BAG LIII

22.2K 563 11
                                    

Bertemulah Karin dengan Alexsa. Alexsa meminta maaf pada Karin karena sudah menjadi penghancur rumah tangga Karin.

Sejujurnya Karin marah saat mendengarkan cerita dari Alexsa. Akan tetapi Karina berusaha mengengendalikan dirinya. Sejahat jahatnya Alexsa dia juga manusia yang punya hati nurani. Dia bukan iblis yang hanya memiliki sifat jahat. Dia ingin menebus kesalahannya pada Karina Rafka dan terutama pada putrinya.

Akhirnya Alexsa menemukan dengan ayah biologis dari putrinya. Laki laki itu ternyata juga mencari Alexsaa dan Camelia. Ya benar dia adalah Putra.

Banyak hal yang menyadarkan Alexsa atas dosa dosanya. Alexsa merasa tak masalah tentang Camel yang telah berkeyakinan berbeda dengannya. Karena itu memang kesalahan Alexsa sendiri tidak ikut berperan dalam pertumbuhan dan pendidikan karakter putrinya. Dan kini tugasnya hanya untuk menyayangi dan mendukung kegiatan baik putrinya.

Dan sebelum pergi, Alexsa meminta izin Karin untuk membawa Camelia. Tentu saja Karin mengizinkan jika Camel mau. Tapi, Camel menolaknya. Camel tidak mau ikut dengan ibunya.

"Kenapa gak mau ikut dengan ibumu?" Tanya Karin pada gadis itu setelaah Alexsa pergi.

Yang di tanya tidak mebjawab. Ia hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Karin sekali lagi seraya mengelus rambut panjang Camel. Ya, Camel masih belum istiqomah berhijab seperti Karin. Tentu saja siapapun butuh waktu dalam hijrahnya.

"Jadi gini bun, bundakan mau ke Singapur nah nanti kakak sendirian dong kalau aku pergi,"

"Hah singapur? Ngapain?"

"Bunda bisa tanya sama ayah nanti,"

"Kenapa Mel?"

"Karena apapun itu, bunda harus tetap pergi. Demi Camel," ucap Camel.

"Demi aku juga," ucap Rafka dengan wajah datar. Rafka menyembunyikan rasa penyesalannya dengan wajah datarnya.

"Abangmu kenapa mel?"

"Gak tau bun, dia rese kalau lagi laper," jawab Camel berusaha mencairkan suasana.

"Ih garing," sahut Karin sambil mengacak acak rambut Camel.

"Iua Garing.. Persis sama ayahnya,"  jawab Camel seraya terkekeh.

"Jadi kamu gak mau apa ketemu sama ayah kamu?"

"Ayah Rafli? Kan ketemu tiap hari. Sampe bosen malah sama candaan garingnya," timpal Camel berpura pura tidak peka akan apa yang di tanyakan wanita yang selama beberapa waktu ini ia selalu panggil Bunda.

"Maksud bunda, sama suaminya ibu Alexsa," jelas Karin.

"Oh dia?"

"Iya,"

"Hmmm nanti aja ya bun. Aku mau disini dulu. Sama bunda. Kan nanti kalau bunda sudah di Singapur aku sulit ketemu bunda,"

"Emang kenapa sih bunda gak di rawat di indonesia? Disini, sama kalian."

"Kalau menurut aku sih gini ya bun, kadang pelayanan kesehatan di negara ini tuh sedikit lamban. Aku gereget bun. Harus orang sekarat dulu apa? Baru gercep,"

"Aduh.. haduuuh anak ini pinter ngomong nya," ucap Karin sambil mengelus pipi gadisnya.

"Bunda?" Panggil Rafka.

"Iya naak?" Sahut karin seraya menoleh ke arah Rafka.

"Sembuh ya?" Ucap Rafka.

"Maksud kamu?"

"Jangan sakit lagi," jawab pemuda itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya siapa lagian yang mau sakit?" Jawab Camel memotong.

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang