BAG XIX

13.4K 570 4
                                    

Pada awalnya aku hanya pura pura tertidur, akan tetapi kenapa aku malah mengantuk dan tertidur sungguhan.

Saat aku terbangun, kepalaku berada di bahu kak Rafli "Astaghfirullah berat nian kepalaku," batinku.

Aku yang sadar langsung menegakkan kepala menjauh dari kak Rafli.

"Kamu sudah terbangun Rin?" Tanya kak Rafli yang sadar kalau aku sudah bangun.

"heeee.. eeeeh ... Iya kak.. maaf .. " ucapku gugup

"Iya .. Maaf juga. Saya harus nya bangunin kamu tadi. Tapi saya gak tega," sahutnya sambil terkekeh.

"Iya kak nggak apa apa.. Sekali lagi minta maaf ya kak," jawabku sambil melempar pandangan ke arah jendela melihat jalanan untuk menghilangkan Rasa gugup dan malu ku.

Akan tetapi, itu adalah tindakan yang sangat salah. Karena aku terbangun dalam keadaan kaget, maka kepalaku terasa pusing. Dan jika aku pusing saat berada di perjalanan, terutama saat menaiki bus sepeti sekarang ini, maka aku akan mabuk darat.

"Apa kamu baik baik saja Rin?" -tanya kak Rafli padaku.

Aku hanya mengangguk tanpa menjawab dan menoleh.

"Kamu yakin? Wajah kamu pucat sekali Rin," ucap kak Rafli seperti sedang cemas.

"Saya gak apa apa kak.." sahutku.

Aku berusaha menahan rasa mual di perutku. Tapi, semakin lama, dan semakin aku tahan, rasa mual ku semakin terasa. Pusing di kepalaku juga semakin terasa. Apa lagi jalanan yang kami lalui sangat menukik. Hingga akhirnya "hooooekkk..." suara itu lolos dari mulut ku.

"Kamu mabuk darat Rin??" Tanya pria di sampingku itu.

Aku menggeleng berusaha menyembunyikan rasa mualku.

"Gak usah bohong. Wajah kamu pucat. Keringat di kening kamu juga banyak banget. Itu keringat dingin loh," ucap nya seraya memberikan sebuah saputangan dan kantong kresek.

"Gak usah kak... hoooekkk.." bantahanku yang di akhiiri dengan keluarnya isi makanan dalam perutku.

Mataku tertutup dan sudah ku duga hal ini akan terjadi. Bajuku pasti kotor dan pasti mengotori baju kak
Rafli juga.

Namun saat aku membuka mata, ternyata kak Rafli telah menadahkan kantong kreseknya di bawah mulutku hingga semua makanan yang keluar langsung masuk ke dalam kresek. "Alhamdulillah tidak mengotori pakaianku dan pakaian orang lain ... " Batinku.

"Makannya gausah bohong..." ucap laki lali itu sambil menyusut tangannya yang tak sengaja terkena muntahku dengan tisu.

Sungguh aku merasa sangat malu karena kejadian itu. Baru pertama kali ada orang yang menadahi muntahku selain ayahku.

"Maafkan saya kak," ucapku menyesal.

"Udah gak apa apa.. nih susut mulutmu. Atau mau di susutkan?" sahut laki laki itu sambil memberikan saputangan nya padaku.

"Nggg... nggak usah kak. Biar saya sendiri aja. Terimakasih kak.." ucapku kemudian menyusut bekas muntah yang ada di mulutku menggunakan sapu tanganku sendiri.

"Nih minum obatnya. Dari kotak P3K kok bukan obat yang aneh aneh," ucapnya sambil memberikan sebuah obat yang biasa di berikan ayah jika aku sedang mabuk.

"Kenapa dia begitu bersahabat? Padahal kenyataannya dia adalah orang yang selalu bersikap dingin pada perempuan," Ucapku dalam hati.

"Kok bengong?" Tanya pria itu.

"Ini minum," -sambungnya sambil memberikan obat.

"Iya kak.. terimakasih.." ucapku seraya menerima obat darinya.

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang