan aku tidak akan melupakan apapun yang terjadi dikota Bekasi,"

"Lalu, apa hubungannya denganku? Itu hakmu saudariku. Jika kau milih untuk mengingatnya maka lakukanlah. Tapi, asal jangan menyakiti dirimu sendiri. Juga sikecil."

"Terimakasih karena kau telah hadir dalam hidupku Sofi," ucapku seraya memeluk wanita itu.

"Dan terimakasih karena sudah menerimaku dirumah mu saat itu," ucap Sofi balas memeluk ku.

Aku dan Sofi dibesarkan bersama sama di panti asuhan yang diurus oleh ibuku. Ibuku adalah ibunya Sofi juga. Kadang kami merasa memiliki ikatan yang begitu dekat. Bahkan lebih dari dari ikatan saudara.

"Bagaimana kisah cintamu? Kau tak ingin bercerita apapun? Dulu semenjak kau pergi ke kota, kau tak pernah menghubungi ku di Bandung. Dan kini tiba tiba datang dan masih sendiri pula.." tanyaku memecah keheningan.

"Aku masih belum menikah Rin.." jawab Sofi pelan.

"Kenapa?"

"Karena, aku pernah satu kali jatuh cinta. Dan aku kehilangan cintaku selamanya.." ucap Sofi lalu iamulai menangis.

"Ada apa Sof??"

"Tuhan sangan menyayangi kekasihku, hingga meskipun kata cintaku belum terucap pada dia. Tuhan sudah mengambilnya dariku," lanjut sofi sambil menangis.

"Saat hari dimana aku menemukanmu dirumah sakit, hari itu adalah hari dikuburkannya Evan.. di ternyata mengidap kangker darah sejak kecil. Pantas saja dia berusaha menjauh dariku, hingga hari hari terakhirnya dia menceritakan semuanya padaku. Tentang juga perasaannya padaku. Namun, dia terlanjur pergi sebelum aku membalas perasaannya Rin," ucap Sofi yang pecah dalam tangisnya.

Aku juga tak mampu membendung tangisku juga. Lalu, ku peluk sofi dan berusaha menenangkannya.

"Maafkan aku karena telah membuka luka lamamu Sof. Aku tak tahu apapun yang kamu alami di kota ini,"

"Maafkan aku juga Karin, karena akupun tak tahu apa yang kamu alami setelah kita berpisah. Bahkan aku tak tahu kalau Ibu sudah tiada,"

Malam itu, aku dan Sofi bercerita tentang kehidupan kami selama kami berpisah. Aku akui, kalau cinta kami sama. Sama sama berujung tragis.

Suami ku yang bisa di bilang telah di rebut orang, dan kekasih Sofia yang di ambil Allah. Kami sama sama berpisah dan tetap terjajah oleh cinta. Tapi, bukankah cinta juga bisa di dapat dari sahabat? Itulah alasannya aku disni untuk Sofi, dan Sofi hadir untukku.

-meski tak sedarah, namun kita satu hati bukan?
-Karina Larasati

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang