BAG XXIX

8.9K 395 0
                                    

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Akulah yang terbaik untukmu.

Lagu yang sama ku putar berulang ulang lewat ponselku dan ku dengarkan dengan earphone yang sendari tiga puluh menit yang lalu terpasang di telingaku.

Lagu yang sama yang di nyanyikan Rafli saat hari kelulusanku. Dia telah melamarku, dengan sebelumnya berbicara pada ibuku lewat ayahnya.

Ayahnya begitu setuju tentang pernikahan kami. Ayahnya menyarankan agar kami segera menikah.

Drrttttt... Drrrttt.. suara ponselku bergetar tanda pesan masuk.

08157333xxxx
"Adit ada?"

"Ada."

"Calon istri saya ada? "

"Mau kerumah? "

"Kok balik nanya? "

"Situ juga balik nanya. "

"Ih gak mah kalah kamu mah. "

"Hehhhe.. Kerumah mah ya kermah aja kali. Kalau calon istri kakak lagi nggak di rumah ya kan kakak bisa ngobrol sama ibu 😅"

"Maa shaa Allah.. Alhamdulillah ya, Arin balas chat saya panjang."

"Astaghfirullah. Udah ah saya mau ngasuh dulu ya kak. "

"Iya hati hati. "

"Kakak juga hati hati. "

"Kenapa mesti hati hati? Hatiku kan ada di kamu. "

"BERISIK...!! "

Tak lama setelah aku membalas pesan singkat dari kak Rafli, eeh ternyata dia sudah sampai di depan rumah ku.

"Kok cepet?" tanyaku.

"Kan dekat," jawabnya singkat kemudian duduk di samping Aditya yang sedang bermain gitar.

"Jauh juga," sahutku.

"Jauh dimata. Dekat di hati," jawabnya dengan wajah datar. Seolah itu memang kata kata yang biasa baginya. Tapi, sungguh kata kata itu sukses membuatku tersipu malu.

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang