BAG XXV

10.3K 445 2
                                    

"Subhanallah syekali harus duduk di samping manusia menyebalkan ini lebih lama," umpat Karina.

"Apa?" tanya Rafli

"Es krimnya abis," jawab Karina asal.

"Kamu mau lagi?" tanya Rafli.

"Mau kalau sama gerobaknya,"

"Oke saya belikan," jawab Rafli seraya berdiri dan menuju tukang Es krim.

"Eh mau kemana?" Tanya Karina.

"Tadi katanya minta di belikan gerobak Es krim. Kamu gimana sih?" sahut Rafli.

"Aku hanya bergurau kak.. ih menyebalkan," ucap Karin.

"Kamu yang menyebalkan. Kok malah menyalahkan saya?"

Ck... Karina berdecak sebal. "Ngapain sih? Lagian juga aku mau pulang," jawab Karina seraya melangkah menuju Rihan.

"Ihan pulang yuk?" ajak Karin pada Rihan.

"Ihan lapar kak Rin.." jawab Ihan.

"Nanti di rumah kita masak masak ya? Oke,"

"Oke oce.. hehhhe," jawab Rihan.

"Ihan mau naik mobil gak?" tanya Rafli yang tiba tiba saja muncul.

"Mobil? Rumah Ihan dekat kok kak.." jawab Rihan.

"Anak pintar," Batinku.

"Kakak mau main ke rumah Ihan. Boleh??" tanya Rafli.

"Boleh ayooo.." jawab Rihan.

"Ihan kok boleh sih kakaknya ikut?" Tanya Karin dengan dahi yang berkerut.

"Boleh lah kak.. kan kata ibu jangan pelitt.." jawab Rihan.

"Anak kecil aja pinter. Masa mahasiswa kalah sama anak yang belum sekolah?" sahut Rafli sambil memutar Bola matanya.

"Astaghfirullah.. Yarab, cobaan apa lagi ini?" Ucap Karina.

"Ayoo.. naik mobil saya aja Rin," ajak Rafli sambil menggandeng tangan Rihan.

"Rihan kok mau maunya ya akrab sama manusia menyebalkan sejenis Rafli," ucap Karina seraya melangkah terpaksa mengikuti Rafli dan Rihan.

Sesungguhnya Karina amat sangat terpaksa untuk kedua kalinya ikut dengan laki laki menyebalkan yang selalu menganggunya dimanapun mereka bertemu. Dan kali ini, pria itu menjebak Karina dengan permainan yang licik lagi.

"Belok kiri kak," ucap karina menunjukan jalan.

"Iya saya hafal kok rumah kamu. Orang setiap kamu pulang saya-" Rafli tidak menyelesaikan ucapan-nya. Dia terdiam sambil tersenyum memperlihatkan gigi gigi putih nan rapih yang berjejer di mulutnya.

Mata Karina menyipit dengan ekspresi menyelidik. "Kakak menguntit?" Tanya karin dengan nada mengintrogasi.

"Apaan sih Rin? Kurang kerjaan banget saya nguntit kamu,"

"Ahg, jujur aja kakak menguntit ku kan?"

"Apa sih Rin? Saya terlalu sibuk buat mengerjakan skripsi dari pada menguntit kamu," Rafli mengelak.

"Tapi buktinya-" ucapan Karina terpotong.

"Kita udah sampai. Hayu turun," ajak Rafli pada Rihan

"Kak lah tunggu dulu..."

"Saya mau ketemu ibu kamu Rin,"

"Lah mau apa?"

"Ketemu aja.."

"Ngapain?"

"Berkenalan.."

Kemudian juga dengan berat hati Karina mengijinkan Rafli bertamu ke rumahnya.

"Assalamualaikum?" ucap Karina dan Rihan serempak.

"Wa'alaikumsalam," jawab bu Ratih dari dalam rumah.

"Bu ada temen Karin," ucap Karin pada ibunya.

"Oh temannya Rina?" Tanya ibunya Karin yang baru saja keluar dari dapur.

"Iya bu saya temannya Rina,"

"Buatkan minum Rin.." ucap ibu.

"Ndak usah mbu, bentar lagi juga dia pulang. Kan masnya cuma mau antar Rihan aja," jawab Karina.

"Hussss gak boleh gitu sama tamu Rin.. Dosa loh.." jawab ibu.

"Dosa loh," cicit Rafli.

Karin memutar bola matanya kemudian bertaya. "Mau apa?"

"Jadi menantu ibu kalau boleh," jawab Rafli.

Karin melotot mendengar perkataan Rafli. "Holadalah ... cah gemblung yo koe?" sahut Karin spontan. Sementara ibu Karin hanya tertawa mendengar percakapan Rafli dan Karina.

Saat itu ibunda Karina tidak tahu latar belakang Rafli. Yang ibunda Karin tahu adalah, Rafli memiliki sebuah perasaan istimewa untuk putrinya.

***

Tak terasa hari pun sudah petang. Adzan maghrib pun sebentar lagi berkumandang.

"Nak, yuk kita siap siap untuk menunaikan ibadah shalat maghrib dulu. Kita jama'ah," ajak ibunda Karin pada Rafli yang sedang bermain dengan Raihan dan Rudy.

"Eh apa bu?" jawab Rafli.

"Ibuuu.. kak Rafli nggak-" ucapan karin terhenti karena Rafli menyelak nya.

"Saya belum muslim bu." sahut Rafli singkat.

Ibu Karin terdiam sejenak. "Kenapa putriku menjalin hubungan dengan yang-" ucapan hati ibu Karina terhenti saat Karina berkata.

"Aku dan Kak Rafli tidak ada apa apa bu. Kami hanya antara kakak tingkat dan adik tingkat," jelas Karin seolah tahu apa yang ibunya fikirkan.

"Saya belum muslim. Tapi ayah saya muslim sejak saya berumur tiga tahun. Ayah dan ibu saya bercerai saat usia saya 3 tahun juga. Sejak saat itu saya berada antara dua bayangan. Ibu dan ayah. Saya belum muslim, tapi saya tengah mempelajari agama Islam. Maka dari itu, saya datang kesini untuk belajar. Hingga saya mendapatkan keyakinan untuk benar benar mencintai Allah," jelas Rafli tanpa diminta.

Karina dan ibu-nya hanya dapat terdiam mendengar penjelasan ini. Heninh sejenak. "Maaf nak ibu kedalam dulu," ucap bu Ratna memecah keheningan.

"Iya bu. Silahkan. Saya juga mau pulang. Assalamualaikum," ucap Rafli.

Karin tertegun dengan ucapan Rafli.

"Kok gak jawab salam Rin?"

"Ehg, Alaikumsalam kak," jawab Karina.

Kemudian Rafli mengendarai mobilnya keluar dari pekarangan panti asuhan tempat tinggal Karin.

_____BERSAMBUNG_____

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang