"Aku tidak mengambilnya Karin. Dia anak kita kita berdua,"ucap Rafli mencoba menenangkan Karin.
"Siapa yang mengizikan kakak bicara? Aku yang akan bicara dulu. Setelah itu baru kakak boleh menjelaskan !!" Ucap Karin tegas.
Karin menghela nafas dan mulai bicara kembali. "Aku tidak pernah mengerti. Apa yang ada dalam pernikahan kita? Cinta? Adakah cinta? Tentu tidak bukan? Kepercayaan saja tidak? Apa lagi Cinta?" Ucap Karin seraya mengambil beberapa lembar tisyu untuk mengelap ingus yang keluar dari hidung-nya.
" Saat itu hanya aku yang percaya. Hanya aku yang mencintaimu. Tapi kamu? Aku bahkan tidak yakin kamu memiliki hati," sambung Kari ketus.
"Aku gak pernah membenci Alexsa apa lagi kakak. Aku hanya tak habis fikir pada wanita itu, kenapa dia melakukan hal itu padaku? Padahal kami sama sama wanita-" ucapan Karin terhenti. Ia nampak menghela nafas dan menyeka air matanya.
"Dan selain itu, aku punya alasan mengapa aku mengatakan pada putraku kalau kakak sudah tiada. Itu hanya agar mengurangi rasa sakitnya. Andai saja kakak tahu, saat umurnya masih tiga tahun ia sering sakit sakitan. "Ayaa mana ndaaa," tanya putraku sambil menangis setiap malamnya. Apa yang bisa aku lakukan saat itu? Dimana kakak saat itu? Kakak malah menikah lagi dengan Alexsa," ucap Karin segukkan tak sanggup menahan tangisnya.
"Maafkan aku Karin. Tapi aku tidak menikah dengan Alexsa. Kamu tetap tak tergantikan hingga kapanpun juga. Aku mang merawat Camel. Itu untuk penebusan dosaku padamu. Alexsa pergi kala aku jatuh. Ia meninggalkan anaknya padaku. Maka dari itu aku selalu berkata kalau dia adalah anakmu. Bukan anak Alexsa. Aku juga melakukan kejahatan yang sama," ucap Rafli.
"Aku mencarimu Karin.. Adit tidak mau memberitahukan dimana keberadaanmu. Aku hidup di balik kenanganmu," ucap Rafli frustasi.
" Aku tidak bisa lagi kehilangan. Aku tak ingin memaksamu untuk kembali. Tapi, lihatlah Rafka. Ia butuh kita sebagai orang tuanya, butuh kamu sebagai ibunya dan saya sebagai ayahnya Rin," sambung Rafli meyakinkan.
***
"lihatlah Rafka. Ia butuh kita sebagai orang tuanya, butuh kamu sebagai ibunya dan saya sebagai ayahnya Rin," ucap kak Rafli menyadarkan ku dari kemarahan.
Andai saja bukan karena Rafka, aku ingin meluapkan seluruh kemarahan ku hari ini.
Andai saja bukan karena putraku, aku tak ingin kembali bersama nya.
Aku sadar kalau hidupku tak akan lama lagi. Aku butuh seseorang untuk mengganti kan aku menjaga Rafka.
Andai saja aku dapat hidup sedikit lebih lama, aku takkan memilih untuk kembali. Bukan karena aku egois, tapi karena aku tidak mau patah hati lagi. Aku tak ingin merasakan sakitnya di campakkan.
"Rin, wallahi takkan saya sia siakan kamu lagi," ucap kak Rafli.
"Maafkan saya ya?"
"Demi Rafka, ku maafkan salahmu," jawabku singkat.
"Terimakasih karena kamu telah memaafkan saya Rin,"
"Hmmm," gumamku
***
"Ayah dan bunda akan bersama lagi?" Tanya Rafka pada bundanya di sisi ranjang.
"Inshaa Allah, demi kamu nak," ucap Karin sambil mengusap kepala putranya itu.
"Demi Camelia juga," ucap Rafka seraya menarik anak perempuan di belakangnya.
"Jadi ini putrimu kak? Cantik sekali," ucap Karin sambil merentang kan tangannya.
"Bu Karin tidak ingin memakiku?" Tanya Camel yang membuat Karina terkejut.
"Kenapa aku harus memaki mu?"
"Karena ibuku? Atau karena kesalahan ibuku dan kehadiranku barang kali?" Ucap Camel memutar mutar rambutnya.
"Ibumu? Bukankah aku adalah ibumu nak?"
"Bukan ibu Karina, tapi ibu-" ucapan Camel berhenti saat Karin menarik Camelia kedalam pelukan nya.
"Tidak perlu di bahas. Jika kamu mengenalku maka kamu akan tahu alasanku untuk tidak membahas tentang Alexsan. Tenang saja, Aku akan menyayangi kamu seperti aku menyayngi Rafka putraku," bisik Karin di telingan gadis itu sambil mengusap kepala sang gadis.
"Terimakasih bunda telah mau mengakuiku sebagai anak bunda," ucap gadis itu terisak.
"Kamu memang putri ku nak.. kamu tahu? sejak dulu, aku selalu ingin memiliki seorang putri, tapi yang lahir malah laki laki," ucap Karin.
"Eits jadi aku di nomor duakan nih sekarang?" Tanya Rafka.
"Tentu nomor dua dong. Setelah ayah," ucap Rafli yang membuat seisi ruangan terkekeh.
"Akka, tolong ambilkan dompet bunda di dalam tas," ucap Karina.
"Baiklah bun," sahut Rafka seraya melakukan perintah bundanya.
Karina nampak mencari sesuatu dalam dompet nya. "Nih ketemu," ucap Karin sambil memperlihatkan gelang bayi yang pernah di belikan Rafki sewaktu mereka pergi ke Batam delapan belas tahun lalu.
"Ternyata ini seharusnya untuk kamu," ucap Karin terkekeh seraya memberikan gelang itu pada Camel.
"Waaah terimakasih bunda," Ucap Camel menerima gelang berbandul sepatu tersebut.
"Sama sama ankakku," ucap Karin sambil mengusap kepala Camel dengan sayang.
"Benar apa yang ayahku katakan. Bunda memang baik. Baik seperti malaikat," ucap Calmel sambil mengecup pipi Karin yang duduk di Ranjang rumah sakit. Sementara Rafli dan Rafka memperhatikan mereka dari sofa yang berada di sebelah utara ruangan tempat Karin di rawat.
"Akhirnya aku memiliki keluarga yang utuh," ucap Camel tersenyum bahagia.
Setelah delapan belas tahun di pisahkan, Akhirnya Rafli dan Karina di pertemukan lagi untuk beberapa waktu. Meskipun tak abadi, tapi Karina bahagia dapat mengenal Rafli dalam dunia ini.
Itulah jodoh, sehebat apapun kamu tersakiti, sejauh apapun kamu di pisahkan, separah apapun kamu di rusak, jikalau namamu dan namanya telah tertulis di lauhul mahfuz. Maka akan kembali pada waktunya.
-sekali jodoh tetap jodoh. Tidak akan tertukar, apa lagi tersasar.
______
Kalau ada typo harap komen ya. Jangan lupa vote nya ya kakak semua. Terimakasih:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Rafka (SELESAI. PART LENGKAP)
Tâm linh#6 SPIRITUAL [02 AGUSTUS 2018] #4 SPIRITUAL [04 AGUSTUS 2018] #3 SPIRITUAL [18 AGUSTUS 2018] Baca saja ya kawan :))