BAG XVIII "Masalalu"

14.1K 591 0
                                    

Baiklah, kini aku akan memulai ceritaku dengan menceritakan bagaimana awal pertemuanku dengan Rafli dahulu.

Kami adalah anggota di sebuah organisasi mahasiswa di sebuah universitas ternama di Bandung.

Saat itu aku adalah mahasiswa di fakultas akuntansi keuangan syariah. Aku bertemu Rafli di sana. Saat itu dia bukan muslim sepertiku.

Rafli adalah kakak tingkat di fakultas Akuntansi tapi di bagian managemen, mungkin jika ingatanku tidak salah. Atau, etahlah program studi apa. Aku lupa karena sudah belasan tahun berlalu.

Pada awalnya, Aku dan dia hanya sering di tugaskan bersama untuk mengerjakan suatu tugas seperti majalah atau observasi dan bakti sosial. Bakti sosial anak anak yatim piatu atau korban bencana alam. Bersama seluruh anggota organisasi kami juga tentunya.

Meskipun dia dulu non-muslim, tapi dia sangat aktif membantu anak anak yatim piatu atau para fakir miskin dan korban bencana Alam meskipun mereka muslim.

Rafli bukan orang yang fanatik dalam hal apapun. Dia menghormati perbedaan agama. Dia faham dalam agama Islam khususnya, ada yang namanya haram dan halal. Entah apa tujuannya, tapi nampaknya dia memang tertarik mempelajari tentang ajaran ajaran dalam agama islam.

Selain itu, dia juga bukan tipikal pria yang mudah akrab dengan lawan jenis. Dia terbiasa bersama dengan teman teman sesama laki lakinya.

Dia tidak pernah di kabarkan dekat atau berbicara tidak penting dengan lawan jenis. Hanya berbicara secukupnya saja.

Dia juga sangat menghormati wanita. Hak hak dan kewajiban wanita juga umat islam khususnya. Meskipun dia beragama non-muslim, tapi dia seperti sangat faham dan hafal betul hukum hukum dalam islam.

***


-flash back mode on

Seperti biasa, setiap hari selasa awal bulan kami (organisasi kami) akan melakukan kegiatan bakti sosial. Ntah itu membantu korban bencana alam atau sekedar menggalang dana untuk panti asuhan dan sebagainya.

Kebetulan rencananya awal bulan depan nanti kami akan melakukan bakti sosial ke daerah Bogor. Karena kabarnya disana ada bencana longsor.

Dan kebetulan hari ini diadakan rapat untuk para panitia dari anggota organisasi tersebut.

Dan kebetulan prediksiku benar bahwa memang hari selasa minggu pertama lah kami berencana akan berangkat ke daerah Bogor untuk kegiatan bakti sosial. Tinggal menunggu delapan hari lagi untuk persiapan acara Bakti Sosial.

***

Tibalah hari dimana bakti sosial akan di adakan. Hari itu aku berangkat ke daerah Bogor Untuk mengirimkan bantuan berupa sembako dan pakaian. Karena saat itu terjadi bencana longsor di daerah bogor.

Saat di dalam bus, kebetulan aku tidak memiliki teman duduk karena Ratna tidak bisa ikut dalam bakti sosial kali ini. Sedangkan para anggota lain sudah memiliki teman duduk nya masing masing.

Menurutku tidak masalah jika aku harus duduk sendirian. Toh jika ada yang membutuhkan tempat duduk aku dengan senang hati bersedia menjadi teman sebangkunya.

Saat itu aku duduk di pojok dekat jendela. Aku menatap pemandangan di luar jendela. Dimana bus belum juga berangkat.

"Boleh saya duduk di samping teteh??" Ucap seorang peria dengan sopan.

"Silahkan saja," Jawabku tanpa menoleh.

Aku sama sekali tidak mengalihkan pandanganku dari jendela. Aku sama sekali tidak melihat siapa yang ada di sampingku.

Akhirnya mobil bus mulai berjalan. Namun aku masih pada kegiatanku memerhatikan jalanan kota Bandung yang cukup ramai dan asri.

Pegunungan dan pesawahan yang masih hijau. Langit berwarna biru muda. Juga jalan aspal yang baru saja terguyur hujan.

"Jangan lihat kesamping terus de. Nanti pusing loh," Ucap orang yang ada di sampingku.

Aku menoleh ke asal dari suara itu. "Kak Rafli.."-batinku

"Lhooh kok melamun?" Tanya peria itu dengan senyumannya yang khas.

"Sejak kapan kakak duduk di situ?" Tanyaku dengan ekspresi kaget.

"Sejak bus ini masih di pangkalanya.."

"Jadi kakak toooh ..."

"Iya nih maaf ya ngagetin.." ucapnya seraya mengeluarkan sebungkus kripik singkong dari dalam tasnya. Setelah itu membuka bungkus nya lalu memakan isinya.

"Kamu mau de?" Tanya kak Rafli sambil menyodorkan kripik singkong nya ke hadapanku.

"Ah tidak terimakasih," jawabku sambil menggelengkan kepala.

"Kok kak Rafli tidak seperti biasanya ya? Kenapa dia jadi banyak bicara?" Batinku.

"Namamu Karin kan?? Aku Rafli.." jelasnya tanpa aku perlu  berrtanya.

"Iya kak.."

"Kamu pasti gak kenal saya?"

Aku menggeleng seraya berkata "aku mengenal kakak kok."

"Lalu mengapa tak pernah menyapa?"

"Karena kakak terlihat tidak suka di sapa," jawabku asal.

"Ngaco sih kamu?" Jawabnya sambil melempar pandangannya kedepan.

"Ini adalah salah satu keajaiban dunia. Yaitu, kak Rafli banyak bicara. Dia yang biasanya terkenal cuek pada wanita. Dia hanya dekat dengan kak Alexsa " Batinku sambil mengedarkan pandangan mencari dimana kak Alexsa, dan kenapa mereka - Kak Rafli dan Kak Alexsa.- tidak duduk berdampingan seperti kegiatan kegiatan Bakti sosial biasanya.

"Nyari Alexsa?" Tanya kak Rafli Seolah tahu apa yang aku fikirkan.

"Dia di depan tuh, duduk sama Putra." jelas kak Rafli tanpa di minta seolah tahu apa yang aku Fikirkan.

Dan ya, saat aku mengikuti arah yang di tunjukan ole kak Rafli, aku memang melihat kak Alexsa di sana sedang menatap tajam ke arah kami. Dari tatapannya aku tahu kalau ka Alexsa Cemburu.

"Lah, nggak kok kak.. aku lagi cari Ratna.. " - ucapku berkilah

"Kamu mabuk darat ya? Ratna kan nggak ikut kegiatan kali ini,"

"Oh iya aku lupa.." jawabku sambil menggaruk garuk tengkukku yang tidak gatal.

"Astaghfirullah kenapa bisa salah alasan...!!" batinku.

"Mau alasan apa lagi hayoo? Makanyya, kalau mau cari alasan di fikir dulu," ucap kak Rafli meledekku.

"Hmmm.. kak sudah dulu ya, saya ngantuk..." ucapku mengalihkan pembicaraan seraya memejamkan mataku. Meskipun aslinya mataku tidak mengantuk.

"Kalau gak ngantuk gausah di paksain de.. makin banyak alasan aja kamu," sahut kak Rafli.

Aku hanya diam berusaha tertidur atau pura pura tidur tepatnya. Aku tidak suka banyak bicara dengan lawan jenis seperti ini. Apa lagi dengan kak Rafli. Itu membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya.

Bukan karena ada perasaan suka. Tapi, karena aku memang tidak akrab dengan laki laki disampingku ini.

________BERSAMBUNG_______

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang