Aku memasuki Aula kampus dengan baju kebesaran ini. Di sambut dengan aneka macam pentas seni, tari tarian dan lagu Hymne kampus kebanggan.
Semua teman teman juga orang tua dari para mahasiswa mahasiswa yang hadir disini pada hari ini pastinya turut bahagia. Atau bahkan orang yang paling bahagia di dunia.
Satu persatu nama mahasiswa di sebut untuk diresmikan kelulusannya. Hingga namaku di sebut, ibu tak juga ku lihat di tempat duduk orang tua. Aku sudah mencari ibu dari sejak aku menginjakkan kakiku di kampus, tapi ternyata ibu tidak datang mungkin.
Dan saat nominasi cum laude di sebutkan, aku adalah salah satu mahasiswi yang mendapatkan nominasi itu, meskipun bukan yang terbesar.
Sedih memang, jika saat hari bahagia kita orang yang kita cintai seperti -Ayah, Ibu, dan Saudara Saudara- kita tidak hadir. Tampaknya memang lebih indah merayakan mensukseskan kecil bersama dari pada kesuksesan besar sendiri. Semua terasa hambar dan sepi.
Ratna dan Diani tentu saja bersama keluarga mereka. Karena tidak mungkin juga seumur hidup mereka harus terus bersamaku.
Disinilah aku, sendiri dengan perasaan bingung harus merasa bahagia atau merasa sedih. Bahagia karena hari ini aku resmi lulus dari pendidikan dan bisa mulai mencari pekerjaan untuk membantu menghidupkan panti lagi. Atau sedih karena aku sendirian.
"Rina?" terdengar suara ibuku sambil memegang pundaku.
"Ibu?" ucapku terkejut.
"Ibu disini?" Sambungku setelahnya.
Sedangkan ibu hanya mengangguk. Kemudian aku melihat seorang pemuda berjas biru dongker. Tengah tersenyum padaku.
"Oh kak Rafli yang bawa ibu saya?"
"Tadi cuma ketemu di jalan kok Rin," jawab Rafli.
"Ah nak Rafli ini, bohong Rin. Tadi Rafli jemput ibu," sahut ibu.
"Dia bilang katanya dia takut kamu sedih kalau ibu ndak hadir," sambung ibu kemudian.
"Ya pasti sedih lah buu.. merayakan kelulusan sendirian. Tanpa ibu.. aku bukan apa apa.. buu makasih ya udah buat Rina jadi yang terbaik," ucap karin sambil memeluk ibunya dan menangis.
"Ini semua punya ibu .." ucap Karin sambil memberikan sertifikat-nya.
"Semuanya punya ibu.. ibu itu segalanya buat Rina. Jika Allah adalah dunia ini, maka ibu adalah oksigen-nya. Terimakasih karena selalu jadi ibu yang baik buat Rina. Rina sayang ibu," sambung Karina lagi. Kali ini Karina mulai tersedu sedu dalam tangisnya.
"Iya nak.. iya.. sama sama.. gausah ngitung ngitung pengorbanan ibu.. ibu adalah ibu kamu. Bagaimanapun kamu tetap anak ibu yang paling baik.. satu satunya peninggalan ayah kamu yang paling berharga adalah kamu. Dan kamu adalah alasan ibu bertahan hingga saat ini," jawab ibu seraya menarik Karin kepelukannya.
"Maafkan Rina kalau Rina banyak salah samaa ibuu.." ucap Karina di sela tangisnya.
"Sebelum kamu minta maaf juga ibu sudah maafkan nak.."
***
Karina dan ibunya masih berpelukan di depan Rafli. Dan Rafli dengan seksama masih setia memerhatikan.
"Hmmm, bu... Rin.. maaf ganggu nih.." ucap Rafli dengan kaku.
"Iya nak?" jawab ibu Karina yang tersadar akan kehadiran Rafli yang dari tadi memerhatikan.
"Sayakan sudah melakukan semua persyaratan yang ibu ajukan. Skripsi saya selesai tepat waktu, lulus tepat waktu, juga saya sudah berhasil menghafal surah Yasin, Al-kahfi dan An-nisa," ucap Rafli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Rafka (SELESAI. PART LENGKAP)
Espiritual#6 SPIRITUAL [02 AGUSTUS 2018] #4 SPIRITUAL [04 AGUSTUS 2018] #3 SPIRITUAL [18 AGUSTUS 2018] Baca saja ya kawan :))