BAG XVII

13K 685 3
                                    

     Aku pulang menuju rumah dengan tergesa gesa. Aku bahkan memacu sepedah motorku dengan kecepatan di atas rata rata jauh lebih cepat dari biasanya. Jika ada polisi lalu lintas yang sedang berjaga di jalan raya yang aku lintasi, maka sudah pasti aku akan terkena tilang.

Kali ini begitu berbeda dari biasanya. Entah mengapa aku begitu marah pada bunda. Karena sebelumnya aku tak pernah semarah ini pada wanita yang melahirkan aku itu.

"Assalamualaikum," Ucapku tergesa gesa. Setelah sampai di rumah.

"Wa'alaikumsalam," Terdengar jawaban dari dalam tapi seperti bukan suara bunda.

Ku cari bunda di seluruh penjuru rumah. Akan tetapi, di rumah aku tak menemukan bunda. Aku hanya menemukan tante Sofi.

"Mencari siapa ka?" Tanya seorang wanita yang tadi menjawab salam ku. Dan ternyata itu adalah tanteu Sofi yang keluar dari kamarnya.

"Eh ada tante," ucapku tersenyum hambar.

"Cari bunda?"

"Iya nih tan.." jawabku berusaha menyembunyikan kekesalanku.

"Aaaarggghh.... kali ini aku benar benar marah.. aku benar benar tak habis fikir pada bunda. Kali ini tingkat kecewaku lebih dalam dari kemarin," ucapku dalam hati.

"Tadi bunda kamu pergi ke toko untuk membeli bahan makanan. Ada apa kamu mencari bunda.? Tampaknya kamu sedang ada masalah," tanya tante Sofi yang berdiri di ambang pintu.

Aku tersenyum hambar. "Ahg.. tidak ada kok tan.." ucapku seraya berlalu ke ruang tamu.

Aku terduduk di sofa menunggu bunda sambil memegangi kepalaku. Meremas rambutku karena kekesalan yang tidak bisa terlukiskan. Semuanya terasa begitu rumit dann tidak begitu aku mengerti.

Cleeekk.. suara pintu terbuka. Bunda muncul dari balik pintu tersebut.

Lalu bundapun masuk Ke dalam rumah, menatapku heran kemudian beranjak ke dapur.

****

Sesampainya di rumah aku melihat Rafka sedang terduduk sambil memegangi kepalanya.

Aku tersenyum mengingat hal yang sama yang di lakukan Rafli jika dia sedang kesal.

Aku hanya meliriknya dan enggan menganggunya, karena masalah akan jadi lebih besar jika aku mengusiknya sekarang. Aku akan mengajaknya berbicara nanti.

Jadi aku bergegas pergi ke dapur untuk menyimpan beberapa bahan makanan.

Saat aku sampai di dapur aku melihat Sofi sedang mencuci piring di sana.

"Sof, mau masak apa?" Tanyaku pada Sofi sambil mengeluarkan barang barang yang tadi ku beli di toko bu mira.

"Masak?? Kamu nanyain masak? Kamu gak liat Rafka Rin?" Jawab sofi bertanya balik padaku.

"Emang Rafka kenapa?" Sahutku.

"Dia tadi nyari kamu lhoo.."

"Dia lagi panas Sof.. aku gak berani ganggu.. nanti ngamuk.. dia mirip Rafli kalau marah,"

"Harus berani lah.. diakan putramu.."

"Hmm nanti saja ya.. aku akan pergi ke kamar dulu.. aku akan memeriksa email dari pak Asep,"

Saat aku hendak melangkahkan kakiku ke kamar aku melihat Rafka sudah berada di ambang pintu dapur. Dengan ekspresinya yang sulit di artikan. Entah dia marah, kesal, sedih atau apa. Yang jelas bukan ekspresi bahagia.

"Kenapa?" Tanyaku padanya.

"Mau berapa lama lagi bunda menyembunyikan semuanya?"

"Menyembunyikan apa?"

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang